DUA PULUH ENAM : Gift

282K 20K 1.1K
                                    

Peter keluar lebih dahulu dari ruangan, pengacara nyentrik itu keluar sambil bersiul pelan. Lalu matanya segera mengunci ketika melihat seorang perempuan yang sedang memakan makanan yang sangat banyak porsinya dengan lahap, siapa dia?

Yura menoleh dan menatap heran laki-laki yang kini juga sedang menatapnya. Mengapa dia keluar dari ruangan yang dimasuki Aldrich?

"Jangan tatap dia seperti itu, atau akan aku congkel matamu." Suara bernada dingin di belakangnya membuat Peter menoleh kaget, ia segera mendapati Aldrich yang menatapnya dengan tatapan membunuh.

"Dia Shin Yura?" tanya Peter datar tanpa mempedulikan aura Aldrich yang mulai menyeramkan.

"Dia calon istriku, jangan lihat dia dengan matamu yang kotor itu," tegas Aldrich menatap Peter nyalang.

"Baiklah-baiklah, tapi jangan tatap aku seperti itu Aldrich. Kau benar-benar menakutkan," balas Peter sambil mengembuskan napasnya pelan.

"Pergi dari sini." Peter mendengus. "Terserah kau sajalah."

Peter berbalik dan segera turun ke lantai satu, meskipun sempat melirik Yura yang juga menatap bingung ke arahnya.

"Jangan lihat dia, kau harus melihatku saja." Yuta menoleh dan mendapati wajah Aldrich yang sangat dekat dengan wajahnya, hidung Aldrich yang mancung bahkan sudah menyentuh hidung mungilnya.

"Jangan lihat laki-laki lain," ulang Aldrich tegas.

Yura menjauhkan wajahnya dan mendengus, ia memilih melanjutkan kegiatan makannya yang terhenti tadi.

"Kau mengerti?" tanya Aldrich, ia kemudian duduk di kursi yang berhadapan langsung dengan Yura.

"Iya aku mengerti, lagipula aku tidak ingin ada nyawa yang melayang lagi," jawab Yura sambil memasukkan sepotong daging ke mulutnya.

Aldrich menunduk dan membulatkan matanya sebentar karena kaget dengan porsi makan Yura.

1 piring steak, 1 porsi spaghetti lengkap dengan potongan daging, sandwich buah, udang yang renyah, ayam panggang lalu dua gelas dengan rasa yang berbeda. Dan sudah setengah dari semua makanan itu telah habis.

"Kau makan sebanyak ini?" Yura mengangguk. "Pelayanmu yang membawa makanan sebanyak ini, ya sudah aku makan saja."

Aldrich menggelengkan kepalanya pelan. "Lalu kenapa tubuhmu kurus jika memakan makanan sebanyak ini saja bisa?"

"Tidak tau," jawab Yura seenaknya, tangan kanannya memasukkan sesuap potongan udang renyah.

"Aku heran, mengapa tubuhmu rata jika kau rakus seperti ini." Yura segera melotot. "Apa kau bilang?"

"Tubuhmu rata, depan belakang."

Yura berdecih dan menatap Aldrich dengan kesal. "Sembarangan saja kau bicara."

"Itu fakta sayang, lihatlah ke cermin baik-baik."

Yura mengacungkan garpu yang ia pegang. "Aku tidak rata, kau lihat saja nanti!"

"Apa? Apa aku akan kau ajak ke kamar mandi?"

"Dasar setan." Yura memukul kepala Aldrich dengan garpu tadi.

Aldrich memegang dahinya dengan bibir mengerucut sebal.

"Kau ini perempuan tetapi tidak lembut, badanmu juga tidak bagus. Apa kau transgender?"

"ALDRICH!!" teriak Yura marah, mengacuhkan tatapan heran orang-orang di sekitarnya.

"Aku hanya bercanda sayang," sahutnya iseng, tangannya mengambil salah satu gelas jus yang masih penuh.

My Psychopath Boyfriend (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang