part 6

116 11 0
                                    

“maaf pak. Bisakah kita bicara sebentar?” Tanya pak Hendra setelah berada di samping pak Bagyo.

Pak Bagyo yang sedang mengawasi gerbang utama itu segera menengok ke arah kirinya karena sempat kaget dengan kehadiran kepala sekolah di sana.

“oh kepala sekolah! Ada apa pak? Apa ada masalah?” Tanya pak Bagyo dengan ekspresi tidak taunya.

“kenapa bapak menghukum Krystal?” Tanya pak Hendra agak lembut.

“oh… jadi namanya Krystal toh… ya tentu saja karena dia telat pak” jawab pak Bagyo dengan entengnya.

“seberapa telat dia pak?” Tanya kepala sekolah dengan senyum tak biasanya.

“dia telat sekitar delapan menit pak”

“hukuman berlaku jika ada murid yang telat sepuluh menit pak, bukan delapan menit! Dan juga, berani beraninya bapak menghukum anak emas sekolah dan juga keluarga Rayzel” kata pak Hendra dengan emosi yang di tekannya.

“m… maaf pak, saya tidak tau jika aturannya itu sepuluh menit, dan juga saya baru tau jika dialah sang emas sekolah. Jadi maafkan saya pak” jawab pak Bagyo agak takut melihat ekspresi kepala sekolah yang tangah menahan emosinya.

“ekhem… apakah saya di sini tidak dianggap, kalau tidak, saya akan ke kelas saya. Permisi” sela Gilang sengaja.

“tunggu! siapa bilang kamu boleh pergi? Selesaikan hukuman kamu!!” cegah pak Bagyo bermaksud ingin mengembalikan imagenya di depan kepala sekolah.

“ya… kamu boleh kembali ke kelas kamu. Tapi tidak sekarang” jawab kepala sekolah dengan nada datar tapi juga terkesan seram.

“bagaimana bisa bapak membiarkan dia ke kelasnya begitu saja? Dia harus menyelesaikan hukumannya terlebih dahulu pak!” sangkal pak Bagyo.

“pak… apa bapak akan memperlakukan semua murit pindahan dengan sebegini tidak hormat?” kata kepala sekolah dengan amarah tertahan dan juga dengan senyumnya yang menahan marah itu.

Gilang yang mendengar bahwa pembicaraan itu membicarakan dirinya hanya menampilkan senyum bangganya. Krystal yang melihat ekspresi Gilang itupun memasang wajah bencinya.

“kenapa lo? Iri sama gue? Segitu amat ekspresi lo” kata Gilang dengan kepercayaan tinggi maksimalnya.

Sedangkan Krystal hanya diam saja tak menggubris perkataan Gilang, justru dia mengalihkan pandangannya kepada kepala sekolah dan juga pak Bagyo yang berada dua langkah di depannya. Namun kedua guru itu malah menatap Gilang dengan tatapan cengonya. Krystal yang melihat ekspresi kedua gurunya hanya memutar bola matanya jengah.

“ekhem… apakah saya boleh ke kelas pak?” kata Krystal membuyarkan ekspresi cengo kedua gurunya itu.

“eh.. oh.. boleh Krystal, kamu boleh ke kelas kamu sekarang, karena nanti saya akan memberikan pengumuman pada kelas kamu di akhir pelajaran, jadi tolong sampaikan ke teman teman sekelas kamu agar jangan pulang terlebih dahulu nanti” jelas kepala sekolah sebelum dia mempersilahkan Krystal pergi.

Setelah mendapatkan ijin dari kepala sekolah untuk kembali ke kelasnya, Krystal segera memasang headset di kedua telinganya, sebelum ia mendengar perkataan tak berguna dari orang di sebelahnya itu.

“heh… tapi kan, setelah gue pikir pikir, kita itu belum pernah kenalan loh… emang lo nggak ngrasa aneh apa?” kata Gilang dengan mengingat ingat kejadian terdahulu dengan salah satu memegang dagunya seolah berpikir, sedangkan salah satu tangannya lagi ia masukan kedalam saku celana.

Karena tak kunjung mendapat jawaban dari orang yang ditanya, Gilang segera mengalihkan pembicaraan bermaksud untuk tidak membuat mereka canggung, terutama dirinya sendiri.

“em… kalau gitu lo di kelas apa? Sebelah mana tempatnya? Jauh nggak dari kantin?” Tanya Gilang dengan pandangan lurus seolah tak perduli, padahal ia melakukan itu hanya untuk mencegah rasa canggung dalam dirinya. Dan juga dengan kedua tangan di saku celananya tentu.

Setelah menanyakan hal itu Gilang terdiam sejenak menunggu jawaban yang akan keluar dari gadis di sampingnya itu. Namun hasilnya nihil. Sama sekali tidak ada jawaban dari gadis di sampingnya itu. Tak ambil pusing, Gilang kembali menormalkan suasa yang menurutnya canggung itu.

“em… kata kepala sekolah gue bakal di kelas unggulan, tapi gue belum tau giman kelasnya. Ya… meskipun gue udah tau tempatnya sih, lo tau nggak kelas itu kayak gimana?” Tanya Gilang yang kini dengan menengok ke arah Krystal yang sedang mengangguk anggukan kepalanya menikamati lagu yang di putarnya.

Melihat Krystal yang dengan enaknya menikmati lagunya itu membuat Gilang membulatkan matanya dan juga membuka mulutnya kaget. Karena masih tak menyadari ekspresi Gilang yang sudah seperti orang gila, Gilang segera berjalan mendahului Krystal dan berhenti tiga langkah di depan Krystal.

Krystal yang menyadari bahwa di depannya ada orang segera menghentikan langkahnya, tapi tidak dengan headsetnya, ya.. setidaknya ia sudah menurunkan volumenya yang cukup untuk mendengar orang di dekatnya berbicara. Meskipun Ia tidak perduli dengan orang yang sekarang berada di depannya itu, jadi dia tetap berdiri di tempatnya dengan tangan di silangkan di depan dada, tak lupa dengan senyum miringnya itu.

“ngapain lo disitu?” kata Krystal dengan senyum miringnya.

“what?! Jadi bener tadi gue ngomong sendiri kayak orang gila?!” kata Gilang tak percaya.

“cih, lo itu kenapa sih? Kenapa lo terus ngikutin gue hem? Lo suka sama gue huh?” kata Krystal meremehkan Gilang.

Gilang yang mendengar nada bicara Krystal sudah tidak bisa dianggap bersahabatpun akhirnya geram sendiri. Pasalnya selama ini ia tidak pernah di acuhkan begini, terlebih lagi dengan kaum hawa. Justru merekalah yang mengejar ngejar Gilang agar bisa berbicara dengan mereka. Tapi sekarang dia di acuhkan oleh seorang gadis?!

“one! gue perlu tau siapa lo!” kata Gilang dengan melangkah satu langkah ke depan menuju Krystal berdiri.

“two! Gue nggak suka diacuhkan!” lanjut Gilang yang juga melangkah satu langkah lagi kearah Krystal. Sedangkan Krystal yang melihat pergerakan Gilang hanya memasang wajah dinginnya untuk menutupi ketakutannya.

“three! Gue bakal bikin lo jatuh hati sama gue!” tambah Gilang dengan maju satu langkah. Lagi.

Dan kata Gilang yang terakhir ini sukses membuat Krystal membulatkan matanya dan juga pertahanan yang ia tunjukan di wajahnya hancur sudah. Karena sekarang ia tepat berada di depan Gilang dengan jarak kurang dari tiga puluh sentimeter.

“kenapa? Lo takut hem?” kata Gilang dengan menundukan wajahnya supaya bisa bertemu dengan wajah Krystal.

Krystal yang merasakan hembusan nafas Gilang di sekeliling wajahnya menelan ludah dengan susah payah, ia tidak menyangka akan terjadi adegan seperti ini. Bahkan ia sudah tak bisa berkata apa apa lagi karena saking dekatnya wajah mereka itu.

“lo nggak akan lepas dari gue mulai sekarang” kata Gilang dengan tangan kirinya mengarah ke dada krystal.


*tanda bintang di kiri pojok bawah jangan lupa di tekan

About Us [complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang