Semoga di sini ada konfliknya ya dan nggak bikin bosen.
Happy reading.
***
Aldrich memperlambat laju mobilnya ketika lampu lalu lintas berubah menjadi merah, matanya menatap ke depan lurus-lurus di mana beberapa kendaraan berjajar di depan mobilnya.
Aldrich memang menatap jalanan, tetapi pikirannya memikirkan hal lain. Ia mendadak merindukan ibunya, padahal Aldrich baru mengunjungi makamnya kemarin bersama Yura. Aldrich juga tiba-tiba teringat akan apartemennya, merasa sedikit was-was akan hal itu.
Entahlah, tetapi Aldrich yakin sesuatu akan terjadi di sana. Dan firasatnya berkata bahwa itu bukanlah hal yang baik.
Bunyi klakson mobil dari arah belakang menyadarkannya. Aldrich mengembuskan napas pendek, melajukan kembali kendaraan beroda empat itu dan kembali melanjutkan perjalanannya menuju apartemen Yura. Sebagaimana tujuan awalnya.
Dalam perjalanan yang tinggal setengah dari jarak tempuh dari tempatnya berangkat, Aldrich terus merasakan firasat tidak enak itu. Dadanya yang bidang seolah ditekan dengan beban yang berat hingga menghasilkan rasa sesak di sana, kepalanya juga terasa pening bagai dihantam benda keras.
Perasaan seperti itu selalu dirasakannya ketika sesuatu akan terjadi di sekitar dan berhubungan dengan dirinya.
Aldrich mengernyitkan dahi ketika sekilas melihat mobil polisi yang terparkir di halaman gedung apartemen miliknya. Ada apa?
Aldrich mencoba menebak-nebak, apakah itu berarti firasatnya benar? Atau itu hanya perasaannya saja dan yang terjadi bukanlah seperti yang ia duga?
Aldrich memilih melanjutkan perjalanannya yang tinggal sekejap lagi selesai, diparkirkannya mobil dengan mulus di halaman apartemen Yura. Tidak banyak kendaraan yang terparkir di sana, paling-paling hanya sebuah mobil berwarna abu-abu yang agak kusam. Mungkin karena belum dibersihkan dan sudah bermandikan debu setiap harinya.
Itu bisa dikatakan wajar, karena kebanyakan penghuni di sana adalah mahasiswa yang tidak berasal dari wilayah sekitar sini. Beberapa bahkan dari luar negeri, seperti Yura. Jadi mereka lebih memilih berjalan kaki atau transportasi umum yang lebih murah daripada menggunakan jasa taksi.
Tetapi baru saja Aldrich turun dari mobil dan menutup pintunya, ponsel yang bergetar sekaligus berdering membuat sebuah kerutan terpatri di keningnya. Aldrich mengangkat telepon tanpa melihat saksama si penelepon, menyangka bahwa itu berasal dari Yura.
Tetapi yang terdengar kemudian adalah suara pria dewasa, terdengar serak.
"Halo, selamat sore. Saya seorang perwakilan polisi yang sedang bertugas hendak menanyakan sesuatu kepada anda. Benarkah anda adalah Aldrich Bale, pemilik dari apartemen nomor lima di lantai lima?"
Aldrich bersandar di mobil, memasukkan tangan kiri ke dalam saku celana. Sedangkan tangan kanan memegang ponsel yang ia dekatkan ke telinga.
Layaknya sebuah pendeteksi kebakaran, otaknya langsung mengirim tanda bahwa ada yang tidak beres. Untuk apa polisi menghubunginya dan menanyakan soal kepemilikan apartemen?
Aldrich kira polisi sudah mengendus perbuatan 'senang-senangnya' dengan membunuh beberapa orang, hal itu akan terasa lebih mendebarkan hingga memicu adrenalinnya. Mempermainkan fakta sekaligus seseorang kadang-kadang menjadi sesuatu yang asyik dilakukan.
"Ya, benar."
"Kalau begitu, saya harap anda segera datang ke apartemen ini karena ada hal yang harus diusut tuntas."
"Apa ada yang salah dengan apartemenku?"
Aldrich masuk kembali ke dalam mobil, menghidupkan mesin dan mengeluarkan benda besar itu dari halaman apartemen Yura dengan sebelah tangan untuk mengemudi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Psychopath Boyfriend (SUDAH TERBIT)
Romance[ SUDAH TERBIT DI SELURUH TOKO BUKU DI INDONESIA • BEBERAPA CHAPTER TELAH DIUNPUBLISH ] Tentang kisah cinta yang tak biasa, tentang dua luka yang saling menyapa, tentang rasa yang tak pernah sudah. Dulu, Shin Yura menilai seseorang dari fisiknya. Du...