Daren masih sibuk tertawa. Sedangkan Dara jadi semakin jengkel dengan Daren. Apanya yang lucu? "Daren! Gue lagi gak becandaan. Sumpah dari tadi lo ketawa liat foto masa kecil gue. Iya gue tau kok gue cantik. Tapi ketawanya bikin gue, erghh jengkel." sesekali Dara mendesah kesal karena tingkah Daren itu.
"Ra, lo tengil beneran ternyata. Cantik dari pantat gue. Liat tuh gigi lo ompong dua di foto. Duh, bisa mati muda gue lama-lama." jadi ternyata itu yang membuat Daren tertawa geli. Tapi bagi Dara mah, Daren jadi keterlaluan. Fotonya malah diledekin. Malah omongan Daren suka bener lagi.
"Biarin. Gue bete ama lo. Yaudah kita gak jadi jalan!" ucapan Dara langsung membuat Daren menoleh ke arah Dara yang sekarang benar-benar tidak ada selera humor sama sekali. Yang dia lakukan sekarang itu melipat kedua tangannya didepan dada dan ekspresi wajah yang tampak kesal. Daren kemudian mengatur napasnya, berusaha untuk tidak tertawa lagi.
"Ya deh gue gak ketawa lagi. Jangan ngambekan yah?" bujuk Daren.
Tapi bujukan Daren malah dibalas dengan tatapan tajam Dara dan, "Gak! Terlanjur kesel gue ama lo! Pulang aja sono!" usir Dara.
Daren malah sibuk menggaruk-garuk tengkuknya yang tak gatal itu. Kemudian tatapannya beralih di dua dress casual berwarna hitam dan putih. Mungkin itu alasannya Dara kembali lagi. Dia ingin menanyakan saran Daren, tapi Darennya malah ketawa duluan.
Daren kemudian menarik dress hitam berlengan panjang itu. Dia melihat keseluruhan dress itu kemudian melihat ke arah Dara yang masih cemberut.
"Ra, pake ini aja." ujar Daren seolah dia lupa kalau dia sudah diusir Dara tadi. Dara tidak merespon sama sekali.
"Ra, lo cantiknya pakai dress ini. Cepetan pake, terus berangkat. Keburu magrib entar." ujar Daren lagi. Kali ini dress yang masih dipegang Daren berhasil dilirik Dara. Dengan kesal Dara mengambil dress itu dan pergi ke kamarnya. Daren berhasil membujuk Dara.
"Padahal lo itu gemesin, Ra. Karna itu gue suka." gumam Daren menatap kembali foto gadis kecil itu. Kali ini tidak ada tawa geli dan terdengar menjengkelkan. Yang ada senyum tulus yang terpampang nyata dari wajah tampan seorang Daren.
***
"Mau kemana kita?" tanya Dara saat dua orang itu masih di atas motor.
"Lo nanya gitu kayak dora aja. 'Mau kemana kita hari ini?' Haha, kayak dora beneran. Untung aja rambutnya panjang." ledek Daren.
Rupanya hari ini Daren lebih banyak meledek Dara. Dan Dara lebih banyak kesal dengan tingkah sahabat barunya itu.
"Aduh!" pekik Daren tiba-tiba dikarenakan Dara memukul pundak Daren dengan keras.
"Gue tuh nanya. Serius kek. Dari tadi becandaan mulu." gerutu Dara.
"Tenang aja, Ra. Kalau perasaan gue serius kok sama lo." ujar Daren membuat wajah Dara terasa panas lagi sekarang. Tentu saja Daren bisa melihat respon Dara dari kaca spion. Dan itu membuat kekehan Daren kembali lagi.
"Ra, lo blushing mulu. Jadi gemes," ledek Daren lagi yang membuat Dara menjadi jengkel kembali.
"Ren, bisa gak diem dikit. Gue kesel tau gak." oke, kali ini Daren memilih untuk diam lagi. Tidak tertawa ataupun meledek Dara lagi. Mereka mulai sibuk dengan pikiran masing-masing sampai akhirnya motor Daren berhenti di depan sebuah kafe. Dara langsung turun dari motornya, kemudian akan melepas helm jika saja tidak dibantu Daren, mungkin Dara akan masuk ke dalam kafe masih memakai helm di kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAYA [Stay As You Are]
Fiksi Remaja[ Silahkan dilihat-lihat dulu. Kali aja jadi jatuh dalam kisah Dara dan lainnya. ] Kedekatan Dara dengan Daren bermula saat Devan, sahabatnya sejak kecil tiba-tiba menjauhi dia secara tidak jelas. Awalnya Dara pikir, dia akan kesepian lagi. Tapi ter...