Playing Piano

2K 233 24
                                    

Krystal POV

Kami menikmati waktu liburan di Jeju. Aku pikir Aiden akan bergabung di kolam renang selama hari terakhir kami tapi aku kecewa karena dia tidak. Dia hanya duduk dikursi terlihat gelisah dengan ponsel di tangannya.

Sebagian besar dari kita telah tertidur selama perjalanan pulang ke Seoul.
Di tengah perjalanan, aku terbangun dan melihat kekasihku menatap kosong ke jendela.

"Apa yang kamu pikirkan?" Aku bertanya padanya saat aku duduk di sebelahnya.

Aku melihat ia sedikit kaget saat mendengar suaraku. Dia menyesuaikan postur tubuhnya sebelum menjawab.

"Tidak penting." Dia menjawab.

"Hmmm." Aku bersenandung dan respon dan dia menatapku dengan
mengangkat alis.
"Apa?"

"Kamu harus lebih banyak tidur. Aku tahu kau lelah menghabiskan tenaga untuk  berenang di kolam renang itu" Dia menyatakan sambil menatap
jauh.

"Aku tidak lelah." kataku padanya malas.

"Tapi matamu tampak lelah" Sanggahnya menyandarkan kepala pada lengannya.

"Kukira kamu akan mengatakan 'mataku yang tajam dan dingin' " Aku bercanda dan tertawa.

"Mata kamu yang tajam dan dingin tampak lelah." Ulangny dan mengejek.

"YAH!" Aku berteriak padanya dan memukul bahunya sedangkan dia hanya tertawa padaku.

Aku merasa tidak nyaman ketika ia berpaling kepadaku dan saling pandang. Dia perlahan-lahan berhenti tertawa dan kami hanya menatap
sama lain untuk sesaat.

Menatap langsung ke matanya membuat jantungku berdegub kencang. Aku terus mempertahankan ekspresiku kemudian  kulihat dia perlahan-lahan melengkungan senyuman dan tiba-tiba menutup
mataku dengan telapak tangannya.

Aku kesal dan menepuknya cukup keras.

"Kamu harus benar-benar istirahat." Dia mengatakan kepadaku dengan senyum menyenangkan.

"Aku tidak lelah." Aku memutar mataku padanya.



Amber POV

Leganya ketika kami akhirnya sudah sampai di Seoul. Kami mengucapakan
selamat tinggal untuk satu sama lain sebelum kami pergi ke jalan yang berbeda. Aku dan Krystal berbicara banyak hal dan dia sungguh banyak bicara di pesawat.

aku menjatuhkan diri di tempat tidur ketika  kembali di apartemen. aku cepat tertidur dan ketika membuka mataku lagi, itu sudah pukul 6 di pagi hari. Aku bisa mendengar dentingan  suara dari dapur dan aku tahu kalau itu adalah Jiejie.

"Selamat pagi, tukang tidur." Jiejie menyapaku dengan senyum.

"Selamat pagi, Jie." Jawabku padanya tersenyum juga.

"Bersiap-siap untuk sekolah." Dia mengatakan kepadaku, terdengar seperti Mom.

"Aku masih punya banyak waktu Jie. Ini terlalu pagi "Kataku padanya dan mengejek.

"Kau hanya punya waktu singkat, Am." Dia membalas dan terkikik. Dia berjalan ke dalam panci dan membalik Panekuk.

"2 jam masih cukup lama, Jie."

"48 jam pendek bagiku, berapa banyak lagi 2 jam ?"kata dia sambil menyeringai.

"Nah, itu menurutmu, Jie." Jawabku padanya. Aku tahu apa yang sebenarnya dia bicarakan.

Aku menuju ke sekolah lebih awal dari biasanya. Jiejie sangat terburu-buru untuk menyuruhku berangkat ke sekolah. Sangat menyebalkan,

Aku 30 menit lebih  awal ketika sampai di sekolah. Meskipun aku bisa merasakan suasana damai dan tenang. Aku memutuskan untuk mampir di ruang musik.

Aku suka bermain instrumen musik. Jika Aiden ahli dalam olahraga, maka aku dalam musik. Aku duduk di bangku dan membuka chase piano. Aku menekan tut acak pada Keyboardnya.

"Kita lihat apakah aku masih ingat akordnya" bergumam pada diri sendiri.

Aku memainkan musik 'Rivers Flows in You ' oleh Yiruma. Aku mulai menekan tombol dan menikmati
melodi lagu. Setelah aku selesai bermain, aku mendengar tepuk tangan dari belakang.

Aku berbalik untuk melihat siapa
orang tersebut dan mengangkat alisku ketika melihat siapa itu.

"Aku tak menyangka kau bisa bermain sangat baik" Dia mengatakan kepadaku saat dia berjalan dengan senyum di wajahnya.

"Tidak terlalu" jawabku dan menutup chase piano dan berdiri.

"Sudah mau pergi?" Dia bertanya padaku.

"Aku sudah selesai bermain." Jawabku padanya.

"Selesai bermain?" Dia mengulangi kata-kataku dan tertawa.

"Aku pernah mendengar kalau kau punya saudara kembar, itu benar? "ia mempertanyakanku.

"Ya." Aku menjawab padanya.
"Kenapa kau bertanya?" Tanyaku balik.

"Tidak ada." Dia menjawab dengan senyum malu-malu.
"Aku harap saudaramu dan aku akan menjadi teman baik,Setidaknya" lanjutnya.

"Jangan menaruh harapan tinggi padanya, aku tidak berpikir dia berencana untuk berteman dengan orang di sini. " katakumengejek.

"Nah, kalau begitu terima saja tawaranku" Katanya yang membuatku melihat dia.

"Jika kau tidak ingin rahasiamu dan saudaramu terekspos atau ketahuan"lanjutnya tersenyum licik yang membuatku perlahan melebarku mata.

Aku menatapnya dan kemudian ia perlahan-lahan berjalan lebih dekat denganku.
Dia berdiri di depanku dan sedikit mendekatkan wajahnya padaku.

"Kau tahu apa yang ku katakan, kan?" Tanyanya dan aku menghindari matanya.

"Kau tahu." Kataku dengan kesal. "Bagaimana?"

"Karena Aiden yang sesungguhnya tidak bisa memainkan piano tapi dia bilang kalau saudara kembarnya,  Amber sangat mahir memainkannya" jawabnya.







Danm that piano!!!

Harusnya aku memainkan gitar atau drum saja, sial. Dia kemudian menjauh berjalan kepintu. Dia berhenti di ambang pintu dan beralih padaku.


"Mari kita menjadi teman, Aiden." Dia berhenti sejenak.
"Atau harus kukatakan, Amber?" lanjutnya.










Siapa kira2??😞

Pretending Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang