[1]

5.9K 351 74
                                    

"Kalian ini sudah kelas tiga SMA. Sudah dewasa pula. Kenapa kelakuan kalian bersembilan ini masih sama saja seperti anak kecil?" pak Farandi terlihat frustasi melihat satu geng Brandal's yang sudah babak belur, serta Dara yang bagian ujung bibirnya berdarah. Kalian bisa tebak sendiri siapa yang menang dalam perkelahian itu.

Kalau kalian pikir geng Brandal's yang menang, kalian salah. Karena faktanya yang menang adalah Dara. Kemampuan tinju yang dimiliki Dara memang tidak bisa diragukan lagi.

"Kata mama, kalau belum nikah, saya tetep jadi anak kecil, pak." ujar Charlie dengan polosnya, membuat mereka di situ selain pak Farandi, tertawa dengan gilanya. Eh, Dara tidak tertawa juga rupanya. Dia lebih memilih berdiri dari tempat duduknya yang bersebelahan dengan Daren.

"Diem kalian! Siapa yang suruh kalian ketawa?" mereka semua akhirnya diam kembali walaupun sangat sulit bagi mereka untuk menahan tawa.

"Kamu juga Dara. Kenapa udah berdiri aja? Kamu itu perempuan. Tapi gayanya udah sebelas duabelas sama mereka. Ya Allah, cobaan dari mana ini, terus saya jadi guru BP yang kerjaannya ngurusin kalian bersembilan ini?" Dara hanya memutar kedua bola matanya. Pak Farandi memulai tingkah konyol yang seringkali tidak disadarinya.

"Pak, jadi sebenarnya kita mau ngapain di sini? Ngerumpi?" tanya Dara, kesal.

"Kalian akan saya hukum." ucap pak Farandi dengan tegas.

"Emang hukumannya apaan, Pak?" tanya Daren yang bagian matanya membiru karena ditonjok Dara tadi.

"Bersihin taman belakang pulang sekolah nanti. Mudah, kan? Kalian kan ada sembilan. Pasti bersih-bersihnya jadi tidak terasa." mereka mulai rusuh. Taman belakang Bakti Mulia memang cukup luas. Sedikit melelahkan untuk membersihkan tempat itu.

"Ya sudah, kalian bisa kembali ke kelas. Ingat, kalau kalian tidak melakukan hukuman yang saya berikan, terpaksa saya akan membuat surat panggilan orang tua." peringat Pak Farandi lagi pada mereka.

"Iye, Pak!!" seru mereka berdelapan. Dara? Gadis itu sudah pergi duluan dari ruangan BP.

"Ren, bentar malam ke clubbing yuk." ajak Jaden begitu mereka keluar dari ruangan.

"Boleh," jawab Daren singkat.

"Lo liat tu cabe tengil, gak?" tanya Daren pada mereka. Mereka hanya menggelengkan kepala yang artinya tidak tau sama sekali.

"Emang kenapa?" tanya Kenneth.

"Mau gue rantai supaya gak kabur pulang sekolah nanti." mendengar ucapan Daren, mereka semua jadi terkekeh.

***

Dua orang anak SMA sedang duduk sambil menikmati pemandangan sebagian kota Jakarta di rooftop gedung Bakti Mulia siang itu. Dara dan Devan. Dua sahabat itu sedang asik dengan pikiran mereka masing-masing sebelum akhirnya Dara angkat bicara.

"Van, lulus SMA nanti, lo mau kuliah di mana?" tanya Dara, melirik ke bagian sampingnya, Devan.

"Gak tau juga. Lo?" Devan melirik ke arah Dara yang sedang tersenyum manis sekarang.

"Kemanapun lo pergi, gue pengen ikut lo aja." jawab Dara yang membuat Devan jadi gemas sehingga Devan malah mencubit kedua pipi Dara.

"Gemesin banget sih lo. Emang bener gitu?" Dara mengangguk mantap menjawab pertanyaan Devan.

"Jangan memperkirakan semua yang bakal lo alamin itu bakal mudah dan sesuai keinginan lo. Kadang, yang lo harapin gak pernah sesuai dengan kenyataan yang bakal lo hadepin, Dar." ucapan Devan sedikit membingungkan untuk dicerna Dara.

SAYA [Stay As You Are] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang