ENAM PULUH EMPAT

204K 16.8K 2.6K
                                    

Jika biasanya tidur dalam posisi menelungkup dan ditutup selimut adalah posisi tidur ternyaman bagi Yura, kini beralih menjadi dalam pelukan Aldrich. Yura tidak tahu mengapa segala kecemasannya mereda begitu cepat, bagaimana detak jantung melambat menjadi normal, bagaimana ada kehangatan tersendiri yang terasa.

Yura membaringkan kepala di depan leher Aldrich, menghirup bau mint yang menyegarkan dari sana.

"Bagaimana kuliahmu hari ini?" tanya Aldrich.

Yura tersenyum, merindukan hal-hal sepele seperti ini. Ia tidak terlalu menyukai hal-hal yang berbau memacu adrenalin dan sebagainya. "Begitulah, ada yang menawari mengantarku pulang."

"Siapa?"

"Namanya Lionel."

Sebuah kerutan terpatri di kening Aldrich. "Lionel?"

"Ya."

Yura dapat merasakan bahwa Aldrich menariknya ke dalam pelukan yang lebih erat lagi. Dengan setengah berbisik Aldrich mengucapkan sesuatu. "Selalu jaga dirimu ya?"

Yura merasa merinding, ia mengangguk dan menyambut bibir Aldrich yang mendekat ke arah wajahnya.

"Aku akan selalu menjaga diriku sendiri, tapi aku membutuhkanmu sebagai fondasi keyakinan agar aku selalu berusaha kuat. Aku butuh kehadiranmu."

Aldrich menampakkan senyum tipis, jari-jemarinya mengusap bibir ranum Yura dengan lembut. "Aku akan selalu ada di sisimu, sayang."

Yura menggeleng kecil. "Kau tidak selalu ada untukku, Aldrich. Kau lebih sibuk dengan urusan bisnis Jonathan, dan itu sering membuatku lebih khawatir daripada biasanya."

Aldrich menaikkan selimut yang menyelimuti mereka sampai ke batas dada, naik ke batas dagu. "Sebisa mungkin aku akan selalu bersamamu, Yura. Kau tak perlu khawatir, lagipula Charlie akan melindungimu kan? Dave juga akan tetap mengawasimu dengan keadaannya yang seperti itu."

Yura mendesah, memikirkan Dave yang tidur di ruang tengah di atas sebuah tempat tidur yang harus ditiup dulu agar mengembang dan dapat digunakan. Aldrich memaksa laki-laki itu untuk tidur di sana karena ingin Yura tidur dengan nyaman.

Dave tidak protes, karena tidur di sofa pun tidak masalah baginya. Lagipula ia mengerti bahwa Aldrich ingin memiliki waktu berdua saja dengan Yura setelah melewati waktu-waktu sulit. Walaupun harus diakui saat ini mereka masih dalam waktu-waktu sulit tersebut.

"Tapi ini berbeda, Aldrich. Ketika ada kau, aku tidak akan merasa khawatir sedikitpun, seolah tak akan ada lagi masalah yang berani menimpaku. Aku ingin selalu bersamamu."

Yura balas memeluk tubuh Aldrich. "Kau tahu, aku ketakutan," lanjutnya.

"Kau tidak perlu takut, ada aku di sini. Apa aku harus selalu mengucapkan kata-kata bahwa aku akan melindungi setiap langkahmu? Bahwa aku akan melindungimu dari bahaya sekecil apapun? Yang terpenting, kau harus menjaga diri sendiri dan percaya kepadaku. Aku tidak akan membiarkan siapapun menyakitimu, sayang."

Aldrich mencium lama kening Yura dengan penuh perasaan, seolah tak akan ada lagi kesempatan ia melakukan hal ini.

Setiap sentuhan yang diberikan Aldrich selalu memiliki efek tersendiri. Seperti sekarang misalnya, Yura merasa lebih tenang.

"Kau tahu, Shin Yura. Jika orang lain mengucapkan aku mencintaimu sebagai ucapan kasih sayang, maka jika aku mengucapkan aku akan selalu melindungimu, itu memiliki konotasi yang serupa."

Yura tersenyum, mengulurkan tangan untuk menyusuri lekuk wajah Aldrich yang terpahat sempurna. "Aku tidak tahu bagaimana caranya menyatakan perasaan secara khusus."

My Psychopath Boyfriend (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang