Informed

2K 240 14
                                    

Amber POV

Aku satu miliar persen yakin bahwa Krystal berpikir kalau Aku sedang berselingkuh dengan Jiejie. Aku tidak akan menyalahkan dia karena dia tahu aku hidup sendiri di apartemen dan melihat seorang gadis dengan celana pendek, tank top dan handuk di kepala yang membuka pintu, dia akan otomatis berpikir salah.

Aku segera berlari setelah ketika aku melihat dia.

"Hei!" Teriakku minta perhatiannya, tapi dia tidak akan berhenti terus berjalan dan masuk ke mobil.

Aku pegang pergelangan tangannya untuk membuatnya berhenti. Aku l merasa hal ini akan mudah pada awalnya tapi, aku sangat menyesalinya sekarang.

Dia menamparku ketika dia berbalik ke arahku. telapak tangannya mendarat di pipiku yang belum pernah ditampar sebelumnya meringis kesakitan. Aku tidak
melepaskan tangannya dan kupegang pipiku dengan tanganku yg bebas.

Dia benar-benar telah melewati batas. Aku menatapnya dengan tatapan intens namun kemarahanku
perlahan mereda ketika melihat dia berkaca-kaca. Aku tahan kembali kemarahanku dan membuangnya.

Dia mencoba untuk membebaskan diri dari cengkeraman tapi kekuatan nya terlalu lemah untuk melakukannya. Aku berdiri dengan rasa sakit dipipiku.

"Ku kira kau berbeda dari mereka tapi ternyata aku salah! "katanya dengan suara keras.

"Kau bahkan lebih buruk dibandingkan dengan mereka" lanjutnya dan aku merasa seperti
bumi telah menelanku hidup-hidup.

"Aku tidak begitu" Kataku padanya dengan nada datar.
Dia mengejek tertawa dan kemudian memnerikanku ice glare-nya.

"Apa kau bercanda?" Tanyanya dengan nada sarkastis.
"Aku tidak bodoh seperti mu jadi jangan memperlakukanku seperti itu" lanjutnya.

"Hmm,, kau bertindak bodoh sekarang" Kataku padanya dengan
mendesah pendek.

Aku merasa tidak nyaman terus-terusan memegang pergelangan tangan selama ini.

"Apa yang kau katakan?!" Tanyanya padaku dengan suara tegas.

"Orang bodoh adalah orang-orang yang dengan cepat menuju ke
kesimpulan meskipun ia tidak memiliki pengetahuan atas Situasinya" kataku padanya dan itu membuatnya berkerut alis.

"Gadis itu, gadis yang mengenakan celana pendek yang seharusnya sampai ke lututnya, nama lengkapnya adalah Victoria Liu Song. Dia 3 tahun lebih tua dariku dan juga ia sepupu ku. Aku mungkin tidak terang-terangan dan ekspresif dengan perasaanku padamu tidak seperti sebelumnya, tapi itu karena aku tidak tahu bagaimana bertindak sebagai seorang kekasih. Tapi aku dapat meyakinkanmu jika kata Aiden Liu mencintaimu, aku bersungguh-sungguh akan hal itu. "Aku memberikan penjelasan panjang lebar kali tinggi.

"Jadi sekarang, bisa kau jelaskan padaku , kenapa kau menamparku?" Aku menanyainya. Aku ingin mengkonfirmasi apakah apa yang aku pikirkan itu benar.

Krystal POV

Ketika mendengar apa yang dia katakan, aku sungguh merasa malu jauh di dalam hatiku. Aku masih memasang wajah dinginku, aku tidak berencana untuk menunjukkan bahwa akulah orang yang bersalah.

Ia menggerutu sambil mengusap pipinya yang memerah dan melihat itu membuatku merasa lebih bersalah. Dia menatap mataku
lagi dan aku tahu dia sedang menungguku untuk menjawabnya.

"Aku menampar karena aku kesal." Aku menjawab kepadanya menghindari matanya.

"Kesal pada apa?" Tanyanya lagi dan mulai menggangguku.

"Aish! Lupakan saja!" Kataku saat aku mengangkat suara.

"Lepaskan tanganku!" terusku saat aku menarik itu.

Dia memijat dahinya dan aku pikir aku menyebabkan dia sakit kepala. Dia kemudian mendesah sebelum dia
menatapku lagi.

"Oke, jadi mengapa kau datang ke apartemen?" Dia tanya aku yang mengingatkanku urusanku yg sebenarnya padanya.

"Aku tidak akan melepaskannya pergi karena jika kulakukan, pasti aku akan melarikan diri."Ada keheningan singkat dan aku memutuskan untuk menyerah untuk dia.

Ya dia mencengkeram tanganku kuat tapi lembut. Aku merasakan kehangatan di telapak tangannya dan itu membuat kekesalanku mereda.

"Seseorang mengatakan kepadaku bahwa Suzy berbicara denganmu." Aku berkata kepada dia tanpa bertemu matanya.

Jujur, aku khawatir kalau Suzy mungkin telah mengatakan kepadanya apa yang ia dengar di kami kelas.

"Ya, kami lakukan." Dia menjawab yang membuatku melihat dia.

"L-Lalu apa yang dia katakan?" Tanyaku penasaran dan hatiku mulai deg degan. Aku menelan ludah tenggorokan saat aku menunggu jawabannya.

"Dia mengatakan kepadaku untuk menjadi pacar yang baik untukmu" Dia menjawab sambil menggaruk bagian belakang kepalanya.

"Apa?" Tanyaku mencoba untuk mengkonfirmasi jika apa yang aku dengar adalah benar.

Aku merasa sulit percaya ketika mendengar pernyataannya.

"Dia mungkin mengatakan hal-hal buruk di depanmu tapi di belakang
punggungmu, dia memperhatikanmu. Aku tidak tahu apa kisah nyata antara kalian berdua tapi dia tetap teman baik meskipun bersikap jahat didepanmu "Aiden berkata kepadaku.

"Jangan terbuai kata-katanya"kukatakan kepadanya dan itu membuatnya mengangkat alis.

"Dia suka bertindak seperti gadis yang baik di depan orang lain. "

"Kau bertingkah bodoh lagi." Dia mengatakan padaku dan aku melotot padanua.
Dia menutupi mataku dengan tangannya dan kupukul itu. Dia
mengejek ketika aku menatapnya dengan kesal dan ini pertama kalinya seorang pria tertawa dengan melihat tatapanku.

"Jangan memaksakan keberuntunganmu, Liu." Aku memperingatkan dia.

Dia perlahan-lahan melepaskan pergelangan tanganku dan melihat mobilku dan bertatap mata lagi dan dia sekarang tanpa kacamatanya, aku bisa lihat dengan jelas mata dinginnya yang jika kau menatapnya terlalu lama, aku yakin kalau kau akan tenggelam didalamnya.

"Kau harus pulang sekarang."Katanya.

"Aku belum ingin pulang" kataku kepadanya takut-takut, memutuskan kontak mata kami.

perhatian kami dialihkan keponselnua ketika tiba-tiba berdering. Dia menariknya keluar dari sakunya dan melihatnya.

Itu membuatku bertanya-tanya siapa yang menelepon dia saat ini. Dia melirikku dan aku menaikkan alisku padanya

"Bro?" Katanya setelah ia menerima panggilan.

"Maaf jika aku memutuskan panggilan sebelumnya, aku hanya mengurus sesuati. "sambungnya melirikku.

Yah, aku tidak tahu bahwa ia memiliki saudara.

"Benarkah?, lega mendengarnya" Katanya gembira.

"Kapan?"

Aku ingin tahu apa yang mereka bicarakan karena tampaknya ia gembira dengan hal itu.

"Minggu depan? Oke, aku akan menunggu. "Katanya dengan
melebar tersenyum dan mengakhri panggilan.





Ada apa dengan minggu depan?

Pretending Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang