"Kau senang setelah berbelanja sebanyak ini?" Dave mengangguk antusias ketika Yura bertanya sembari mengunyah cemilan ringan.
Mereka bertiga yakni Aldrich, Yura dan Dave sedang berada di perjalanan untuk pulang. Meskipun tepatnya lebih ke mengantarkan Dave kembali ke rumah, sedangkan Aldrich masih ingin menghabiskan waktu dengan Yura.
"Ya, kartu pemberian Aldrich sangat berguna. Oh ya, ini kartumu." Dave menyerahkan kartu tipis pemberian Aldrich dengan senyum lebar tanda terima kasih.
Aldrich menerimanya dan meletakannya begitu saja di atas dashboard. Sempat mengernyitkan dahi karena merasa sedikit ngilu di tangannya yang terbalut perban akibat pecahan gelas tadi.
Yura sebenarnya sudah menawarkan diri untuk menyetir, mengingat tangan Aldrich terluka. Tetapi laki-laki itu menolak dengan alasan bahwa Yura lebih baik diam dan tidak usah menghabiskan tenaga dan berkosentrasi untuk repot-repot menyetir.
"Ponsel barunya juga bagus." Dave menunjukkan ponsel barunya yang memiliki dua kamera dengan sensor Leica di belakang.
"Oh ya?"
"Iya, kameranya bahkan ada tiga, dua di belakang dan satu di depan."
"Tentunya kau bisa mengambil fotomu sendiri dengan puas."
Dave terkekeh. "Oh ya. Kau ingin mencobanya?"
"Tentu." Yura mengambil ponsel yang disodorkan oleh Dave dan merapikan poninya sejenak.
"Tidak ingin mengambil foto denganku?" celetuk Aldrich tiba-tiba, Yura sontak menggeleng.
"Tidak, Dave kan hanya menawariku saja." Aldrich menggeram.
"Kau juga boleh Aldrich, uang untuk membelinya kan uangmu." Dave mencondongkan tubuhnya ke depan.
"Tidak usah."
Yura dan Dave saling berpandangan, sebelum mengangkat bahunya masing-masing.
Yura kemudian mencoba mengambil foto dengan senyuman manis yang terpasang di wajahnya.
Setelah selesai ia menyerahkan kembali ponsel itu kepada Dave, yang langsung disambut ekspresi senang dan sebuah seruan yang membuat salah satu dari mereka mengernyitkan dahi tidak suka. "Wah noona sangat cantik."
Aldrich menggeram, menatap Dave setelah berbalik badan dengan pandangan : kubunuh-kau. Untung saja lampu lalu lintas sedang berwarna merah sehingga mereka tidak menabrak sesuatu karena si pengemudi lalai.
Dave mengerjapkan matanya dan memandang Aldrich takut-takut. "Maaf, maksudku pacarmu cantik."
Yura memukul lengan Aldrich. "Jangan berlebihan. Jika kau lupa akan aku ingatkan hal ini padamu, dia adalah adikmu."
Aldrich kembali duduk pada posisinya dengan rahang yang masih mengeras dan wajah memerah padam.
Yura mengulurkan tangannya untuk menggenggam tangan kiri Aldrich yang berada di sisi tubuhnya. Menggenggamnya erat, memberikan kehangatan di sana. Seolah tidak ada hari lagi untuk melakukan hal itu.
Aldrich memandangnya sekilas lalu kembali fokus ke jalanan, mencoba menahan senyumnya untuk tidak mengembang.
***
Yura melambaikan tangannya ketika Dave juga melakukan hal serupa, sedetik kemudian Aldrich memacu mobilnya dan meninggalkan halaman rumah super besar yang baru Yura ketahui sebagai 'rumah besar' yang dulu Aldrich bicarakan.
Kesan pertama yang didapat Yura (meskipun hanya melihat dari depan dan sekilas), suasana rumah itu pasti kelam. Walaupun catnya berwarna putih gading, suasana yang memang tidak begitu menyenangkan pun mendominasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Psychopath Boyfriend (SUDAH TERBIT)
Romance[ SUDAH TERBIT DI SELURUH TOKO BUKU DI INDONESIA • BEBERAPA CHAPTER TELAH DIUNPUBLISH ] Tentang kisah cinta yang tak biasa, tentang dua luka yang saling menyapa, tentang rasa yang tak pernah sudah. Dulu, Shin Yura menilai seseorang dari fisiknya. Du...