Nama tokohnya saya ganti jadi Shin Yura, jadi jangan kaget ya. Karena di versi novelnya juga begitu.
Happy reading.
***
Yura mencengkram selimut dan meneguk salivanya kasar. Ponsel yang digenggamnya sudah diambil kembali oleh Aldrich.
Laki-laki itu duduk di sisi ranjang dan membuka tas hitamnya, tangan kanan Aldrich memegangi kaki Yura sehingga perempuan itu kesakitan dan tidak bisa bangkit, sedangkan tangan kirinya mengambil pisau kecil dari dalam tas.
"Mungkin aku harus bermain-main dulu sebelum membunuhmu." Aldrich memperlihatkan pisau kecilnya.
"Mengapa harus aku?" tanya Yura dengan suara pelan dan memelas.
"Tidak tahu," jawab Aldrich seenaknya dan bergeser mendekati Yura.
"Yang jelas aku ingin sekali membunuhmu."
"Tolong hentikan."
"Tidak mau." Aldrich memiringkan kepalanya dan memandang Yura.
"Di bagian mana aku harus mengukir namamu? Wajah? Leher? Tangan? Atau perut?" Lalu Aldrich memegangi tangan kanan Yura dan segera menusuknya, kontan membuat perempuan itu mengaduh kesakitan.
Dengan tangan kirinya yang bebas ia justru tidak bisa berbuat apa-apa, Aldrich terus menggerakkan pisaunya hingga terbentuk huruf Y di tangan Yura. Goresan itu tidak terlalu dalam tapi memberi rasa sakit dan perih yang luar biasa.
"Lagi?" Pertanyaan Aldrich itu disambut gelengan kepala Yura dan pukulan di kepala Aldrich. Yura bangkit dan segera berjalan dengan tertatih-tatih menuju pintu keluar.
Aldrich hanya tertawa melihat sikap Yura yang menurutnya sama sekali tidak ada gunanya. Useless.
Aldrich berdiri dan menyusul Yura dengan santai. Tanpa harus berjalan cepat pun ia dapat menyusulnya dengan segera.
"Sia-sia saja kau lari dariku." Aldrich mendorong Yura hingga gadis itu jatuh tersungkur.
Yura mengaduh kesakitan ketika Aldrich membalik badannya menjadi terlentang dan kembali menggores tangannya. Karena tak mampu menahan rasa sakit Yura meneteskan air matanya.
"Tolong hentikan." Aldrich berhenti sejenak.
"Mengapa aku harus berhenti?"
"Ini menyakitkan, sungguh."
"Justru itu yang membuatku senang." Aldrich menyeringai, Yura memicingkan matanya lalu menatap Aldrich penuh kebencian.
"Jangan menatapku seperti itu, cantik." Aldrich tersenyum meremehkan.
"Baru kali ini orang yang akan kubunuh menatap benci padaku. Padahal biasanya mereka hanya memelas dan ketakutan."
"Kalau begitu aku tidak jadi membunuhmu," ungkap Aldrich yang tiba-tiba berubah pikiran. Yura bangkit dan menatap Aldrich heran.
"A-apa?"
"Daripada harus kubunuh gadis cerdas sepertimu lebih baik aku menjadikanmu pembantuku saja." Kerutan di dahi Yura semakin dalam ketika mendengar penuturan Aldrich.
"Apa maksudmu?"
"Jangan pura-pura tidak mengerti, Sayang. Kau akan menjadi orang yang membantuku dalam segala hal. Bahkan sampai mencarikam korban untukku."
"Aku tidak mau." Jawaban spontan dari mulut Yura itu disambut senyuman tipis Aldrich.
"Kau tidak punya pilihan lain. Menurut padaku, atau mati."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Psychopath Boyfriend (SUDAH TERBIT)
Romance[ SUDAH TERBIT DI SELURUH TOKO BUKU DI INDONESIA • BEBERAPA CHAPTER TELAH DIUNPUBLISH ] Tentang kisah cinta yang tak biasa, tentang dua luka yang saling menyapa, tentang rasa yang tak pernah sudah. Dulu, Shin Yura menilai seseorang dari fisiknya. Du...