"Licik itu licik namanya."
"Ini taktik bukan licik."
"Udah nggak mau main lagi gue."
Taehyung membanting stick PSnya asal. Masa ia kalah dengan Jungkook. Padahal sudah ia bela-belain nggak jemput Joy demi tantangan Jungkook tanding PS.
Tadi Taehyung sudah sampai di pelataran rumah sakit. Belum sempat ketemu Joy karena Jungkook lebih dulu mencegatnya. Menantangnya main PS dengan sedikit memaksa. Dan sekarang ia kalah, kan jadi kesal rasanya.
"Mending gue jemput cewek gue."
"Udah pulang sama Wonwoo."
Taehyung yang hendak berdiri jadi menatap Jungkook tajam.
"Kok lo tau? Lo sengaja kan?" tuduhnya.
"Sengaja apa?" heran Jungkook tak mengerti.
"Sengaja biar Joy pulang dengan Wonwoo."
"Kok jadi gue," sahut Jungkook tak terima Taehyung menuduhnya sembarangan.
"Cewek gue tiap hari udah sama Wonwoo. Masa dia pulang juga diantar Wonwoo," omel Taehyung. Masih terus menatap kesal ke arah Jungkook.
"Mana gue tau."
Dan Jungkook jawab dengan tidak peduli.
Ckckck.
"Pulang lo berdua. Gue udah mau tutup."
Bobby si pemilik showroom mobil tempat mereka numpang main PS.
Bobby itu S1 ngambil hukum pidana. S2nya kenotariatan tapi berakhir meneruskan usaha showroom mobil milik ayahnya. Sungguh menyimpang dari jalan yang benar.
Sebenarnya alasan mereka main PS di sana karena jaraknya paling dekat dari rumah sakit Joy. Lagipula di ruangan Bobby memang ada seperangkat PS lengkap kalau ia sedang bosan.
"Kalau Joy tanya gue bilang apa ya," gumam Taehyung.
Masa ia mengaku kalau pergi tanding PS dengan Jungkook. Joy paling tidak suka diduakan dengan game. Apalagi di usia Taehyung yang sekarang.
"Bilang aja ketemu gue," saran Bobby.
"Dalam rangka apa?"
"Lo mau beli mobil."
Taehyung lekas berdecak.
"Gue nggak punya duit," katanya.
Ujung-ujungnya Bobby akan promosi menyuruh Taehyung mengganti mobilnya. Dasar mental pedagang.
"Kebanyakan alasan," sahut Jungkook. Lebih ke bergumam sendiri.
"Ini semua gara-gara lo," tuduh Taehyung lagi.
Tapi Jungkook tak peduli. Ia mulai mengambil helmnya berniat pulang.
"Jangan bilang macem-macem sama Joy."
Wajar Taehyung khawatir, Jungkook itu kadang suka mengarang cerita. Ngawur, tidak jelas, mirip siapa dia itu.
"Siapa yang macem-macem gue cuma satu macem."
Dan Jungkook memakai helmnya sambil melangkah pergi.
Ingin Taehyung protes tapi ia urungkan niatnya. Ia jadi terdiam sendiri. Seperti pernah mendengar kalimat terakhir Jungkook itu. Bukan mendengar, karena dulu ia pernah mengatakannya.
Dan melihat Jungkook yang naik motor membuat Taehyung tiba-tiba rindu dirinya yang dulu. Sudah lama sekali rasanya.
"Pulang gue Bob," pamitnya.
"Tunggu dulu."
Dan Bobby malah mencegahnya.
"Udah lama kita nggak ngopi-ngopi ganteng," lanjutnya.
Dan mereka berakhir di kafe depan showroom Bobby di hari yang mulai senja.
"Joy itu tiap hari sama Wonwoo terus. Mana si Wonwoo nggak punya cewek."
Taehyung mulai dengan curhatannya.
"Cemburu lo?" tebak Bobby.
"Bukan cemburu, gue cuma kesel. Gue yang cowoknya aja nggak bisa tiap hari deket Joy."
"Makanya kawin."
"Kawin apa nikah?" tanya Taehyung.
"Nikah sama kawin itu sepaket. Kata penghulu saya nikahkan dan kawinkan."
Taehyung hanya berdecak mendengar kesoktauan Bobby itu.
"Yuk Bob kita nikah barengan biar biaya resepsi bagi dua."
Bobby lekas mencibir.
"Nggak sekalian ikutan nikah massal?"
"Lagian lo nggak ada calonnya." Taehyung balas mencibir.
"Ntar kalau tiba-tiba ada, lo kaget."
"Siapa? Nahyun? Bukannya lo terjebak friendzone sama Nahyun dari jaman pra sejarah?"
"Kalau ngomong ya.. suka bener."
Bobby lebih memilih menyesap kopi latte miliknya.
"Bob, kenapa kopi itu pahit?"
"Kenapa?"
"Karena yang manis cuma gue."
"Terserah."
KAMU SEDANG MEMBACA
HEART | VJOY #4✔
FanfictionIf you don't believe me, then just look into my eyes 'cause the heart never lies A sequel to Don't Say Goodbye