[REVISED] Chapter 15 - #Same Mistake

453 67 13
                                    

[REVISED] Chapter 15 - #Same Mistake

• • •

Seminggu tanpa kabar, Sehun menghilang begitu saja. Namun bukan benar-benar menghilang pergi jauh. Hanya saja, ia semakin menjadi orang pendiam semenjak ayahnya meninggal. Sehun sangat dipenuhi oleh rasa penyesalan. Bahkan sampai saat ini, ia terus saja menyalahkan dirinya sendiri, atas kepergian sang ayah.

"Jika kau tak senang dengan kehadiran ku, cukup abaikan aku saja. Setidaknya sampai aku bisa memutuskan akan pergi ke mana!" Sahut Sehun pada Il Woo di depan ruang keluarga.

Tentunya sekarang tak akan ada lagi yang akan menghalangi perdebatan yang terjadi di antara mereka. Karena di rumah besar itu, hanya tinggal mereka berdualah yang menempati rumah itu. Tambahan... dua orang pembantu rumah tangga yang ikut menempati rumah, yang akan kosong setiap di siang harinya.

"Terserah kau!" Balas Il Woo lalu meninggalkan Sehun sendirian di tengah ruang keluarga.

Masih terbayang dengan jelas oleh Sehun, bagaimana percakapan yang terjadi di antara mereka sewaktu di depan ruang keluarga. Sehun memutuskan untuk tidak pergi dari rumah seperti yang disarankan oleh Il Woo sewaktu di rumah sakit. Bahkan sebenarnya, Il Woo sudah tak pernah membahas hal itu lagi semenjak ayahnya dinyatakan benar-benar pergi untuk selamanya. Il Woo hanya tak ingin mengurus Sehun terus menerus, dan membiarkan Sehun menentukan jalannya sendiri setelah semua ini.

Sehun sudah masuk kantor semenjak tiga hari yang lalu. Ia bahkan sudah memutuskan apa yang ingin ia lakukan setelah ini. Untuk sekarang, tak ada salahnya jika ia mulai membiasakan diri dengan bekerja di DS Group. dan menjalankan perannya sebagai wakil presdir yang baru.

Il Woo tak setuju? Bahkan ia tak terlalu mementingkan kehadiran Sehun. Walaupun hati kecil Il Woo menginginkan Sehun tetap seperti ini. Tetap menjalani wasiat sang ayah untuk membangun perusahaan bersama dengan menjadikan mereka berdua sebagai presdir dan wakil presdir.

Jam sebelas lewat lima puluh delapan. Tepat jam makan siang. Sehun mulai bangkit dari kursi kerjanya, dan kemudian mengambil mantelnya yang tersampir di kursi kerjanya. Sehun mulai melangkah meninggalkan ruangannya dan menuju lift yang tak jauh dari ruang kerja.

Tinggg...

Sesaat, pintu lift terbuka. Dengan langkah cepat, Sehun memasuki lift itu dan kemudian menekan tombol yang menuju ke lantai dasar. Tak butuh waktu lama baginya untuk sampai di lantai dasar. Pintu lift segera terbuka ketika berhenti bergerak. Matanya sudah melihat ke sekelilingnya, para karyawan yang bekerja di perusahaannya. Karyawan-karyawan yang merupakan tanggung jawab baginya, untuk mensejahterakan kehidupan mereka sebagai pekerja di kantor ini.

Tak ingin berlama-lama, Sehun mempercepat langkahnya. Semua orang tunduk pada Sehun dan sesekali mengucapkan salam, yang kemudian hanya dibalas oleh Sehun dengan senyuman.

Sesampainya di cafetaria perusahaan, Sehun langsung ikut mengantri dengan para karyawan lain untuk memilih makanan. Seseorang di depannya begitu terkejut ketika melihat Sehun di belakangnya.

"Wakil presdir Jung... selamat siang. Silahkan, mengantri di depan ku." Ucap seseorang itu dengan ramah.

Namun, Sehun dengan halus menolak penawaran dari karyawannya sendiri yang menawarkan diri untuk pindah ke belakang Sehun. Namun menurut Sehun, tak baik apabila menerobos antrian dan mengambil hak orang lain yang telah mengantri lebih dulu. Bukankah begitu?

"Tidak! Terima kasih. Saya akan ikut mengantri seperti kalian."

Ucapan Sehun langsung disambut oleh senyum karyawannya yang sempat memberikan dirinya penawaran. Karyawan itu lalu berbalik badan dengan senyuman yang masih mengembang di wajahnya.

[BOOK#1] Queen of My HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang