Mereka kemudian berjalan lebih dalam lagi di rumah bak istana itu. Perasaan Dara bercampur aduk saat melihat banyaknya pajangan foto dirinya di dinding-dinding rumah itu. Foto saat dirinya lulus sekolah dasar dengan neneknya yang hanya memasang wajah datar. Betapa ceria Dara waktu itu, walau dia tau neneknya hanya terpaksa datang di acara kelulusannya. Setelah itu, dia melihat beberapa pajangan fotonya saat SMP, satu tahun sebelum dirinya minggat dari rumah itu.
Seingat Dara itu foto saat neneknya ulang tahun. Dara berada di situ, namun neneknya tampak mengabaikan dirinya. Terlihat saat neneknya malah memeluk gadis dengan rambut terurai yang baru Dara tau dia adalah Gaby. Cukup menyakitkan memang. Belum lagi foto-foto yang rupanya ini masih baru. Foto saat Dara sedang menaiki komedi putar dengan terusan berwarna hitam. Tampaknya itu saat senja dan ekspresi Dara begitu bahagia.
Oh tidak, Dara hampir saja tidak sadar, dari mana Neneknya mendapatkan foto beberapa bulan yang lalu itu. Lagi pula, sejak kapan Dara memotret di taman hiburan itu? Satu-satunya yang bisa menjelaskan adalah laki-laki yang masih setia di samping Dara saat ini.
Baru saja Dara akan menatap tajam Daren, pelayan rumah itu menyadarkannya bahwa mereka sudah ada di depan kamar neneknya. Kini Daren menggenggam erat tangan milik Dara lagi. Sedikit risih bagi Dara karena pelayan rumah itu memperhatikan mereka berdua. Namun Daren tampaknya biasa-biasa saja dengan hal itu. Pintu kamar terbuka, seiring detak jantung Dara yang berdetak kencang.
Bukan apa, tapi Dara hanya bingung saja apa yang harus diucapkannya? Apa Neneknya akan menanggapi baik kehadiran dirinya? Apa Neneknya akan membahas soal pewarisan tahta perusahaan keluarganya? Apa Neneknya merindukan cucunya seperti sebaliknya yang dirasakan Dara sejak dahulu? Dara begitu gugup sebenarnya. Hanya saja, lelaki di sampingnya ini tampak tenang dan terus menggenggam erat tangan milik Dara. Seolah Daren menenangkan Dara dengan caranya sendiri.
"Apa kamu sudah melakukan kerja sama dengan Royal's Company? Taman bermain milik mereka cukup baik. Jika mereka juga jadi menjual saham mereka, keuntungan besar berada di perusahaan saya," ujar Anita dengan suara parau. Dia terbaring lemah di tempat tidurnya. Namun sampai detik ini dia tetap memikirkan tentang masa depan perusahaan.
Anita sedang berbicara dengan Asistennya yang menyebalkan itu. Tampaknya mendengar keuntungan besar membuat wanita berusia empat puluhan itu menjadi tersenyum senang. Dara yang diam-diam mendengar pembicaraan itu, malah memutar kedua matanya. Pasti yang dipikirkan wanita itu hanyalah keuntungan besar baginya, bukan untuk perusahaan Nenek, pikir Dara.
Tapi tampaknya wanita menyebalkan itu sedikit kebingungan. Tampak dari dia yang sekarang malah menggaruk-garuk tengkuknya. "Ada apa?" tanya Anita.
"Tapi direktur RC tidak mau bekerja sama jika membicarakan soal taman bermain itu. Padahal setau saya, arena bermainnya saja sudah hampir rusak semuanya. Lagipula sudah ditutup hampir empat tahun juga. Saya merasa aneh kenapa taman bermain itu tidak ingin dijual. Bahkan pembatalan saham di Bali akan terjadi kalau taman bermain itu masih dipaksa untuk dibeli," ujar wanita itu panjang lebar.
Tiba-tiba Daren tersenyum miring. Dara yang melihat itu malah kebingungan sendiri. Pembicaraan serius seperti itu malah dianggap lucu bagi Daren. Ada-ada saja.
"Taman bermain itu yang lebih penting. Itu berada di tempat yang strategis di pusat kota ini. Anak-anak bahkan orang tua akan ceria jika menghabiskan waktu senggang mereka di situ. Taman bermain itu akan dipastikan menjadi yang terbaik di negara ini. Kamu harus mendapat persetujuan secepatnya dari pimpinan RC. Secepatnya. Dara pasti akan senang. Dia sangat suka keramaian dan komedi putar," ujar Anita sambil tersenyum simpul. Tampaknya Anita sedang mengingat cucunya.
Perkiraan Dara salah ternyata. Neneknya merindukan dia juga. Bahkan Neneknya tau Dara suka keramaian dan komedi putar. Bahkan taman bermain itu untuk menyenangkan Dara.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAYA [Stay As You Are]
Roman pour Adolescents[ Silahkan dilihat-lihat dulu. Kali aja jadi jatuh dalam kisah Dara dan lainnya. ] Kedekatan Dara dengan Daren bermula saat Devan, sahabatnya sejak kecil tiba-tiba menjauhi dia secara tidak jelas. Awalnya Dara pikir, dia akan kesepian lagi. Tapi ter...