TIGA PULUH ENAM : When The Monster Miss His Mom

245K 18.5K 418
                                    

"Dia ibuku." Yura sempat terdiam sebentar ketika mendengar ucapan Aldrich. Bukan karena ia terkejut dengan sesuatu yang Aldrich ungkapkan, tetapi ia kini sedang berpikir mengapa nada bicara Aldrich terdengar begitu pilu. Pandangan laki-laki itu pun berubah sendu. Seakan topik itu adalah hal terakhir yang akan ia bicarakan dalam hidupnya.

"Ibumu? Dia sangat cantik." Yura menatap kembali potret ibu dan anak yang terlihat bahagia.

"Tentu saja dia cantik," balas Aldrich. Tetapi terdengar seperti berbicara kepada dirinya sendiri.

Aldrich mengambil album foto dari pangkuan Yura dan mengelus benda itu, dengan senyuman getir yang terpasang di bibir Aldrich bergumam pelan. "Mom, I miss you."

Yura bingung harus berbuat apa, lagipula ia takut Aldrich akan bereaksi di luar dugaan jika Yura berbuat hal apapun. Apalagi jarang sekali Aldrich terlihat murung seperti ini.

"Al." Aldrich mendongak, masih dengan tatapan sendu ia menoleh ke arah Yura yang kini menyadari perasaan lain yang dirasakan laki-laki itu.

Entah hanya perasannya saja, Aldrich terlihat frustasi dan putus asa. Kepercayaan diri dan segala keyakinannya seolah hilang karena ditiup angin.

"Apa?"

"Maaf sudah membahas topik yang membuatmu murung seperti ini."

Aldrich menggeleng. "It's ok."

Suasana menjadi hening untuk beberapa saat, Aldrich yang sibuk menatap foto itu dengan perasaan tidak menentu dan Yura yang sibuk dengan pikirannya yang memikirkan segala hal.

Sebenarnya apa yang terjadi sehingga Aldrich begitu sedih ketika membicarakan tentang ibunya? Dulu Aldrich pernah menangis sambil memeluknya dan memanggil-manggil nama ibu.

Dan Yura menyadari. Aldrich memang seorang monster, tetapi semenyeramkan apapun Aldrich itu dia akan menjadi sentimentil jika menyangkut tentang ibu.

Aldrich menghela napasnya berat. Ia menutup foto album yang sedari tadi ada di genggamannya dan meletakkan benda itu kembali ke rak.

Yura menjadi merasa bersalah.

Di sisi lain, ia jadi merindukan ibunya yang keras kepala di Korea. Apakah dia makan dengan baik?

"Yura." Yura tersadar dan mendongak. "Ya?"

"Bisa kau menemaniku ke suatu tempat?" Aldrich mengusap pipi lembut perempuan di hadapannya itu.

Yura memegang lengan Aldrich yang terulur ke arahnya, merasakan kehangatan yang Aldrich salurkan. "Ke mana?"

"Kau akan tahu nanti." Aldrich tiba-tiba memeluk Yura.

"Ibu," gumamnya kemudian.

"Kau merindukannya?"

"Tentu."

"Aku juga merindukan ibuku."

Terdorong perasaan yang sama, mereka saling memeluk dengan erat. Yura bahkan lupa bahwa ia masih merasa segan dengan Aldrich.

"Mau bercerita tentang ibumu?" tanya Yura ketika pelukan Aldrich terasa mengendur.

"Aku tidak tahu."

"Tidak tahu? Maksudmu?"

"Aku tidak tahu harus menceritakan ibuku padamu atau tidak. Yang jelas ini tidak akan sesederhana yang kau kira."

"Sepertinya rumit."

Aldrich tidak bisa menahan senyumnya ketika mendengar pernyataan Yura yang terkesan agak bodoh dan konyol. "Ya."

My Psychopath Boyfriend (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang