[11]

3.1K 214 14
                                    

"Emang ada yang salah, Ren?" Dara mengerutkan dahinya, bingung dengan respon Daren yang seperti itu. Daren langsung menaruh mangkuk yang masih berisi bubur ayam itu. Rupanya dia tidak berkeinginan untuk melanjutkan sarapannya.

"Jorok," cibir Dara saat melihat Daren membersihkan asal sisa bubur yang ada di mulutnya itu. Tatapan Daren kini beralih pada Dara. Tatapannya lebih serius. Seolah sedang berpikir keras. Terlihat dari kerutan di dahinya. Setelah itu dia tersenyum ke arah Dara.

"Rumah gue lebih jorok lagi. Emang lo masih mau pergi?" tanya Daren, tersenyum usil.

"Oke, gue gak jadi pergi ke rumah lo,"

"Syukur," gumam Daren, namun masih bisa didengar Dara.

"Yaudah, anterin gue pulang aja. Mager gue kayaknya kambuh," tutur Dara dengan muka memelas.

Akhirnya Daren mengantar Dara untuk pulang kerumahnya. Sesampainya di rumah milik Dara, mereka memilih duduk di ruang tengah.

"Ra, lo emang tinggal sendirian di rumah segede itu?" tanya Daren terdengar khawatir. Dara terkekeh.

"Ini nih, lo sih baru kenel gue. Dari jaman smp gue juga udah tinggal sendiri." jelas Dara.

"Ya tapi, lo gak ada asisten rumah tangga gitu? Nemenin lo. Entar kalau ada perampok, gimana?" tanya Daren, masih tetap khawatir. Dara memutar kedua bola matanya.

"Yang ada pembantunya yang jadi tukang nyolong," Daren melihat ke arah Dara sekarang, rupanya kaget dengan apa yang diucapkan Dara barusan.

"Pernah gitu emang?" tanya Daren.

"Enggak sih, udah ah, lo kepo banget," cibir Dara yang mulai kesal dengan sikap Daren.

"Nih, mending yah, gue mau kasih tau rahasia gue," ujar Dara tiba-tiba bersemangat. Daren hanya diam, bertingkah tidak peduli dengan ucapan Dara.

"Ren, lo denger gue ngomong, kan?" tanya Dara, mengguncang-guncang tubuh Daren.

"Iya, gue denger. Tapi gue gak mau tau tuh rahasia lo," ledek Daren, menjulurkan lidahnya.

"Kalo gak mau tau, pulang aja sana," kebiasaan Dara yang selalu mengusir Daren jika dia tidak menanggapi ucapannya, kambuh lagi. Alhasil Daren jadi senyam-senyum, berusaha membujuk Dara.

"Yaudah, apaan emang rahasia lo? Semangat amat ngomongin rahasia," Daren memutar kedua bola matanya, saat melihat Dara langsung beralih di rak samping tv, dan mulai mencari sesuatu yang entah apa itu. Tiba-tiba dia langsung tersenyum senang, saat barang yang dicarinya berhasil ditemukan. Dara langsung memasukkan benda itu ke dalam DVD player, kemudian menyalakan tv. Benar. Itu sebuah kaset. Dan isinya? Drama korea.

Daren terkekeh mengetahui rahasia Dara. Yang benar saja, bahkan kebanyakan anak gadis memang menyukai apa yang namanya drama dari negeri ginseng itu. Dan seorang Dara malah membuah fakta itu menjadi sebuah rahasia? Daren tidak habis pikir dengan tingkah Dara yang mengundang tawa itu.

"Dulu gue selalu dilarang Devan buat nonton ginian. Katanya bikin otak gue malah nambah begolah, buat attitude gue jadi tambah buruk, buat gue jadi males ngerjain tugas, pokoknya yang dibilang Devan ada benarnya sih. Tapi tetep aja gue diam-diam masih nonton setiap drakor terbaru dan lagi ngehits," jelas Dara. Sejak tadi, Daren memperhatikan setiap ekspresi yang ditunjukkan Dara. Cemberutnya, ekspresi datarnya, dan sekarang senyuman yang diberikan kearahnya.

"Ada banyak hal yang Devan tau, tapi ada banyak hal juga yang gak dia tau. Kadang gue punya hal sederhana aja bagi banyak orang, tapi buat gue jadi hal penting karena gue gak pernah nikmatin itu," kini wajah Dara berubah jadi serius. Drama yang diputarnys bahkan tidak ditengoknya sama sekali.

SAYA [Stay As You Are] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang