Aldrich Bale keluar dari gang sempit itu dengan wajah yang tenang. Ia tersenyum kepada beberapa orang yang menyapanya terlebih dahulu, menunjukkan sikap ramah yang hangat dan disukai banyak orang.
Menyembunyikan fakta bahwa ia adalah seorang psikopat yang merupakan mahasiswa psikologi. Unik, bukan?
Dengan langkah yang panjang ia berjalan menuju halte bis. Aldrich lebih suka naik kendaraan umum untuk mencari target selanjutnya. Asal kalian tahu, Aldrich tidak memerlukan alasan untuk menyiksa atau membunuh orang sekalipun. Asal ia senang tidak ada yang dirisaukannya.
Halte bis tampak lebih ramai dari biasanya. Ada calon penumpang yang duduk dan ada pula yang berdiri sambil mengetuk-ngetukan ujung sepatunya. Mulai dari anak kecil yang meminum cokelat hangat, sampai kakek-kakek tua yang memeluk tubuhnya sendiri karena kedinginan. Hujan yang sempat turun berpengaruh pada suhu kota ini.
Melihat kumpulan orang yang ramai seperti itu sifat gila Aldrich muncul ke permukaan. Akan sangat menarik jika ia membunuh dua kali dalam sehari. Dalam hati ia terkekeh, mengapa terdengar seperti anjuran makan?
Diamatinya beberapa orang itu ketika ia berada diantara mereka. Si kakek-kakek? Tidak, darahnya pasti sedikit sekali. Anak kecil? Tidak, ia tidak suka tangisan anak kecil. Terlalu memekakkan telinga.
Lalu mata Aldrich segera mengunci ketika ia melihat perempuan cantik di sebelahnya. Dengan mata besar, hidung kecil, dan bibir yang tipis. Sepertinya ia pernah melihat perempuan itu, siapa ya?
Aldrich menjadi tertarik, bagaimana ya jika ia menjadikannya sebagai 'objek kesenangannya'? Ia jarang sekali membunuh seorang perempuan.
Bus datang dan kerumunan orang di halte segera masuk ke dalam bus. Perempuan yang diperhatikan Aldrich duduk di baris kedua, sedangkan Aldrich duduk dua baris setelahnya. Matanya tetap fokus pada gadis itu.
***
Yura mengembuskan napasnya lega ketika berhasil duduk di salah satu bangku di bus. Ditiup-tiupnya tangan yang kedinginan. Sedikit menyesal karena tidak mengenakan pakaian tebal karena hari itu ternyata lumayan dingin. Padahal hujan telah reda sejak pagi hari.
Shin Yura, namanya. Seorang mahasiswa psikologi yang berasal dari Korea Selatan itu memilih untuk melanjutkan pendidikannya di Pennsylvania, Amerika Serikat. Orang tuanya ada di Korea, mereka memang sibuk mengurusi bisnis masing-masing.
Sebenarnya orang tuanya sudah bercerai sejak ia masih kecil. Ah, lagi-lagi hatinya sakit ketika mengingat hal itu.
Entah karena kebanyakan melamun atau apa, Yura merasa bus sangat cepat sampai di halte tujuannya. Mungkin karena jaraknya juga dekat. Ia segera turun lalu berjalan santai menuju apartemennya.
Aldrich yang melihat perempuan itu turun segera bangkit, untung saja ada sekitar empat orang yang turun di halte itu sehingga keberadaannya tidak akan mencurigakan. Lagipula setelah disadari, arah kemana perempuan itu berjalan searah dengan jalan yang hampir Aldrich lalui setiap harinya.
Aldrich berjalan tenang di belakang perempuan itu, tetapi menjaga jarak.
Yura menoleh ke belakang dan melihat seorang pria tinggi dengan rambut seputih salju yang sempat ia lihat di bus. Ia merasa aneh karena setiap ia berbelok laki-laki itu pasti berbelok ke arah yang sama.
Apa ia sedang diikuti? Pertanyaan itu terngiang-ngiang di pikirannya.
Sampailah Yura pada perempatan jalan. Jika ingin ke apartemennya ia tinggal lurus menyebrang jalan, tetapi ia lebih memilih belok kiri dan masuk ke sebuah cafe. Dan sialnya laki-laki itu juga masuk dan duduk tidak jauh dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Psychopath Boyfriend (SUDAH TERBIT)
Romance[ SUDAH TERBIT DI SELURUH TOKO BUKU DI INDONESIA • BEBERAPA CHAPTER TELAH DIUNPUBLISH ] Tentang kisah cinta yang tak biasa, tentang dua luka yang saling menyapa, tentang rasa yang tak pernah sudah. Dulu, Shin Yura menilai seseorang dari fisiknya. Du...