LIMA PULUH TIGA : Ucapan Selamat Pagi

232K 18.6K 3.2K
                                    

Yura menuruni tangga sambil menguap lebar, kedua tangannya terangkat untuk mengikat rambutnya.

Pemandangan yang pertama kali ia lihat adalah Aldrich yang tertidur di sofa, laki-laki itu memeluk boneka yang Yura berikan tadi malam erat-erat. Yura tersenyum dibuatnya, karena Aldrich menurut padanya sekaligus karena Aldrich terlihat sangat lucu dalam tidurnya itu. Wajahnya tampak kelelahan.

Yura pergi ke dapur untuk meminum segelas air, dibukanya kulkas untuk melihat-lihat apa yang sekiranya bisa ia masak pagi ini.

Ada telur, tauge, dan yang lainnya. Sepertinya ia bisa membuat sup bening saja.

Yura kembali ke ruang tengah dengan gelas di genggaman tangannya, hendak membangunkan Aldrich tetapi tidak tega ketika melihat bagaimana ekspresi laki-laki itu ketika tidur. Tampak sangat kelelahan, jadi Yura memilih membiarkannya saja.

Tiba-tiba terdengar bel rumahnya berbunyi, Yura berdiri kembali dari duduknya dan pergi ke pintu untuk membuka dan melihat siapa orang yang berkunjung sepagi ini.

"Hai! Selamat pagi!"

Yuri tersenyum lebar dan melambaikan tangan kearahnya, tubuhnya dibalut pakaian yang biasa digunakan untuk olahraga dan sebuah jaket berbulu berwarna putih.

"Jangan terkejut begitu, katanya aku bisa mengunjungimu."

"Masalahnya kau datang pagi sekali, aku belum menyiapkan apa-apa tahu. Mandi saja belum."

Yuri mengibaskan tangannya tidak peduli. "Aku kan hanya ingin berkunjung ke rumah sahabatku, bukan ingin meminta makan."

"Ya sudah. Habis lari pagi ya?"

Yura membukakan pintu dan Yuri masuk sembari bernapas lega. "Iya. Ah di sini hangat, di luar dingin sekali."

"Bagaimana pertemuan antar keluargamu kemarin?"

Yuri berdecak dan berkacak pinggang. "Begitulah, untung saja laki-laki yang akan dijodohkan denganku tampan dan kaya. Walaupun sikapnya serba kaku dan malu-malu, tapi tidak apa. Dua poin tadi menghapus kekurangannya itu."

"Dasar. Ah, aku rasa kau haus. Mau minum?"

"Air putih saja."

Ketika mereka melewati ruang tengah, Yuri mengernyitkan dahi dan mendekati sofa di mana Aldrich tertidur. Ia bahkan menatapnya lekat-lekat karena bingung.

Siapa laki-laki ini? Seingatnya Yura tidak memiliki kerabat orang luar negeri selain dari Jepang, ia juga tidak pernah melihat laki-laki setampan ini dalam hidupnya.

"Hei! Yura! Siapa dia?" tanya Yuri dengan setengah berbisik, membuat Yura tidak bisa mendengarnya dan hanya mengangkat dagu meminta ucapan Yuri diulang.

"Siapa dia?" Yuri menunjuk-nunjuk Aldrich yang masih setia memeluk bonekanya.

Yura menepuk jidatnya, ia lupa tentang Aldrich yang tidur di sofa ruang tengah.

"Dia Aldrich."

"Namanya Aldrich? Wajahnya tampan sekali! Siapa dia? Bagaimana dia bisa tidur di sini?"

Yura memutar bola matanya malas ketika Yuri terlihat antusias karena melihat laki-laki tampan.

"Tanya satu-satu, jangan sekaligus."

"Nama lengkap dia?"

"Aldrich Bale."

"Siapa dia?"

"Manusia."

Yuri berdecak. "Nenekku yang sudah rabun juga tahu kalau dia​ manusia. Maksudku, dia siapamu?"

My Psychopath Boyfriend (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang