TIGA : Korban Pertama

410K 25.7K 3.1K
                                    

Buat yang masih bingung kenapa cerita ini saya unpublish lalu publish ulang, baca penjelasan di bab awal ya.

***

Yura menghela napas dalam untuk yang kelima kalinya pagi itu. Gara-gara ucapan ngawur dari mulut Aldrich semua orang kini menyangka kalau mereka benar-benar berpacaran.

Yura mendengus, memikirkannya saja sudah membuatnya mual.

Aldrich sendiri hanya memasang 'topengnya' yaitu dengan terus tersenyum manis dan sesekali tertawa, sedangkan Yura terus-menerus memasang wajah kesalnya. Materi kuliah pagi itu juga tidak ada yang masuk ke kepalanya.

"Ke mana?" tanya Aldrich sambil mencengkram tangan Yura yang sudah berdiri hendak pergi.

"Lepaskan," lirih Yura sambil menatap Aldrich kesal. Tapi Aldrich malah menekan kukunya yang tajam ke tangan Yura dengan wajah datar, sehingga Yura meringis kesakitan.

"Kau hanya bisa melakukan sesuatu atas ijinku. Paham?" Aldrich melepaskan cengkramannya tetapi beralih menggenggam tangan Yura. Perempuan itu memakai baju berlengan panjang, sehingga lukanya yang kemarin dan tadi tidak akan kelihatan.

"Ke mana?" Kening Yura mengernyit heran ketika Aldrich menariknya dari kelas ke luar.

"Kantin, aku lapar." Yura hanya bisa pasrah, ia ingin berontak tetapi tidak bisa. Segudang ancaman yang diucapkan Aldrich terus teringat olehnya.

"Jangan kemana-mana," titah Aldrich dengan tegas ketika Yura sudah duduk si salah satu bangku di kantin kampus, ia segera berjalan untuk memesan makanan. Yura hanya bisa menghela napasnya, lagi.

Beberapa menit kemudian Aldrich kembali dengan dua mangkuk makanan yang ia letakkan dengan setengah membanting. Yura mengelus-elus dadanya, sabar. Ia harus terbiasa dengan tindak-tanduk Aldrich yang tidak pernah benar.

"Makan." Yura menaikkan sebelah alisnya.

"Apa?"

"Makan." Yura memandang semangkuk spaghetti itu dengan ragu.

"Tidak ada racun." Merasa aneh dengan perkataan Aldrich, Yura memasang wajah bingung.

"Hah?" Aldrich berhenti memakan makanannya dan menatap Yura dengan tajam.

"Makanan ini tidak ada sianidanya, jika itu yang kau sangka. Aku tidak membawa sianida dari rumah."

Yura membulatkan matanya. Sianida? Racun maksudnya?

Melihat Yura yang masih belum memakan makanannya Aldrich mendengus.

"Kau tidak mengerti apa yang kukatan tadi?" Ucapan Aldrich yang pelan tapi mengandung perintah tegas itu membuat Yura terkesiap.

Lalu dimakannya semangkuk spaghetti itu masih dengan perasaan bingung.

"Jika kau tidak menurut padaku, siap-siap saja. Arsenik, sianida, strychnine, atropin sulfat. Mau yang mana?" Yura tersedak, lalu menggeleng dengan cepat.

"Bagus."

***

Yura mengedarkan pandangannya ketika ia dibawa Aldrich ke sebuah gedung berlantai tiga yang cukup besar.

"Ini di mana?" gumam Yura tetap melihat-lihat sekitarnya. Mengapa banyak makhluk menawan di sini?

Aldrich yang melihat Yura kebingungan hanya tersenyum tipis. Ia menutup pintu mobilnya dan segera mencengkram kembali tangan Yura. Perempuan itu hanya mendesah, tangannya akan merasa kaku lagi karena dicengkram dengan kuat oleh Aldrich.

My Psychopath Boyfriend (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang