Seperti layaknya pasangan yang lagi kasmaran, Daren dengan senang hati menjemput Dara pagi-pagi buta seperti ini dengan mobilnya. Sebenarnya anak itu tidak terbiasa bangun pagi. Namun mungkin karena daya pikat Dara kini lebih kuat daripada daya pikat tempat tidurnya yang empuk itu, alhasil dia bangun pagi-pagi sekali dan bergegas menjemput Dara.
Baru saja Daren akan sampai di depan pintu, pemandangan lebih indah dari sekedar keindahan pantai kuta bali tiba-tiba muncul dari balkon rumah itu. Wajah seorang gadis yang baru saja selesai menguap, sambil mengucek-ngucek kedua matanya. Daren terkekeh melihat gadis itu menyeka bekas ilernya semalaman mungkin. Namun rasa cintanya itu membuat segalanya tentang gadis itu tampak indah luar biasa.
"Selamat pagi, Daren!!" sapaan sungguh manis itu membuat Daren membuyarkan lamunannya akan Dara.
"Manis amat pagi-pagi. Hobi banget buat aku diabetes," cibir Daren malah merespon sapaan Dara yang manis itu dengan pandangan tajam namun setelah itu terkekeh.
"Ren, semestinya kamu itu harus bales selamat pagi juga. Gak tau apa kamu itu orang pertama yang aku sapain selamat pagi," Daren terkekeh melihat ke atas balkon di mana Dara tengah berdiri.
"Makasih udah bilang aku orang pertama yang disapa selamat pagi dari kamu. Selamat pagi juga, Ra." Dara tersenyum manis menatap ke bawah melihat Daren yang sudah lengkap dengan seragam acak-acakannya.
"Hoy lo berdua," suara Bella membuat suasana romantis mereka berdua jadi terganggu.
"Eh kak Bella. Gue kirain masih tidur," ucap Daren cengengesan.
"Udah masuk dulu kali. Masih pagi udah romantisan aja," cibir Bella.
Daren akhirnya masuk ke dalam rumah itu. Dara juga memilih masuk ke kamarnya, bergegas untuk bersiap diri ke sekolah. Daren duduk di ruang tengah seperti biasa jika dia sedang menunggu Dara.
"Selamat, Ren. Lu itu jadi pacar pertamanya si Dara," imbuh Bella membuat Daren tercengang.
"Dara gak pernah pacaran yah?" tanya Daren.
Bella menggeleng, "Gak pernah lah. Yakinin perasaan dia itu susah banget. Lebih susah dari pelajaran kimia atau matematika kalian di sekolah. Jadi kalau dia udah nerima lo jadi pacarnya, itu bukan sekedar pelampiasan kok. Gue yakin dia udah susah payah mikir sampai-sampai hasilnya nihil. Eh gak tau artinya dia cinta sama lo," imbuh Bella panjang lebar.
Daren tersenyum simpul, "Gue sayang banget ama dia, Kak. Walau dulu gue sempet-sempetnya buat hari-harinya di sekolah itu jadi buruk terus karena dijahilin gue. Ya walau ujung-ujungnya gue juga yang kena imbasnya. Ditonjokin Dara sampai tiap hari ngadep ruang BP," Bella tertawa mendengar ucapan Daren.
"Gue tau kok. Seenggaknya dia pernah marah-marah pas sampai di tempat latihan. Dan alasannya karena lo. Ya kali lo nyimpen pembalut Dara di tasnya cowok setengah sayko. Dia nangis loh, Ren." Daren lagi-lagi tercengang.
Kejadian waktu itu memang sudah cukup lama. Tepatnya saat mereka masih kelas sepuluh. Saking gemasnya dengan Dara karena Dara pertama kali merubah nama panggilannya menjadi gula aren. Dengan ide-ide yang cemerlang, Daren menyusup masuk ke kelasnya Dara, membongkar tasnya, dan mendapati sebuah tas plastik hitam yang berisikan kebutuhan para gadis yang tengah PMS itu. Dengan jahilnya dia memindahkan barang itu ke sembarang tas. Dan ternyata itu tas milik Aldi, murid yang terkenal setengah sayko karena pernah mengumbar foto telanjang dirinya sendiri di mading sekolah.
Namun seingat Daren, gadis itu tidak menangis. Dia hanya menatap Daren dengan tatapan tajam dan berdiam diri saja. Kecuali Devan yang hampir memukulnya. Untung saja ditahan Dara.
"Waktu di sekolah dia gak nangis. Ternyata dia ngeluarin emosinya di tempat latihan tinju. Kok gue gemes yah?" Daren tiba-tiba terkekeh mengingat kejadian itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAYA [Stay As You Are]
Fiksi Remaja[ Silahkan dilihat-lihat dulu. Kali aja jadi jatuh dalam kisah Dara dan lainnya. ] Kedekatan Dara dengan Daren bermula saat Devan, sahabatnya sejak kecil tiba-tiba menjauhi dia secara tidak jelas. Awalnya Dara pikir, dia akan kesepian lagi. Tapi ter...