Pain and Sadness in my Heart

2K 228 16
                                    

Amber POV

Aku merasakan suasana canggung ketika kita berjalan keluar dari bandara. Krystal hanya diam begitu juga Luna. Kurasa apa yang Jiejie lakukan mengejutkan mereka berdua.

Jiejie selalu melakukannya setiap kali dia akan mengucapkan selamat tinggal kepada kami. Dia selalu mencium kami di bibir. Krystal sebenarnya bukan ciuman pertamaku tapi itu Jiejie.

Drivers mereka membuka pintu mobil untuk mereka. Mereka berdua
menatapku dan aku tahu apa yang ada di pikiran mereka.

"Aku akan naik taksi saja. Aku mau pergi ke tempat lain juga" aku berkata kepada mereka.

"Kami bisa mengantarmu di sana." Luna mengatakan kepadaku.

"Tidak apa-apa Lun. Aku tidak ingin merepotkan jadi kalian pulang saja dulu"kataku.

"Apakah kau yakin?" Tanyanya.

"Ya." Jawabku singkat.

"Baiklah kalau begitu. Sampai jumpa besok di sekolah. "Kata Luna untukku dan dia mengucapkan selamat tinggal pada Krystal juga sebelum ia masuk ke dalam mobinya.

Aku melambaikan tanganku padanya sebelum dia pergi. Aku beralih ke
Krystal karena bisa kurasakan matanya menusuk punggungku.

"Kamu juga, kamu harus pulang sekarang." Kataku padanya.

"Dan di mana suatu tempat yang akan kau tuju?" Dia tanya.

"Aku akan potong rambut." Aku menjawabnya dan membuatnya berkerut alis.

"Pada jam ini?" Balasnya dengan nada tak percaya.

"Ya." Akj berkata padanya.

Aku perlu memotong rambut seperti saudaraku. Agar Krystal tak bingung besok.

"Aku mau menemanimu. Lagi pula aku tak ada acara dan aku belum
ingin pulang "bantahnya.
"Ayo, aku akan meminta sopirku untuk membawa kita ke sana" lanjutnya.

Krystal meminta sopirnya pergi ketika kami sampai di salon di mana aku akan mendapat rambut baru. Para pekerja menyambut kami dengan sopan dan mereka semua tahu Krystal. Entahlah...

"Kukira Suho yang akan menemani mu di sini. "kata Seorang gadis padanya.

"Suho dan aku sudah putus sangat lama, Min. "Jawab Krystal dan tertawa.
"Pria ini, kekasih baruku sekarang" lanjutnya melingkarkan lengannya denganku.

"Oh, salahku!" Dia cepat meminta maaf.

"Tidak apa-apa." Aku berkata padanya tersenyum. Dia tersenyum kembali dan kurasa dia adalah orang yang ramah. Krystal kemudian memperkenalkan kami satu sama lain.

"Jadi apa yang bisa kulakukan untukmu?" Dia bertanya.

Krystal menyikut pingganggku dan kurasa dia ingin aku menjawab apa yang Min tanyakan.

"Aku ingin memperpendek rambutku. Ini benar-benar sudah panjang" aku berkata kepadanya.

"Oke, biarkan aku mengurusnya." Dia mengatakan kepadaku.

Sebelumnya, Chen yang selalu memotong rambutku. Aku tidak ingin
orang lain melakukannya selain dia tapi sekarang, aku tidak punya pilihan lain lagi.

Krystal menungguku dan butuh 10 menit sebelum selesai. Aku merasa kepalaku menjadi lebih ringan dari sebelumnya. Setelah membayar, kita mengatakan terima kasih dan selamat tinggal kepada Min.

"Gaya rambutmu jauh lebih baik sekarang." Kata Krystal sambil
membelai rambutku dengan jari-jarinya ketika kami keluar dari salon.

Aku menatap dirinya dan hatiku mulai berpacu sangat cepat. Dia melihat kembali padaku dan aku tahu kalau aku harus mengatakan sesuatu untuk mencegah seauatu yang akan menimbulkan  kecanggungan terjadi.

"Dan kamu memainkannya sekarang" Aku berkata padanya bercanda dan dia memukul  kepalaku.

Aku tertawa ketika melihat ekspresi kesalnya. Kita memutuskan untuk berjalan-jalan karena dia masih belum mau pulang. Kurasa ini akan menjadi yang terakhir kalinya aku mengobrol dengannya sebagai kekasihnya karena mulai besok, Aiden akan merebut kembali tempatnya kehidupan Krystal.

"Aiden, kita tidak pernah berkencan." Katanya padaku kemudian mencibir.

"Akhir pekan depan, ayo kita pergi kencan" kataku kepadanya kemudian senyum terbentuk diwajahnya.

"Baik. Pastikan kalau aku akan bersenang-senang dihari itu" katanya gembira sambil menyeringai.

"Akan ku pastikan, kecuali kamu bosan bersama ku"  candaku padanya.

"Kau tidak membosankan" Dia menjawab sambil memeluk lenganku.

Mungkin tidak apa-apa jika aku akan merebut situasi ini. Kakak harus berterima kasih kepadaku karena sudah kubuatkan kencan untuk dia dan Krystal.

Krystal terlihat senang malam ini dan aku berani taruhan, dia akan lebih bahagia besok karena Aiden yang sebenarnya yang akan bersamanya.

Aku yakin Saudaraku pasti akan membuatnya merasa dicintai.

"Aiden, jangan berubah, oke? Aku suka bagaimana kamu sekarang" gumamnya.

Aku tersenyum padanya sebagai respon. Dia akan menyukai Aiden lebih karena kakakku memiliki sikap yang lebih baik dibandingkan denganku.

Setelah berjalan-jalan, kami memutuskan untuk pulang. Aku mengantarnya ke rumahnya.

"Terima kasih untuk malam ini, Aiden. Aku senang." Dia mengatakan kepadaku dengan senyum manis.

"Aku juga." Jawabku padanya kembali.
"Kamu harus masuk sekarang. Ini Sudah larut malam" terusku.

"Baiklah, kamu harus langsung pulang juga." Dia menjawab.

"Aku akan melakukannya." Aku menjawab.

Ada waktu sesaat dalam diam dan kurasa itu isyarat untuk mengucapkan selamat tinggalku padanya. Aku berdeham sebelum aku berbicara.

"Selamat malam!" Kataku padanya dan melengkungkan senyuman.

Dia kembali tersenyum dan kemudian ia tiba-tiba bersandar lebih dekat denganku dan menempelkan bibirnya ke bibirku. Aku tertegun dengan apa yang dia lakukan dan aku tidak seharusnya tidak membiarkan dia untuk melakukannya.

Tapi aku tahu itu akan menyakitinya jika aku mendorongnya menjauh.

"Selamat malam dan sampai ketemu besok!" Dia mengatakan kepadaku ketika dia mulai menjauh kemudian menuju dalam gerbang mereka.

Rasanya sangat menyenangkan dan pada saat yang sama juga menyakitkan. Bukan karena aku tahu itu salah, tapi karena aku tahu, dia menciumku dengan beranggapan kalau aku Aiden.

Aku tertawa pada kebodohanku sendiri tapi kesedihan memenuhi hatiku.

"Siapa yang aku bodohi, Amber tidak pernah ada dalam hidupnya." Aku
bergumam pada diri sendiri.
.
.
.
.
.
.

Pretending Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang