Part 16

74 5 0
                                    

Sedangkan Gilang yang mendengar perkataan Kelvin tadi hanya menggeram marah, ia bahkan sudah melupakan tujuannya untuk meminta maaf kepada kedua orang tersebut. Bagaimana bisa calon tunangannya digoda oleh laki laki lain tepat dihadapan matanya sendiri? Yah... meskipun Krystal tak menganggap itu, tapi setidaknya itu sangat membuat Gilang hampir naik darah sebelum ia mendapatkan tatapan tajam dari Krystal.

*******

"maksud lo apa ngomong kaya gitu ke Krystal?" tanya Gilang masih dengan nada tenangnya.

"huh? Maksud lo?" kata Kelvin acuh.

"gue tanya maksud lo apa ngomong kaya gitu ke Krystal!!" kali ini Gilang menekan setiap katanya, sebagai ganti melampiaskan kekesalannya.

"cih, penting buat gue ngejawab pertanyaan lo?" kata Kelvin meremehkan sebelum memutar tubuhnya untuk masuk ke kamarnya.

"keparat!!" umpat Gilang dengan seluruh nada kesal bercampur marahnya. Untung ia masih ingat dengan tatapan tajam dari Krystal yang bertanda Gilang tak boleh berbuat ulah selama di dekatnya, jika tidak mungkin sudut bibir Kelvin sudah bengkak akibat bogeman dari Gilang.

****

Kini waktunya bagi semua murid menuju ke lantai enam, terlihat jelas banyak murid yang sudah berdiri dengan acak-acakan di depan lift lantai mereka masing masing.

Jika kalian bertanya, sampai lantai berapa bangunan yang menjadi asrama tersebut, jawabannya adalah sampai lantai delapan. Dan untuk apa semua itu? Jawabannya masih dalam proses.

Begitupula dengan Kelvin dan Krystal, mereka berdua sudah stay di depan lift sejak tiga menit yang lalu, dan apa yang terjadi ketika lift terbuka? Semua murid berburu masuk kedalamnya. Untung di lantai itu hanya ada sepuluh murit, jadi masih bisa lah...

Gilang yang tertinggal segera berjalan cepat mendekati lift, dan tepat di depan pintu lift tanpa sengaja tatapannya bertemu dengan Kelvin dan juga Krystal. Ia hanya memasang wajah datarnya, tanpa senyum atau bahkan dengan wajah cerianya. Dan sialnya itu malah menjadi daya tarik tersendiri bagi siswi siswi yang berada tepat di depan Gilang.

"Gi... ayo cepetan masuk, sini samping gue aja" kata salah satu siswi yang terkenal dengan kegenitannya yang melebihi kecentilan Lascrea. Gilang yang mendengar itu langsung menujukan pandangannya ke arah siswi itu dengan senyum tampannya.

"aaahh... lain kali ya, kayanya gue mau lewat tangga aja deh, sekalian olahraga" jawabnya yang masih setia dengan senyuman ramah dan juga tampannya itu.

"kenapa? Padahal sepuluh menit lagi jam setengah sembilan loh, yakin mau naik tangga? ini lantai dua loohh.. Gi"

"iya. Yakin kok. Kenapa emang? Lo mau nemenin gue? Kalau mau sih ayok ayok aja gue" Jawab Gilang dengan nada menggodanya, yang langsung membuat pipi gadis itu merah merona.

"kalau mau mesra mesraan di kamar aja sana!" kata Kelvin yang sudah jengkel mendegar perkataan kedua insan tersebut.

"udah telat lagi" tambahnya bergumam sembari melihat jam tangan hitam mengkilap yang melingkar manis di pergelangan tangannya. Dan jangan tanya tentang harganya.

"sewot aja lo! Gue racunin juga lo!" sewot gadis yang ngobrol bersama Gilang tadi.

"ya udah gue pergi dulu, dari pada ntar lo dimarahin gara gara gue" kata Gilang yang sudah mulai beranjak dari tempatnya berdiri.

"eh tunggu!"

Gilang yang merasa ada yang mecekal tangannya segera memutar kepalanya menghadap ke orang yang mencegahnya itu.

"kenalin gue Dina. Dina Marcantya, di olimpiade Kimia" kata gadis itu dengan mengulurkan tangannya.

"aahhtt... oke. Sampai jumpa lagi kalau gitu" kata Gilang sembari berusaha melepaskan genggaman tangan Dina dari pergelangannya secara halus.

About Us [complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang