Waktu belajar SMA Bakti Mulia akhirnya selesai. Para murid keluar dengan rusuhnya, dari kelas mereka masing-masing. Entah ke mana. Sebagian besar pasti menuju rumah mereka masing-masing. Dan mungkin yang lain, sibuk dengan ekstrakulikuler mereka.
Dan di sinilah Dara, masih di kelas XII IPA 2 yang tidak dicintainya itu. Dia sedang menunggu perdebatan lima teman sekelasnya yang satu kelompok tugas biologi. Tugasnya sangat mendesak karena akan dikumpulkan besok. Dan menyebalkannya, Bu Sarwati baru mengumumkan pada mereka tadi pagi.
"Sekarang aja buatnya. Bentar sore gue mau latihan futsal," seru Jovan, salah satu murid terkenal di Bakti Mulia. Eksisnya dia di futsal, maupun wajahnya yang bisa dikatakan ganteng itu, membuat dirinya populer. Namun lagi-lagi, dia itu sama saja dengan murid lainnya. Sama-sama egois.
"Kalo sekarang, gue sama Kinan mau latihan dance. Pelatih kita udah nunggu kita," imbuh Selica disertai anggukan oleh sahabatnya, Kinan. Mereka berdua adalah siswi yang digolongkan berparas cantik. Sikap feminim dan angkuh, mendominasi mereka.
"Kalau aku, udah disuruh pulang sama mami. Soalnya pulang sekolah nanti, mami mau ngajak aku shopping di mall. Kalau enggak, jajan aku mau dipotong sama mami," ujar Marwah dengan tingkah sok manja.
Dara mulai jengkel dengan perbincangan teman-teman sekelasnya itu. Dara memutar kedua bola matanya, lalu memukul meja, sehingga mereka yang tengah berdebat itu diam seketika, dan memandang Dara yang tampaknya memang sudah kesal.
"Jadi maksud lo pada, gue buat tugas kelompoknya ama si tukang molor akut ini yah?" tanya Dara, sinis menatap Firly yang tengah asik tidur di tengah perdebatan yang terjadi, dan kejengkelan yang menghampiri Dara.
"Ya gue emang sibuk."
"Gue juga."
"Pelatih emang lagi nunggu kita, Dar."
"Mami bakal marahin aku nih. Udah mau sore lagi."
Dara mengusap wajahnya dengan kasar, "gaya lo pada sok sibuk amat. Gue atlet tinju biasa aja."
"Lo kan bego, Dar. Palingan lo ngarepin kita buat kerkel dan lo tinggal nerima hasilnya doang," cerocos Kinan.
Dara malah tambah jengkel dengan ucapan Kinan. Bisa-bisanya Kinan malah meremehkan Dara. Ini sih namanya ngajak Dara buat narik dia ke arena tinju.
"Gue, bego? Wah mulut lo dijaga dikit yah! Lo mau gue jadiin objek latihan tinju gue?" tanya Dara, ketus.
Kinan dan lainnya malah menelan ludah mendengar ucapan Dara. Cuma bisa adu mulut saja. Itupun kalah juga akhirnya, pikir Dara.
"Gue mau buat sendiri aja. Biar gue bilang ke Bu Sarwati supaya lo pada kagak punya nilai karena kagak ikut berpartisipasi ama tugas ini." imbuh Dara kemudian beranjak pergi dari kelasnya. Dia tidak memperdulikan mereka lagi.
Sudah dari dulu Dara memberi gelar egois untuk sebagian besar murid-murid di situ. Baginya kini, hanya Daren dan Geng Brandal's lainnya yang tidak egois seperti mereka. Untuk menghadapi orang-orang egois seperti mereka, baiknya harus sesekali dibalas dengan keegoisan pula. Mereka tidak akan sadar jika tidak ada yang melakukan hal yang sama seperti yang telah mereka lakukan, pikir Dara.
Lagi pula, topik untuk makalah tugas itu tidak terlalu sulit. Untuk mengetiknya saja yang cukup rumit karena penjelasannya pasti akan panjang. Namun Dara yakin bisa membuatnya sendiri. Tanpa bantuan orang-orang egois seperti mereka tentunya.
"Ra? Manis?" panggilan seseorang yang adalah Daren, membuat Dara menghentikan langkahnya tepat di depan pacarnya itu. Dara baru sadar bahwa dia hampir saja menabrak dinding kecil pembatas IPA dan IPS Bakti Mulia. Hanya sekedar dinding pembatas kok. Mereka tidak pernah melakukan tawuran antar kelas di sekolah itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAYA [Stay As You Are]
Teen Fiction[ Silahkan dilihat-lihat dulu. Kali aja jadi jatuh dalam kisah Dara dan lainnya. ] Kedekatan Dara dengan Daren bermula saat Devan, sahabatnya sejak kecil tiba-tiba menjauhi dia secara tidak jelas. Awalnya Dara pikir, dia akan kesepian lagi. Tapi ter...