Yura menghentikan langkah ketika suara klakson mobil terdengar seperti memanggil, ia membalikkan badan dan mengernyitkan dahi ketika seseorang menyapa dari balik kemudi. Yura tidak tahu apakah pernah bertemu laki-laki yang kini tersenyum itu sebelumnya. Mungkin iya, tapi Yura lupa kapan dan di mana.
"Hai," sapanya.
Dengan bingung Yura menoleh kesana kemari di mana para pejalan kaki berjalan lalu lalang, kebanyakan sibuk dengan ponsel masing-masing. Ada yang hampir tersandung gara-gara tidak memerhatikan jalan, ada juga yang menabrak tiang sebab terlalu fokus ke kehidupan dunia maya.
"Kau, Nona."
Yura mengembuskan napas pelan, merutuki ingatannya yang buruk.
"Ya?"
"Apa kau perlu tumpangan? Kau pacar Aldrich kan?"
"Ya."
Sebenarnya Yura enggan berbicara dengan orang asing yang entah mengapa terlihat familiar ini. Pesan dari Aldrich tentang laki-laki berpakaian serba hitam dan bertopi aksen A berwarna merah benar-benar membuat Yura merasa gugup setiap saat.
"Biar kuantarkan sampai ke rumah."
"Tidak usah."
Yura menyunggingkan senyum sopan, baru kemudian berjalan kembali menyusuri trotoar menuju apartemennya. Charlie mengatakan bahwa itu tidak apa-apa, karena kawasan sana juga tidak terlalu sepi.
"Kurasa pacar psikopatmu itu ada urusan di perusahaan, lebih baik kuantar saja."
Yura tercekat, menatap laki-laki berambut cokelat yang kini tersenyum semakin lebar. Seolah sudah memenangkan sebuah pertandingan.
Yura tidak mengerti bagaimana bisa dia tahu bahwa Aldrich itu seorang psikopat. Apa dia saudara Aldrich yang lain? Entahlah, Yura sudah lelah untuk menghitung ada berapa saudara Aldrich sebenarnya.
Dave, Peter, Charlie, Justin, Johnny. Lalu siapa lagi kali ini?
"Kau ... siapa?" tanya Yura dengan salah satu alis naik.
"Aku? Salah satu saudara pacarmu, namaku Lionel."
Lionel turun, bersandar pada pintu mobil dengan tangan terlipat. Lagi-lagi Yura tertegun ketika menyadari bahwa gen keluarga Aldrich itu tampak tanpa cacat, semua anggota keluarga Bale selalu menawan dari segi fisik.
Meskipun dari segi mental tidak.
"Jadi, mau kuantar sampai tempat tinggalmu?"
Yura menggeleng, ia belum terlalu mengenal Lionel. Lagipula, ia harus menanyakan pendapat Aldrich terlebih dahulu. Atau Charlie sebagai alternatif kedua, laki-laki itu lebih bisa diandalkan karena Dave masih perlu banyak istirahat dan pemikirannya belum terlalu dewasa.
Yura menggeleng lambat-lambat. "Tidak usah, aku akan pulang sendiri."
Lionel mengangkut bahu. "Ya sudah, tapi aku akan mengawasimu sebagai ganti tidak mengantarkan."
Yura mengernyit tidak suka. "Tidak usah, aku bisa sendiri," tegasnya dengan menekan tiga kata terakhir.
Lionel kembali mengangkat bahunya yang lebar, masuk ke dalam mobil dan memajukannya dengan kecepatan sangat rendah.
Yura berdecak, melangkah ke arah tempat tinggalnya yang hanya memerlukan waktu kira-kira sepuluh menit jika berjalan kaki. Kalau malas pun ia masih bisa menggunakan transportasi umum yang murah dan cepat, tetapi rasa kesal yang menggunung dan kekhawatiran yang belum hilang membuat Yura merasa lebih bertenaga dan mampu melangkahkan kaki.
Mobil itu mengikuti, tetapi Yura sudah tidak peduli lagi karena pintu masuk apartemen sudah di depan mata. Ia melangkah ke dalam tanpa berniat menoleh sebentar ke belakang dan mengucapkan sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Psychopath Boyfriend (SUDAH TERBIT)
Romance[ SUDAH TERBIT DI SELURUH TOKO BUKU DI INDONESIA • BEBERAPA CHAPTER TELAH DIUNPUBLISH ] Tentang kisah cinta yang tak biasa, tentang dua luka yang saling menyapa, tentang rasa yang tak pernah sudah. Dulu, Shin Yura menilai seseorang dari fisiknya. Du...