[18]

2.9K 215 15
                                    

Malam semakin larut saja. Dara berbaring di kasur empuknya itu, melepas lelah seharian ini. Bella menatap sahabatnya itu kemudian terkekeh. Dara yang menyadari itu jadi bingung sendiri.

"Kenapa, Bel?" Bella menggeleng.

"Gue salut aja lo bisa rajin belajar juga. Bisa dipertahanin gak?" tanya Bella, mengangkat kening kirinya.

"Gue usahain kok," ujar Dara tersenyum tipis.

Dia mulai terdiam lagi. Memikirkan sesuatu yang bahkan lebih dari sekali. Masalah persahabatannya dengan Devan, kedekatannya dengan Daren akhir-akhir ini, semua sulit untuk dicerna apa maksud semua ini.

"Dar, mikirin apa sih? Cerita ke gue dong, daripada lo pendem sendiri. Entar jadi penyakitan lagi," celetuk Bella membuat Dara tersenyum tipis ke arahnya.

"Menurut lo, Devan kenapa bisa jauhin gue yah?" Bella menautkan keningnya. Sejenak berpikir.

"Lo deket sama Daren?" tebak Bella.

"Gak mungkin itu, Bel. Gue deket sama Daren aja pas Devan udah jauhin gue dulu. Dan tiba-tiba si Abi nongol sok deket ama Devan," mengingat gadis menyebalkan itu membuat Dara ingin menyeret Gaby ke arena tinju dan memukulnya sebisa mungkin. Hanya ingin saja.

"Berarti ada hal lain yang Devan coba sembunyiin sama lo. Eh tapi tunggu dulu. Setau gue lo amnesia deh. Lo pura-pura amnesia?" benar juga. Hampir saja Bella tidak menyadari hal itu.

"Gue emang sempet amnesia beneran, Bel. Tapi gak sampai seminggu gue udah inget lagi sama dia. Ya kali orang paling berharga di hidup gue dilupain gitu aja," Dara tersenyum tipis lagi. Membuat Bella menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Gini deh gue tanya sama lo," Bella menatap lekat mata Dara.

"Lo anggap Devan itu sahabat lo aja, atau lebih dari itu?"

Dara terdiam. Sahabatnya ini. Apa tidak ada pertanyaan yang lebih mudah saja? Mana dia tau soal perasaannya sendiri. Dan Daren? Bahkan di hati kecilnya, dia masih memikirkan anak itu.

"Dar?" Bella membuyarkan lamunannya. Sadar karena Dara malah melamun, Bella menggelengkan kepalanya.

"Gue gak tau, Bel. Gue gak ngerti sama perasaan gue sendiri. Gimana bisa gue yakinin perasaan gue sendiri kalau Devan kerjaannya jauhin gue tanpa alasan yang jelas," imbuh Dara dengan ekspresi kusut.

"Kalau Daren? Dia kayaknya suka deh sama lo," Dara mengacak kasar rambutnya.

"Bel, bunuh gue aja deh. Gue sama sekali bingung sama keadaan sekarang," Bella hanya bisa pasrah melihat tingkah sahabatnya itu.

"Lo cari tau aja dulu ada apa sama Devan. Kayaknya masalah serius sampai kalian malah jauhan kayak gini," tutur Bella. Dara hanya mengangguk pasrah.

***

Seorang wanita tua sedang melihat album berwarna kuning yang masih terawat sampai sekarang. Dia mulai menatap foto demi foto yang ada di album tersebut.

Foto terakhir di foto itu dia melihat dirinya sendiri dan cucu satu-satunya yang kini bahkan mungkin membenci dirinya. Di foto itu cucunya yang cantik itu masih memakai seragam putih merah, memeluk sebuket bunga yang bahkan itu bukan pemberiannya.

Di ingatannya masih sangat jelas. Saat itu hari kelulusan cucunya di sekolah dasar. Dia terpaksa datang karena sahabat dari cucunya itu bermohon sampai berlutut di bawah kakinya untuk memohon hadir dalam hari kelulusan cucunya sendiri. Alhasil dia datang, dan walaupun begitu, wajahnya sangat datar. Tidak menunjukkan kebahagiaan sama sekali.

SAYA [Stay As You Are] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang