TUJUH BELAS : Rencana Yura

299K 20.9K 480
                                    

Yura melepaskan sepatunya dengan gemetar, ia terus saja mengingat kejadian di rumah kaca tadi. Di mana kepala Johnny diputar kebelakang hingga ia mati seketika. Yura bergidik ngeri.

"Are you okay dear?" Aldrich membantu membuka sepatu Yura karena perempuan itu hanya diam sambil memejam. Dalam hati Yura mengumpat, bagaimana bisa ia baik-baik saja setelah melihat Aldrich membunuh untuk yang ketiga kalinya?

"Kau gemetar, apa tubuhmu merasa tidak sehat?" Yura mendelik.

"Bagaimana aku tidak gemetar setelah melihat kematian seseorang?" cecar Yura dengan napas memburu, Aldrich malah tersenyum miring.

"Jangan diingat lagi, sayang, anggap saja itu tidak terjadi."

"Kau membunuh lagi, Al," ucap Yura dengan jelas.

"Lalu? Apa salahnya?" tanya Aldrich dengan wajah polos, Yura mendengus.

"Membunuh itu perbuatan yang salah, apalagi orang yang kau bunuh itu temanku."

"Dia ingin mengambilmu dariku!

"Dia pantas mati," tegas Aldrich. Yura menatap Aldrich dengan pandangan takut, sebenarnya laki-laki di hadapannya ini manusia atau iblis?

"Kau mengerikan." Aldrich mengangkat bahunya tidak peduli.

"Bagaimana jika ada yang melihat kejadian itu? Kau bisa masuk penjara! Dan aku juga bisa terseret kasus ini!" Yura melempar sepatunya asal karena kesal.

"Tidak akan. Aku yakin setan tua bernama Jonathan itu akan menutupi kasus ini." Yura menaikkan sebelah alisnya.

"Siapa?"

"Bukan siapa-siapa." Yura memutar bola matanya malas.

"Kau ini sungguh mengerikan Aldrich, bagaimana mungkin kau bisa tidak merasa bersalah setelah membunuh orang lain?"

Namun Aldrich malah tertawa terbahak-bahak.

"Itu sebuah kesenangan bagiku! Akan sangat menyenangkan jika aku melihat penderitaan seseorang! Apalagi jika korbanku memohon-mohon padaku, kau harus tahu apa yang aku rasakan! Rasanya luar biasa!" Yura mundur sedikit, tetapi ia menyadari bahwa tubuhnya sudah terpojok di pintu.

"Apa kau ingin merasakannya juga?" Aldrich menahan tubuh Yura dengan meletakkan tangannya di samping kepala Yura.

"Kau harus mencobanya!" Yura menggeleng cepat. Tidak, ia tidak ingin menjadi monster.

"Tidak mau." Aldrich tertawa kecil.

"Ayolah sayang, kita bisa melakukannya bersama-sama. Pasti menyenangkan!" Air mata Yura mulai menetes.

"Tidak... kumohon." Aldrich mengecup kelopak matanya yang mulai basah.

"Tidak usah menangis." Aldrich memeluk tubuh Yura erat.

"Aku ingin pergi dari sini." Yura menarik napasnya dalam-dalam.

"Bolehkah aku pergi ke apartemenku?" tanya Yura dengan suara kecil.

"Tidak," jawab Aldrich dengan tegas.

"Tapi a-"

"Bukankah tadi aku mengatakan tidak? Tidak ya tidak!" Yura memejamkan matanya, mencoba menetralisir rasa takutnya. Tetapi tidak berhasil.

Aldrich yang menyadari intonasi bicaranya segera menghembuskan napasnya.

"Maaf."

"Aku ingin pergi dari sini, kalau perlu aku ingin pulang ke negaraku," batin Yura berulang kali.

My Psychopath Boyfriend (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang