Who Am I Kidding

2.2K 225 13
                                    

Amber POV

Aku memindahkan kursiku jauh dari Suzy. Aku berpikir kalau aku tak akan aman dekat dengannya. Dia hanya tertawa atas tindakanku, bukannya tersinggung. Terserah!!

Setelah kelas pagi kami, aku memikirkan alasan untuk menjauh darinya. aku merasa lega ketika dia percaya padaku.

Saat aku sedang berkeliaran di
sekitar sekolah, aku berakhir di taman sekolah. Ketika ku melihat gazebo, mengingatkan ku tentang waktu ku dulu bersama Krystal.

"Apa yang kau lakukan di sini?" Aku mendengar suara Krystal di belakang yang mengejutkanku.

Aku cepat berbalik dan dia menatapku dengan mengangkat alis. Aku melihat kakaku berdiri di sampingnya dan ku pikir dia berhasil memperbaiki segala sesuatu padanya.

"Aku hanya berkeliaran dan berakhir di sini." Aku jawab dengan senyum canggung.

"Kenapa kau tidak dengan pacarmu bro?" Aiden tanya aku.

"Dia bisa makan tanpa aku." Aku menjawab.

"Oh, aku baru ingat kalau Luna meminta bantuan kj dalam laporanya" kata kakaku cepat.

"Bro, bisa kau menemani Krystal dalam makan siangnya? Aku benar-benar harus pergi. "kata Aiden.

"Uhm, aku hanya akan membantu Luna sebagai gantinya. Kau tetaplah tinggal. " jawabku.

"Aku benar-benar hanya menemani jalan Krystal di sini. Ak..uhm ... Aku tidak ingin Luna berpikir bahwa aku tidak memberikan waktu baginya
lagi. Selain itu, aku sudah berjanji padanya. "Kata Aiden dan aku merasa aneh.
"Aku pergi sekarang. Sampai jumpa nanti"lanjutnya kemudian buru-buru pergi.

"Ada apa dengan pria itu?" Bisikku dalam hati.

Tanpa mengucapkan sepatah kata apapun, Krystal berjalan ke gazebo. Aku bahkan belum mengatakan permintaan maaf ku padanya. Memiliki suasana canggung antara kita, aku duduk di kursi yang dulunya untukku duduk sebelumnya.

Dia membuka kotak makanan dan itu membuat penasaran,  apa itu adalah makanan yang dia siapkan?.
Aku berdeham, mencoba menghilangkan keheningan yang memekakkan telinga di antara kami.

"Kurasa kakakku lari untuk menyelamatkan dirinya." Aku bercanda dan tertawa kecil.

Aku berhenti tertawa ketika dia mengangkat kepalanya dan melotot padaku, memberikan ice glare nya yang sudah lama tak kulihat.

Kurasa dia lebih marah pada ku dibandingkan dengan saudaraku  karena aku orang yang melakukan kejahatan itu. Aku langsung berdiri dari kursi ku dan membungkuk 90 derajat padanya.

.
.

"Maafkan aku!"  Aku meminta maaf.
"Aku minta maaf karena menipu mu
dan menjadi brengsek seperti itu!" lanjutku.

Aku belum mengangkat kepalaku, tidak sampai dia menanggapiku. Aku
tetap di posisi itu, punggung serta leherku mulai terasa sakit karena dia tidak mengatakan sepatah kata pun untukku.

Aku mengintip untuk melihat apa yang ia lakukan dan aku sedikit merasa kesal ketika melihat dia hanya makan makanannya.

Kupikir kalau itu adalah hukumanku,  jadi aku menahan rasa sakit yang ku rasa.

"Krystal, tolong katakan sesuatu." Aku memohon padanya karena aku
tidak berpikir aku bisa dalam posisi ini lagi.

Kukira dia akan memaafkanku ketika ku mendengar suara kursi didorong ke belakang tetapi justru merasa
kecewa ketika kudengar apa yang ia katakan sebelum meninggalkanku.

"Aku benci padamu!!" Gumamnya yang menusuk hatiku. Eaa...

Aku menjatuhkan diri di lantai dan tertawa pada kebodohanku ketika ia pergi.



"Siapa yang aku bodohi?? Dia tidak akan pernah memaafkanku lagi " aku
bergumam pada diri sendiri.


Aiden POV

Aku menuju kembali ke dalam gedung sekolah kami. Ku harap
semuanya akan berjalan dengan baik antara Krystal dan saudaraku, Amber. Aku berharap dengan aku dan Luna juga.

Aku merasa senang saat melihat Luna di kelas kami. Dia sedang membereskan barang brangnya ke dalam tasnya.

"Kenapa kamu masih di sini?" Aku menanyainya ketika mendekatinya.

Dia mengangkat kepalanya dan menatapku dengan mengangkat alis dan dia mungkin bertanya-tanya mengapa aku berdiri di hadapannya sekarang.

"Harusnya aku yang menanyakan hal itu kepadamu!!" Ia menjawab dan mengejek.

"Nah,,Krystal perlu menemani seseorang hari ini." bohongku.
"Jadi, apa kau ingin makan siang dengan ku?" Aku memintanya.

"Hmmmm, biarku pikirkan tentang hal itu." Dia menjawab dengan dia
senyum menyenangkan.

"Kumohon~?"

"Ya~,,Karena kau memohon, baiklah!" Jawabnya dan terkikik.

Aku terus meliriknya ketika kita berjalan ke kantin. Aku dan Krystal sudah putus, dan aku berpikir, Luna tidak akan percaya kalau aku mengungkapkan perasaanku saat ini.

Aku ingin mengatakan tiga kata itu untuknya, tapi aku maaih takut kalau dia tidak akan menerima perasaanku.

Aku takut kalau dia juga memiliki perasaan untuk saudaraku.


"Aku bukan pembaca pikiran,  jadi jika kau ingin mengatakan sesuatu kepadaku, katakanlah! "Dia mengatakan kepadaku ketika dia
berpaling.

Luna POV

Aku tahu kalau Aiden sedang melirik dan menatapku. Tapi Aku hanya tetap tenang dan berpura-pura aku baik-baik saja. Aku juga tak tahu apa yang terjadi dengan dia hari ini.

Aku mengatakan kepadanya untuk hanya memberitahu ku jika dia ingin mengatakan sesuatu kepadaku.

"Uhm ... Aku baru sadar kalau sudah lama sejak kita hang out seperti ini "dia menjawab dengan senyum sambil menggaruk bagian belakang kepalanya.

"Itu karena kau punya kekasih sendiri, itu sebabnya kau hanya memiliki sedikit waktu untuk teman-temanmu " aku menjawab dan pura-pura cemberut.

"Yah, kau merindukanku?" Dia bertanya padaku sambil sedikit memiringkan kepalanya lebih dekat denganku dengan senyum di wajahnya.

Aku mempercepat langkahku karena aku merasa wajahku mulai terasa hangat. Aku tidak ingin dia melihat aku merona karena wajahnya yang dekat denganku, menenangkan diri dan menghembuskan nafas. Hufftt~

"Lun!" Aiden memanggilku yang membuat ku berhenti dari berjalan dan berbalik menghadapnya.

Pertemuan mata yang melihat secara mendalam yang membuat jantungku berdegub lebih kencang dari biasanya. Ini adalah pertama kalinya ia memandangku seperti ini.

Aku bingung sekarang,  tapi aku menahan diri dari memikirkan sesuatu yang mungkin saja salah.

"Aku ...." Ia berhenti, menghindari mataku dan kemudian kembali lagi.
"Aku merindukanmu!" Lanjutnya dengan tersenyum.

Aku mengakui kalau aku sedikit kecewa karena apa yang ku harapkan darinya untuk dikatakan bukan yang keluar dari mulutnya.

"Aku juga merindukanmu, dork!" Aku berkata kepadanya kembali dan tersenyum.
.
.
.
.

Siapa yang ku bodohi? Kata-kata itu tidak akan pernah keluar dari
mulutnya. Itu bukan untukku,  jadi aku hanya akan menahan diri dari berharap bahwa dia akan mengatakannya. Mungkin tak ada harapan.....

Pretending Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang