SEBELAS : Taruhan

308K 22.6K 1.1K
                                    

Yura membolak-balik halaman materi sedikit cepat, ia sangat fokus dalam menghafal beberapa baris materi psikologi yang akan dijadikan bahan tes hari itu.

Ia harus menang, bukan karena jika ia memenangkan taruhan maka Yura akan mendapatkan makanan gratis. Tetapi apa yang diminta Aldrich menurutnya sama sekali tidak masuk akal.

Ciuman tiga kali sehari? Laki-laki gila itu pikir apa yang dimintanya seperti meminum obat? Apalagi permintaannya yang lain membuatnya bingung dan marah setengah mati. Bercinta dengannya? Lebih baik ia mati saja. Atau ia yang akan membunuh laki-laki itu.

Yura mengerutkan kening. Membunuh? Mengapa ia jadi sedikit tertular sifat Aldrich?

Yura menggeleng, fokus ! Fokus ! Fokus ! Ia harus memenangkan taruhan ini, meskipun itu sedikit sulit. Karena Aldrich termasuk golongan mahasiswa pintar.

"Sialan," batinnya kesal.

Aldrich sendiri meminum air mineralnya sebentar, kembali menunduk membaca catatan kecilnya sebentar lalu memejamkan mata. Inti dari materi sudah ia hafal dengan baik dan ia sudah siap untuk melakukan tes hari itu.

Aldrich bergumam pada dirinya sendiri, ia harus menang. Bagaimanapun caranya, apa yang akan didapatkan Aldrich dari taruhan itu membuat semangatnya naik.

Hey, bagi laki-laki normal seperti Aldrich apa yang dimintanya merupakan sesuatu yang berharga bukan? Tetapi ia sangat menginginkan hal yang lebih. Sungguh.

Yura mendongak, mengamati sekitarnya, semua orang sedang menunduk membaca materi. Dan ketika pandangannya berputar ke arah kanan, tatapannya bertemu dengan tatapan mata Aldrich. Yura sontak mendengus.

"Teruslah belajar, walaupun percuma karena aku yang akan menang."

Yura berdecih. "Dasar terlalu percaya diri."

Aldrich hanya tersenyum simpul, Yura pasti kesal setengah mati dengan permintaan konyolnya.

"Bersiap-siap lah untuk menuruti permintaanku, Yura sayang," gumam Aldrich penuh percaya diri.

"Tidak akan kubiarkan laki-laki mesum itu menang, aku harus berusaha!" Yura meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia bisa. Tanpa sadar mengepalkan tangan dan mengacungkannya, membuat beberapa mahasiswa lain menoleh dengan bingung.

Ada yang bisa menebak siapa yang akan mendapatkan nilai lebih tinggi dan jadi pemenang?

***

Aldrich membuka ponselnya ketika ia keluar dari ruangan setelah menjalani tes, mendapati bahwa pihak majalah menginginkan pemotretan malam itu juga. Aldrich mendengus, sikap pihak majalah yang seenaknya sering membuatnya kesal.

Aldrich melirik Yura yang terlihat gelisah, perempuan itu pasti tidak mengerjakan tes dengan maksimal. Aldrich tersenyum mengejek.

"Apa yang kau lihat?" bentak Yura ketika ia melihat tatapan meremehkan dari Aldrich.

"Aku hanya melihat hadiah dari taruhanku." Aldrich tersenyum miring, Yura berdecih, menahan keinginan untuk menginjak kaki Aldrich sekuat tenaga.

Ia kemudian berbalik dan hendak berjalan ke arah kantin, tetapi Aldrich dengan cepat mencengkram tangannya hingga Yura berhenti berjalan.

"Kau tidak akan pergi kemanapun tanpa ijinku, Nona Shin. Aku ikut denganmu." Tangan Aldrich bergeser dan segera menggenggam tangan Yura erat.

Yura sendiri hanya bisa pasrah, takut-takut Aldrich melakukan hal aneh lagi seperti kemarin malam.

"Malam ini ada jadwalku untuk melakukan pemotretan, kau ikut." Yura mengangguk tak acuh.

My Psychopath Boyfriend (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang