In My Own Way

1.9K 233 9
                                    

Luna POV

Selama kelas berlangsung, aku melihat kalau Amber terus melamun. Aku pikir,  kembali Aiden yang mengganggunya.
Vic-unnie telah meninggalkan mereka di bawah pengawasanku dan secara
pribadi, aku tidak tahu bagaimana aku akan melakukannya.

Bel sekolah berdering menandakan jam istirahat makan siang dan kurasa suara bel itu membangunkannya dari lamunan.

"Aiden, kau dan Krystal bergabung saja dengan kami saat makan siang hanya untuk hari ini? "Key menyarankan kepadanya.

Amber menoleh kepadanya yang duduk di belakang dia. Key menyeringai, jelas ingin mendapatkan respon yang positif.

"Aku akan bertanya padanya tentang hal itu, Key." Dia menjawab kepadanya memberikan senyum minta maaf.

"Jika dia setuju, temukan kami di kantin." Key merespons.

"Baiklah." Amber menjawab singkat. "Lun, kau ingin ikut denganku di bandara nanti? "dia bertanya ketika
ia berpaling padaku.

"Apa Krystal tidak datang denganmu?" Aku bertanya padanya kembali dan ia memutuskan kontak mata kita.

"Aku belum menanyainya" Jawabnya singkat.

"Kau lebih baik bertanya kepadanya terlebih dahulu, Aiden."  Key ikut-ikutan.

"Kau harusnya memperkenalkan kekasihmu terlebih dahulu dan baru  kemudian, bestfriend mu. "lanjutnya berjalan kearahku dan tersenyum lebar.

Amber tidak menanggapi tapi hanya tersenyum kepada kami. Aku
pikir dia tahu kalau aku tahu bahwa ia bukan Aiden ketika dia memintaku untuk datang dengannya.

"Aku akan datang denganmu jika itu memang maumu" jawabku.

"Cool." Katanya dan bangkit dari tempat duduknya.
"Sampai jumpa nanti"lanjutnya dan kepala di kelas kami.

"Man, pria yang tampak tidak bersemangat hari ini." Key bergumam sambil.duduk di depanku.

"Mungkin dia punya sesuatu dalam pikirannya." Kataku pada Key dan ia berpaling padaku.











"Aiden punya banyak penjelasan yang harus dijelaskan pada kita" Key menyatakan.yang membuatku menatapnya.

"Jangan menatapku seperti itu Lun. Aku tidak bodoh untuk tidak menyadari kalai ia bukan teman kita" lanjutnya.

"Sejak kapan kau tahu?" Aku bertanya kepadanya ingin tahu.

"Ketika ia menggambarkan dirinya kepada kita. sikapnya menunjukkan sikap yang asli Amber dan bukan Aiden"Key menjelaskan kepadaku
.
"Hmmm, kupikir aku satu satunya yang menyadarinya" Saya
mengejek.

"Kau bukan satu-satunya oranh yang peka disini, Lun." Dia balas dan tertawa.

"Mereka lebih baik berharap kalau Krystal tidak akan menyadari itu juga, karena aku yakin mereka berdua akan kehilangannya "lanjutnya.

"Tapi mereka tidak bisa melakukan itu untuk selamanya, waktu yang akan menunjukan semua" aku
berkata kepadanya.

"Lalu itu akan menimbulkan masalah besar, dan lebih baik jika kita semua tutup mulut dan tidak membiarkan
Krystal tahu tentang hal ini. Selain itu, ku yakin yang lain masih percaya kalau dia benar-benar Aiden dan bukan Amber. " kata Key.

Amber POV

Ketika aku sedang berjalan ke taman, aku bertemu dengan Suzy. Aku sesang tidak mood untuk berbicara dengan
dia jadi aki memutuskan untuk hanya mengabaikannya dan melanjutkan berjalan. Tapi setelah aku melewatinya, tiba tiba dia meraih lenganku yang menyebabkan ku berhenti.

"Kau masih belum memberiku jawabanmu, Amber." Dia berbicara.

"Sudah kukatakan padamu kalau aku akan tinggal, bukan?" Jawabku padanya.

"Kau tahu kalau aku tidak mengacu pada itu." Dia balas dan kemudian menatapku
"Tapi pada tawaranku yang lain."

"Aku tidak bisa melakukan itu." Kataku padanya saat aku berpaling.

"Apa yang kuminta kau lakukan bukankah sangat sederhana!. Semua yang perlu kau lakukan hanyalah berpura-pura seperti apa yang kau lakukan sekarang. "bantahnya.

"Aku hanya bisa berpura-pura sebagai teman dekatmu dan tidak bisa melampaui lebih dari itu" aku berkata kepadanya menarik lenganku dari cengkeramannya dan terus berjalan.

"Jadi kau tidak peduli tentang Krystal mengetahui segala sesuatu tentang apa yang kau dan saudaramu telah lakukan? Kau secara teknis mempermainkannya dan juga semua orang, kautahu. "katanya yang membuatku berhenti dari berjalan.

Krystal benar, gadis ini benar-benar penyihir. Aku menghela napas dalam-dalam sebelum aku berpaling padanya. Dia menatapku dengan seringai di wajahnya.

"Kenapa kau ingin aku melakukan itu? Beri aku alasan satu saja,
dan aku akan berpikir tentang hal itu. " aku berkata kepadanya.

Dia perlahan-lahan berjalan mendekatiku dan mengusap pipiku dengan tangan kanannya.

"Aku hanya ingin tahu bagaimana menyenangkannya itu berpura-pura." Dia menjawab kepadaku dengan senyum.

"Besok, kita akan mulai. "lanjutnya setelah ia mengambil beberapa langkah mundur.

"Bahkan Ini tidak menyenangkan sama sekali." Gumamku sebelum Aku berbalik padanya dan berjalan pergi.

Aku bisa merasakan tatapan matanya di belakangku tapi aku tidak mau repot-repot untuk berhenti dari berjalan. Krystal menyambutku dengan tersenyum manis ketika aku tiba di gazebo. Kurasa dia telah menungguku.

"Apa yang membuatmu begitu lama?" Dia bertanya terdengar tidak sabar.

"Maaf, aku baru saja berbicara dengan Luna dan Key sebelum datang ke sini. "aku beralasan sebelum duduk.

"Kau tahu jika kita bisa bergabung dengan mereka di kafetaria. Mereka ingin makan siang dengan kita juga"
lanjutku.

"Kita makan disini saja. Ini adalah satu-satunya waktu dalam sehari kalau kita bisa berdua bersama-sama. "jawabnya.
"Selain itu, aku menyiapkan makan siangmu sendiri dan kali ini, ku jamin bahwa rasanya akan lebih baik" lanjutnya sambil tersenyum.

Dia penuh semangat membuka kotak makan siang dan meletakkannya di
meja. Ini terlihat lezat tapi aku tahu bahwa penampilan tidak bisa dipercaya. Aku ambil sumpit dan kotak makanan. Ku ambil sepotong daging dan mulai mengunyahnya.





.
.
.
.
.
.
.
"Bagaimana ?" Dia bertanya padaku sabar.
"Kamu berkembang sesikit. Ini tidak seburuk seperti sebelumnya. "Aku berkata padanya jujur ​​dan membuatnya terlihat kecewa.

"Setidaknya itu tidak buruk lagi." Dia mendesah dan Membuatku tertawa.

"Jangan memaksakan diri, kau akan melakukan yang lebih baik dalam waktu singkat." Ejekku.

"Aku akan menghabiskannya juga." Aku terus.

"Tidak usah kamu habiskan. Aku membawa back-up-nya, makanan ini
disiapkan oleh juru masak kami. "dia menjawab dan mengeluarkan kotak lain.

"Kamu makan itu, aku makan ini." Aku berkata kepadanya dan itu
membuatnya menatap padaku

"Tidak baik untuk membuang-buang makanan." terusku karena aku menghindari matanya dan fokus pada makanku.

"Aiden." Dia meminta perhatianku dan aku melihat dia. Dia menyuruhku untuk membungkuk lebih dekat dengannya dan kukira dia hanya akan  mengatakan sesuatu kepadaku. Tapi ketika  kulakukan, dia mencium pipi kananku!!!!!!. Wha-what the..!!

"Terima kasih telah membuatku merasa senang." Katanya kepadaku dengan senyum manis.


Mendengar kata-katanya memberi kehangatan dihatiku. Aku hanya memberikan sebuah senyum pada dirinya dalam menanggapi dan melanjutkan makan. Setidaknya, aku membuatnya senang dengan cara ku sendiri.

Pretending Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang