Overthinking kills your happiness.
***
"Akhirnya!"
Rambutnya yang diikat bergoyang-goyang tertiup angin sekaligus karena perempuan itu melompat kecil saat menuruni tangga di depan kampusnya. Ia mengulum senyum senang, merasa bebas setelah berkutat dengan mata kuliah yang membuat kepalanya seakan pecah.Cuaca tidak terlalu cerah, tetapi langit juga tidak tampak kelabu nan muram. Sehingga membuat Yura merasa bersyukur tidak perlu berpanas-panasan atau memegang payung walaupun tetap berisiko kehujanan dan berakhir dengan pakaian basah kuyup.
"Mau pulang bersama?" Yura menoleh dan mendapati Johnny, seniornya yang berbeda jurusan tetapi sama-sama berasal dari Korea Selatan yang kini sedang tersenyum dari balik kaca mobilnya.
"Tidak usah, Senior. Aku bisa pulang sendiri," jawab Yura setelah menggeleng kecil.
Johnny tersenyum, memamerkan lesung pipinya yang memesona. "Bukankah sudah kukatakan untuk tidak terlalu formal? Kau bisa menganggapku teman."
Johnny mengedipkan mata, membuat Yura tak bisa menahan tawa kecilnya. "Tetap tidak, lebih baik aku berjalan saja menuju apartemenku."
Johnny mengangkat bahunya. "Baiklah. Hati-hati, aku duluan." Johnny memajukan mobilnya hingga Yura tak bisa melihatnya lagi.
Yura berjalan menyusuri trotoar yang bersih dan cukup asri karena terdapat beberapa pohon rindang di sana, meskipun ia sering merasa takut itu akan tumbang. Mengingat hujan di daerah tempat kuliahnya sekarang tidak bisa dianggap remeh.
Jarak dari tempat kuliah menuju apartemen tidak terlalu jauh, hanya sepuluh menit bila berjalan kaki. Hal itu menjadikan Yura berjalan lebih santai sembari menikmati sinar sang surya yang mulai meredup. Menghirup udara seakan akan habis besok, memasukkan tangannya ke dalam cardigan cokelat tua yang dikenakannya, lalu memejamkan mata sesekali. Sore yang indah.
Dalam perjalanannya menuju apartemen itu Yura sempat berpapasan dengan teman satu kampusnya, mereka sempat bertegur sapa dengan sekadar tersenyum atau melambaikan tangan. Sedangkan kebanyakan mahasiswa laki-laki mengedipkan mata genit, menggodanya. Tak heran, sebab Yura termasuk mahasiswa yang cukup populer karena kecantikan khas Asianya yang menarik, tak lupa senyuman manis yang bisa menarik siapa saja untuk jatuh hati padanya.
"Hei! Kau meninggalkanku!" Yura menoleh ke belakang dan tertawa ketika sahabatnya datang sambil menggerutu, tidak terlalu cepat sampai karena kakinya yang pendek tidak begitu membantu.
"Aku tidak tahu kau sudah pulang," jawab Yura dengan jujur setelah perempuan itu mensejajarkan langkah dengannya.
"Tentu saja kau tidak tahu, kita kan beda jurusan." Min Ah atau nama lengkapnya Lee Min Ah mematut dirinya sendiri di cermin kecil yang selalu ia bawa kemana-mana, memeriksa apakah penampilannya menjadi tidak menentu setelah berlari-lari tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Psychopath Boyfriend (SUDAH TERBIT)
Romance[ SUDAH TERBIT DI SELURUH TOKO BUKU DI INDONESIA • BEBERAPA CHAPTER TELAH DIUNPUBLISH ] Tentang kisah cinta yang tak biasa, tentang dua luka yang saling menyapa, tentang rasa yang tak pernah sudah. Dulu, Shin Yura menilai seseorang dari fisiknya. Du...