[REVISED] Chapter 04 - #Home Sweet Home

829 76 8
                                    

[REVISED] Chapter 04 - #Home Sweet Home

• • •

Cuaca kota Seoul tak kalah dingin dari New York. Sama-sama memiliki suhu rata-rata di antara -7o(Derajat)C sampai 0oC. Untungnya saja, Seoul sedang tidak berpotensi turun salju. "Baguslah," batin Tiffany.

Di belakangnya sudah ada Sehun yang berjalan dengan koper yang ia genggam menggunakan tangan kirinya. Selama penerbangan, Tiffany sama sekali tak melepas earphone-nya. Yang dilakukan Sehun hanya terus mengganggu Tiffany dengan mencolek atau memainkan hidung Tiffany. "Merasa terganggu? Tentu saja!" batinnya lagi.

Sehun jadi malas sendiri. Tiffany tak mempedulikannya, dan kini perasaannya benar-benar buruk akibat ancaman yang dilontarkan Tiffany untuknya.

"Hei! Tunggu aku."

Tiffany berhenti setelah mendengar ucapan Sehun yang ada di belakangnya. Tiffany langsung menoleh dan menatap Sehun. Meski tatapan Tiffany seakan menatap kucing yang sedang meminta makan, tapi itu justru membuat Sehun semakin sebal.

"Ah, wae? Semenjak di pesawat kau terus mendiami ku. Ayolah! Aku lapar! Ayo pergi makan bersama sebelum kembali ke rumah."

"HEI! Kenapa pikiran mu malah makanan sekarang ini? Kau duluan yang tidak menjawab pertanyaan ku sesaat sebelum pesawat take off. Dan, oh yah! Apa yang kau maksud dengan pulang ke rumah? Aku pulang ke rumah ku. Kau... yah pulang ke rumah mu!"

"Cih! Berbicara sana dengan patung meja berbentuk kucing mu itu."

Tiffany menghela nafas. Ia pikir, sepertinya Sehun sudah mulai bosan hidup. Beraninya, memakai kalimat-kalimat yang sering ia lontarkan pada orang di depannya itu.

"Aku tidak merencanakan ini dari awal. Tapi memang aku ingin kembali ke Seoul, tahu!"

Sebentar. Banyak sekali pernyataan demi pernyataan yang ingin masuk untuk dicerna oleh otak Tiffany. Tetapi sesaat, ia tak ingin mempedulikan segala kemungkinan yang terlintas di benaknya dan dilontarkannya pada Sehun. Menebak-nebak segala kemungkinan itu, bisa saja membuat Sehun akan berceloteh panjang lebar. Tentunya dengan rasa percaya dirinya yang tinggi itu.

Salah satu contohnya, "Kau kembali ke Seoul, karena ingin berada terus di dekat ku 'kan?" dan tentunya akan dijawab oleh Sehun dengan PD-nya, "Hm. Maka dari itu, kembalilah berpacaran dengan ku." Di tambah senyum tipisnya yang mampu membuat Tiffany sakit jiwa. Ya! Itu memang betul. Sakit jiwa. Sakit karena tak tahan melihat pria itu berkata-kata apalagi dengan tingkah lakunya plus dengan senyuman gilanya itu.

"Biarkan aku mengantar mu menemui Ayah mu sehabis makan ini. Aku bahkan tak pernah bertemu dengannya selama aku mengenal mu. Bahkan... saat Ibu mu meninggal aku tak menyempatkan diri untuk datang dan ikut berbela sungkawa dengan Ayah mu. Ingatlah, selama kau hidup di Amerika itu dengan uang siapa yang kau gunakan."

"Itu adalah warisan dari Ibu ku, tuh."

Sehun membuang muka. Cara bicaranya dari awal, layaknya seperti anak kecil yang bahkan masih tidak tahu apa-apa.

Ya. Perkataan Tiffany memang benar. Kenyataan bahwa ia tak pernah melihat Ayah Sehun selama ia mengenal pria itu. Selama ini Sehun hanya bercerita mengenai Ayahnya yang seorang pengusaha, dan tak memiliki waktu dengan keluarganya. Tiffany teringat dengan perkataan Sehun saat di Amerika.

"Orang itu bahkan bisa disebut sebagai seseorang yang juga membunuh Ibu ku."

"Hei! Tutup mulut mu! Itu Ayah mu tahu!"

Sehun tak banyak menceritakan soal anggota keluarganya. Mulai dari Ayah sampai Kakaknya yang disebut-sebut sebagai Kakak tirinya sekalipun. Ia menambahkan, Kakak tirinya merupakan Anak dari Istri simpanan Ayahnya. Namun, Tiffany tak ingin merasa untuk lebih ingin tahu mengenai kebenarannya. Ia hanya tak mau Sehun menjadi sedih apabila mengingat pahitnya mempunyai keluarga seperti mereka. Jujur, Tiffany bisa merasakan apabila dia ada di posisi Sehun. Ayah nya yang mempunyai Istri simpanan dan harus mempunyai seorang Kakak tiri yang tahunya hanya menguasai kekuasaan.

[BOOK#1] Queen of My HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang