DUA PULUH DELAPAN : Telepon

270K 18.7K 1.2K
                                    

"Dasar iblis tua!" teriak Aldrich melalui telepon, suara di seberang sana malah tertawa.

"Kalau ayahmu itu iblis tua, lalu apa bedanya denganmu? Kau juga seorang iblis Aldrich."

"Tutup mulut sampahmu itu Benjamin."

"Baiklah-baiklah, jangan marah. Aku telah melakukan tugasku maka akan aku tutup teleponnya, jangan lupa apa yang kukatakan tadi."

Aldrich menatap ponselnya dengan kesal lalu membantingnya sekeras mungkin ke lantai, masa bodoh jika benda mahal itu rusak. Yang penting emosinya tersalurkan, sialnya itu sama sekali tidak memiliki efek padanya. Ia masih merasa kepalanya mendidih dan berdenyut-denyut.

Yura yang masih tidur terbangun karena merasa mendengar teriakan seorang laki, ia tidak salah dengar kan? Suara itu terdengar seperti suara Aldrich?

Apa yang dikhawatirkan Aldrich sampai teriak-teriak sepagi ini? Apa laki-laki itu sudah gila?

Yura terdiam sebentar. Ia lupa, Aldrich kan memang gila.

Ketika menoleh ke kanan ia menemukan Aldrich yang bersandar dan menengadahkan wajahnya, entah mengapa Yura merasa laki-laki itu sangat tampan hari ini.

Dahinya lalu mengernyit, apa tadi ia baru saja memuji Aldrich?

Dengan embusan napas kasar ia memijakkan kakinya di lantai, berniat menghampiri Aldrich tetapi langkahnya terhenti ketika menemukan benda yang tergeletak di lantai dengan keadaan mengenaskan.

Matanya membulat, itu sebuah ponsel kan?

"Aldrich," panggilnya kemudian.

Yang dipanggil membuka matanya, lalu segera menghampiri Yura dan memeluk perempuan itu erat.

"Hei... apa yang kau lakukan?" tanya Yura bingung. Aldrich tidak merespon, malah mempererat pelukannya.

"Jangan jauh-jauh dariku mulai sekarang." Permintaan Aldrich lebih terdengar seperti titah raja.

"Sebenarnya apa yang terjadi denganmu?" Bukannya menjawab Aldrich malah menggendong tubuh ramping Yura ala bridal style dan kembali ke tempat tidur.

Wajah Yur memanas, di samping itu rasanya sudah semerah tomat. Gila saja sekarang wajah Aldrich sangat dekat dengan wajahnya.

"Aku hanya sedang takut kehilanganmu." Yura berdecak. "Kurasa jawabanmu itu agak ngawur, lalu mengapa ponselmu hancur? Sayang sekali, harganya mahal."

"Benda sialan itu kubanting karena ada yang membuatku kesal.

"Aku serius, Shin Yura, aku merasa sangat takut kehilanganmu sekarang."

"Ya ya terserah tapi tolong jauhkan wajahmu inu Aldrich kau membuatku kikuk." Aldrich menjauhkan wajahnya lalu ikut berbaring.

"Yura."

"Apa?"

"Jika aku pindah kau akan ikut denganku kan?" Yura menggeleng. "Sepertinya tidak."

"Bagus."

"Hah? Apa?"

"Kau setuju ataupun tidak kau akan tetap ikut denganku."

Yura berdecih. Rasanya ia ingin memukul Aldrich dengan sepatu hak tingginya yang tajam.

"Tidak usah bertanya jika itu tanggapanmu," sungut Yura lalu bangkit, berjongkok di depan ponsel Aldrich yang sudah tidak berbentuk. Memunguti benda itu tetapi dicegah oleh pemiliknya.

"Biar aku saja, kau bisa terluka jika ada pecahan layar yang menusuk jarimu." Aldrich mendekatkan wajahnya sebentar lalu mengecup pipi perempuan di sampingnya sekilas.

My Psychopath Boyfriend (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang