EMPAT PULUH DELAPAN : Bingung

236K 18K 2.2K
                                    

Rambutnya yang tergerai tertiup angin, cukup kencang hingga seolah menari-nari. Matanya yang bengkak akibat terlalu banyak menangis mengerjap beberapa kali karena terasa perih akibat angin yang berembus cukup kencang, keadaan yang dingin di rooftop kampusnya tidak Yura pedulikan.

Yura memeluk tubuhnya sendiri kemudian, cardigan berlengan panjang cokelat tua favoritnya tidak banyak membantu untuk menghangatkan tubuhnya. Mungkin karena suasana hatinya yang tidak sedang dalam keadaan baik, apalagi pikiran yang terlalu semrawut sehingga membuat kepalanya menjadi pusing.

Ia ingin pulang. Hal itu​ yang dirasakannya saat membuka mata setelah tidur yang kacau tadi malam, Yura tidak bisa tidur dengan nyenyak akibat pelukan seseorang yang terasa menjadi menakutkan akhir-akhir ini.

Ia ingin pulang, sekali lagi ucapan itu terngiang-ngiang di kepalanya. Apakah ia harus melakukan hal itu?

Aldrich tidak atau belum? menghubunginya lagi sejak kejadian di mana Dave mengamuk dan memukuli laki-laki itu, sampai sekarang pun tidak ada tanda-tanda apakah dia akan kembali menemuinya.

Haruskah Yura pulang ke negaranya untuk sementara waktu? Sungguh, keinginannya untuk kuliah saat ini lenyap, hal itu membuat Yura bingung untuk memutuskan.

Haruskah ia pulang?

Ya, ia ingin pulang.

Tiba-tiba ponselnya bergetar, Yura sudah was-was jika yang menghubunginya adalah Aldrich, tetapi ternyata bukan.

"Halo Dave."

"Noona! Kau sedang merencanakan sesuatu ya?"

"Eh? Apa maksudmu?" Yura bertanya dengan nada datar, tatapannya lurus ke bangunan-bangunan tinggi di depan pandangannya.

"Entahlah, perasaanku merasa tidak enak tentang noona."

Yura mengembuskan napas pelan.

"Mungkin, aku ingin pulang."

"Pulang​? Memangnya apa yang terjadi? Apartemenmu kan masih ada, apartemen tidak bisa berlari menjauh kan?"

Yura tertawa kecil, memilih berdiri dan turun menjauhi rooftop. Tetapi tetap dengan ponsel yang menempel di telinganya.

"Tidak, aku ingin pulang ke negara asalku."

"Korea? Itu kan sangat jauh. Tidak boleh!"

Yura masuk ke dalam lift yang ternyata kosong, dikarenakan mahasiswa yang satu jadwal dengannya kebanyakan sudah pulang.

"Mengapa tidak boleh?"

"Noona tidak boleh meninggalkanku."

"Aku hanya sebentar ke sana, hanya mencoba menenangkan diri."

"Karena laki-laki berengsek bernama Aldrich ya?"

"Dia saudaramu Dave."

"Untuk saat ini aku sedang kesal padanya, entah kalau nanti."

"Ya sudah."

"Tapi noona, jika kau benar-benar pergi jangan lama-lama ya? Jangan biarkan aku mati kesepian di sini."

"Iya."

"Baiklah, semoga sehat selalu noona."

Yura tersenyum kecut dan mematikan panggilan itu. Lihat, bahkan Dave jauh lebih perhatian padanya di banding Aldrich. Ke mana laki-laki itu?

Seolah bisa mendengar pertanyaan Yura, Dave mengirimkan pesan yang memberi tahu keberadaan Aldrich.

Noona, Aldrich sedang tidak ada. Dia pergi ke Jepang, bersama si menyebalkan Benjamin. Jika kau ingin pulang cepatlah, sebelum dia kembali.

My Psychopath Boyfriend (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang