Namanya emang diganti, tapi visualnya tetep sama.
Happy reading.
***
Yura yang ketakutan setengah mati hanya bisa mundur, tetapi ia sudah terpojok di pintu. Jantungnya sudah berdebar tidak karuan dan keringat menetes di pelipisnya.
Aldrich mendekatinya dengan alis naik setelah menyalakan lampu.

"Mencoba kabur sayang?" ulangnya. Terdengar jelas bahwa laki-laki itu geram dan kesal akan kelakuan Yura.
"Bukankah aku sudah bilang tak akan menyakitimu? Mengapa kau ingin pergi diam-diam seperti ini?
"Sungguh. Kau menyakitiku dengan tidak mempercayaiku sedikitpun." Aldrich berjalan pelan tapi pasti, dia membuat efek yang besar bagi Yura. Perempuan itu kini hanya bisa berdoa sambil sesekali mencoba membuka pintu.
"Percuma melakukan itu, Sayang. Password-nya akan otomatis berubah setiap beberapa jam." Yura akhirnya mengerti mengapa password yang ia masukkan selalu salah.
"Mengapa kau ingin pergi? Bukankah aku sudah memperlakukanmu dengan baik?" Aldrich yang sudah berada tepat di depan Yura segera meletakkan kedua tangannya di samping kepala Yura.
Yura sangat ingin berteriak frustasi, bibirnya bergetar dan air matanya mulai mengalir.
"Mengapa kau ingin pergi dariku?" lirih Aldrich sedih.
"MENGAPA HAH?! MENGAPA SEMUA ORANG YANG AKU SAYANGI MENINGGALKANKU?!" Urat Aldrich menonjol di leher dan pelipisnya, emosi laki-laki itu sudah benar-benar berada di puncak. Nalas Aldrich memburu, dan ia menatap Yura dengan berang.
"Lalu apa yang harus kulakukan padamu?" Aldrich menarik tangan Yura kasar dan menarik perempuan itu kembali ke kamar. Yura berusaha melepaskan cengkeraman Aldrich tapi sia-sia.
"Kumohon lepaskan aku," pinta Yura di sela tangisannya.
"Jangan harap!" Aldrich mendorong Yura ke atas tempat tidur, tetapi kepala Yura sempat terbentur ke kepala ranjang. Hingga dia memekik karena sakit.
Aldrich yang kalap membuka laci nakas dengan kasar, mencari sesuatu dari sana lalu mengacungkan sebuah cutter.
Yura yang melihat benda tajam yang dipegang Aldrich itupun refleks segera bangun kembali dan berjalan tertatih sambil memegangi kepalanya yang pusing. Sungguh, tidak ada saat yang paling ditakutkannya dibandingkan dengan apa yang ia alaminya sekarang ini.
"Kumohon... jangan sakiti aku." Yura yang terpojok di sudut kamar hanya bisa menatap memelas kepada Aldrich. Berharap laki-laki itu akan memaafkannya, tetapi Aldrich malah dengan cepat menghampiri.
"Aku tidak akan menyentuhmu kalau kau menurut padaku. Tapi apa? Kau berniat lari dariku!" Aldrich menarik tangan kanan Yura, menggores asal dengan menggunakan cutter. Rintihan memilukan keluar dari mulut Yura.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Psychopath Boyfriend (SUDAH TERBIT)
Romance[ SUDAH TERBIT DI SELURUH TOKO BUKU DI INDONESIA • BEBERAPA CHAPTER TELAH DIUNPUBLISH ] Tentang kisah cinta yang tak biasa, tentang dua luka yang saling menyapa, tentang rasa yang tak pernah sudah. Dulu, Shin Yura menilai seseorang dari fisiknya. Du...