ENAM PULUH : Kekhawatiran

208K 17.1K 761
                                    

"Kau mau menikah dalam waktu dekat ini denganku atau tidak?" Aldrich melemparkan pertanyaan ke arah Yura yang terdiam dalam pelukannya, meskipun lebih tepat disebut mendesak.

"Aku tidak tahu, aku masih belum yakin soal semua ini. Maksudku, berarti aku harus menetap di sini, dan pastinya akan lebih jauh masuk ke dalam kehidupanmu yang penuh misteri dan hal-hal tak terduga."

"Bukankah sudah kubilang bahwa aku akan melindungimu, bahkan dari peluru yang ditembakkan dengan kecepatan mengagumkan sekalipun?" Suara Aldrich terdengar merajuk, wajahnya yang tampan melunak sedikit.

"Atau kau malah tidak mencintaiku?"

Mendengar pertanyaan itu, Yura mendesah, menyusupkan tangan sehingga bisa membalas memeluk Aldrich. "Bukan itu masalahnya, Aldrich. Kau tentu tahu, masalah dengan Jonathan pun belum selesai, lalu sekarang ditambah lagi ada Jacob yang katamu bisa saja mencelakaiku."

Aldrich menyentuhkan bibirnya di puncak kepala Yura, mendekap tubuh wanitanya itu seakan akan terpisah menjadi beberapa bagian jika ia tidak melakukannya.

"Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, Shin Yura. Justru jika kau menikah denganku, maka kau akan mendapat banyak hal. Har-"

"Apa aku terlihat seperti perempuan materialistis?" potong Yura sarkastis, nada bicaranya sinis. Tetapi tak sesinis yang ia harapkan, ternyata dirinya tidak terlalu pandai berpura-pura.

"Itu tidak menarik perhatianmu?" Aldrich bergeser, memposisikan dirinya agar sejajar dengan Yura.

"Tentu saja tidak."

Aldrich mendesah. "Tidak ada yang akan terjadi padamu, aku berjanji. Apa aku harus meminta yang lain juga untuk menjagamu? Dave memang masih muda, tapi tendangannya kuat dan dia bergerak cepat. Peter juga masih bisa diandalkan, dia selalu menyembunyikan pisau kecil di dalam payung hitam miliknya. Atau aku harus meminta semua pengawal Jonathan untuk melindungimu?"

"Pisau dalam payung?" Yura mengernyit bingung, ia tidak bisa membayangkan bagaimana bentuknya.

"Hm. Apa kau pernah bermain game Soul Calibur? Salah satu karakternya yaitu Setsuka juga mengenakan senjata serupa."

Yura mencoba mengingat-ingat, rasanya ia pernah mendengar nama game itu.

"Aku tidak tahu."

Aldrich mengulum senyum, tangannya terulur membelai pipi Yura yang mulus. "Payung selalu punya pegangan kan? Khusus punya Peter, pegangan itu terbuat dari kayu dan berbentuk seperti bongkar pasang, seperti Lego. Jika ingin menggunakannya sebagai payung, cukup masukan saja ke dalam bagian yang terhubung ke bagian yang atas. Dan jika ingin menggunakan pisaunya, cukup mencabut bagian paling bawah."

Yura mengangguk-ngangguk tanda mengerti.

Yura menggerakkan jarinya, menyusuri lekuk wajah Aldrich yang terpahat jelas. "Tapi tetap saja aku merasa khawatir. Bukan hanya tentangku, tapi juga tentangmu."

"Aku akan baik-baik saja, khawatirkan dirimu sendiri."

Aldrich menaikkan selimut hingga ke batas dagu. Mencium dahi Yura selama beberapa saat, sebelum menarik perempuan itu ke dalam pelukannya lebih erat lagi.

"Good night."

***

Yura melambaikan tangan dan tersenyum ke arah Aldrich yang kini berada di balik kemudi. Setelah mobil hitam itu melaju dan tak terlihat lagi akibat bergabung dalam ramainya lalu lintas, baru Yura berbalik dan melangkahkan kaki menuju kelas.

Angin pagi hari menerpa wajah dengan lembut, seolah membelai pelan. Yura terkekeh karena malah teringat semalam, ketika ia sulit tidur kembali karena mimpi buruk. Aldrich mengelus punggung dan pipinya secara bergantian.

My Psychopath Boyfriend (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang