part 5

141 12 0
                                    

“ngapain lo senyum senyum nggak jelas begitu?” kata Krystal saat menyadari bahwa Gilang memperhatikannya sedari tadi dan itu dengan senyum senyum tidak jelasnya.

“emang kenapa? Mulut mulut siapa? Jadi bebas dong kalau gue senyum” jawab Gilang enteng.

“tapi jangan kearah gue senyumnya! Mau gue robek mulut lo?”

“ih… siapa yang senyumin lo? kePDan lo terlalu tinggi ternyata”

“semerdeka lo lah! Itu taman utamanya. Udah tau kan? Sekarang gue mau balik ke lapangan basket luar, jadi lepasin tangan gue oke!”

“terus lapangan basket indoornya dimana? Kenapa nggak sekalian di tunjukin ke gue?” kata Gilang mengulur waktu dengan mengarahkan pandangannya ke sembarang arah untuk mencari lapangan basket indoornya.

“haaaiiiishh… lo itu repot banget tau nggak! Udahlah gue mau pergi, jadi cepat selesaikan tugas lo!” kata Krystal dengan menghempaskan tangannya dari tangan Gilang.

Dan itu berhasil, namun hanya sebentar. Karena Gilang dengan gesitnya menarik kembali tangan Krystal.

“kita pergi sama sama” kata Gilang dengan berjalan mendahului Krystal.

Krystal yang mendapat perlakuan seperti itu hanya melongo tak percaya, pasalnya selama ini tidak ada yang berani memperlakukan dan juga bersikap seperti ini padanya di sekolah ini.

Kecuali satu orang yaitu Kelvin Jae Gacuthel. Karena sejak Krystal kelas sepuluh dulu, ia dengan Kelvin sudah biasa bersama dalam setiap olimpiade matematika, ya… meskipun akhirnya Kelvin tidak bisa sampai nasional.

Tapi karena itu Kelvin menjadi berani untuk memanggil Krystal honey dan sebagainya. Tentu tidak sampai seperti Gilang ini, yang dengan seenak jidatnya menyeret Krystal dan juga menyuruhnya. Namun anehnya, Krystal jarang sekali menolaknya.

Setelah sampai di lapangan basket indoor, Krystal segera meletakkan tasnya di salah satu bangku di sana, dan juga segera mencari sapu untuk menyapu sisa makanan yang tumpah di sela sela bangku itu. Sedangkan Gilang hanya memandang dan memperhatikan setiap gerakan yang dilakukan Krystal.

“ngapain lo disitu?! Seharusnya lo cepet keluar dan bersihin taman belakang, emang lo mau hukuman kita di perpanjang huh?!” kata Krystal yang sudah terlanjur emosi karena tingkah laku Gilang.

“mau kok asal itu ama lo” jawab Gilang agak pelan.

“apa?! Tadi lo bilang apa?!” Tanya Krystal karena tidak mendengar apa yang dikatakan Gilang tadi, bukan karena dia tuli, tapi karena ia sedang berada di kursi paling atas di lapangan indoor itu. Gilang yang mendengar perkataan Krystal tadi menjadi salah tingkah sendiri.

“eh.. oh.. nggak pa pa kok, ya udah kalau gitu gue ke taman belakang dulu ya. Fighting buat hukumannya” kata Gilang sebelum ia melangkahkan kakinya menuju pintu keluar lapangan itu.

Sedangkan Krystal hanya melongo mendengar jawaban dari Gilang yang menurutnya tidak masuk akal sama sekali. Dan ya… setelah di ingat ingat lagi, mereka berdua itu belum sempat kenalan dari awal. Tapi meskipun belum kenal mereka sudah bisa berinteraksi sampai seperti ini, apa lagi kalau sudah kenalan, Bakal ribut terus mungkin.

Setelah dirasa sudah bersih, Krystal kembali melanjutkan bersih bersih di lapangan basket indoor, dan pasti disana tidak akan sedikit sampah yang berserakan, mengingat bahwa lapangan itu lebih sering digunakan jika pertandingan.

“hai… gue udah selesai, mau gue bantuin nggak?” Tanya Gilang secara tiba tiba di depan Krystal yang sedang menyapu bagian bawah kursi kursi itu. Karena saking terkejutnya, Krystal sampai memegangi dadanya.

“lo apaan sih?! Udah tau gue lagi nyapu, ngapain lo muncul tiba tiba?!” sentak Krystal setelah menatap tajam Gilang.

“hehehe… ya sorry. Mau gue bantuin nggak?”

“haha.. hehe… merdeka banget ya lo dapet hukuman kayak begini? Sampai sampai nggak ada ekspresi bete di muka astral lo itu”

“ya merdekalah… kan dihukumnya sama lo, jadi ya gue merdeka. Eh iya, seharusnya lo itu makasih sama gue, karna waktu itu gue udah nylametin lo dari orang sinting yang megang tangan lo dengan kasar itu”

“iya lo bener, seharusnya gue itu nggak ngikutin lo, kalau gue nggak ngikutin lo tadi, gue pasti nggak bakal dihukum seberat ini!”

“terserah lo lah, yang penting gue udah berusaha nolong lo”

Ditengah perseteruan mereka, tak sengaja pak Hendra wali kelas siswa unggulan sekaligus kepala sekolah itu melewati lapangan indoor itu, karena mendengar keributan di dalamnya, pak Hendra segera masuk ke sana untuk memastikan bahwa tidak terjadi apa apa dengan muridnya dan juga dengan lapangannya.

“ada apa ini? Kenapa ribut terus?” Tanya pak Hendra tanpa mengetahui bahwa itu adalah Krystal si emas sekolah dan juga murid baru si juara olimpiade basket nasional.

Sedangkan Krystal yang mendengar suara pak Hendra di belakangnya hanya membulatkan matanya kaget, sedangkan Gilang yang bertemu pandang dengan pak Hendra hanya memasang wajah bingungnya, seolah bertanya kepada Krystal siapa-dia-?  Krystal yang mendapat tatapan seperti itu hanya memejamkan matanya takut, meskipun takut, ia sedikit demi sedikit memutar tubuhnya untuk berhadapan dengan pak Hendra kepala sekolahnya.

“eh… maaf pak sudah membuat keributan, saya tidak akan mengulanginya lagi” kata Krystal takut-takut.  Gilang yang berada di belakang Krystal mulai mendekati Krystal untuk berbisik,

“siapa?”

“itu kepala sekolah” jawab Krystal dengan berbisik juga.

Gilang yang mendapatkan jawaban dari Krystal hanya membulatkan mulutnya.

“Krystal?!” Tanya pak hendra tak percaya.

“eh.. iya pak” jawab Krystal dengan mendongakkan kepalanya.

“kenapa kamu disini?! Bukannya ini masih jam pelajaran?!” Tanya pak Hendra dengan nada tak percayanya.

“em… sebelumnya maaf pak mengganggu perbincangan bapak, tapi waktu kami hanya tinggal seperempat jam lagi, jadi kami harus membersihkan ruangan ini dulu. Emang bapak mau ngegantiin kita ngebersihin tempat ini? Kalau mau, kami berterimakasih banget karena bapak mau bantuin kita” sela Gilang dengan senyumnya karena ia merasa dirinya tak dianggap di sini.

“apa?! Membersihkan ruangan ini?! Apa apaan ini ?!!” jawab pak Hendra yang hampir mengeluarkan emosinya.

“kenapa pak? Ada apa? Kalau memang bapak nggak mau, nggak pa pa kok pak. Tapi nggak usah marah kayak gitu” jawab Gilang khawatir. Sedangkan Krystal hanya mampu menundukan kepalanya takut dan juga khawatir akan nasibnya nanti.

“siapa guru yang bertugas hari ini?” Tanya kepala sekolah dengan nada yang mulai menurun.

Anjir... gue dicuekin batin Gilang saat sadar bahwa dirinya memang benar benar di acuhkan.

Namun meskipun diacuhin seperti itu, tetap saja Gilang menjawab perkataan kepala sekolah yang sebenarnya ditujukan untuk krystal.

“em… pak bag… bag… bag siapa?” kata gilang tak ingat, namun kemudian ia bertanya kepada Krystal dengan menyenggol lengan Krystal.

“Bagyo?” Tanya pak Hendra.

“nah…  itu! Pak Bagyo! Memang ada apa ya pak?” Tanya Gilang dengan wajah bodohnya.

“kalian berdua sekarang ikut saya!” kata pak Hendra dingin.

“mati gue, habislah sudah” gumam Krystal.

“mati kenapa?” Tanya Gilang dengan berbisik di telinga Krystal, Krystal yang merasa merinding di dekat telinganya langsung menoyor kepala gilang agak keras.

Sadar kepalanya sudah ditoyor Krystal, Gilang hanya bergumam tak jelas dengan Krystal yang sudah beberapa langkah di depannya.
Akhirnya merekapun segera mengikuti pak Hendra yang sudah jauh di depan mereka, sedangkan Gilang segera menyamakan langkahnya dengan Krystal.

*Vote, comentnya jangan lupa...

About Us [complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang