"Kok lo tahan sih Woo punya adik kayak gini."
Joy berdecak keheranan. Bagaimana bisa Wonwoo dan Jungkook itu saudara kandung sementara sifat mereka berdua bertolak belakang. Bahkan dari segi fisik mereka tidak mirip. Katanya Wonwoo lebih mirip ayahnya, sedang Jungkook cenderung ke ibunya.
Wonwoo itu kalem, anteng, pendiam, dan tidak banyak bicara.
Sementara Jungkook kebalikannya. Setipe dengan Taehyung atau Bobby.
Pantas saja ia butuh waktu 7 tahun untuk lulus dari fakultas kedokteran. Dan sekarang baru mulai koas di rumah sakit yang sama dengan Joy dan Wonwoo.
"Gue nggak yakin kalau dokternya kayak dia," decak Joy.
Dokter dalam bayangannya itu yang seperti Taeyong. Baru melihat dokternya saja pasien bisa langsung sembuh. Taeyong apa kabar ya? Rasanya sudah lama sekali Joy tidak bertemu.
Sedangkan Jungkook, ia tidak pernah serius. Jangan-jangan nanti kalau ada pasien ditinggal main PS. Atau malah pasiennya diajak tanding sekalian.
Mirip seseorang kan? Iya Joy juga merasa begitu.
"Ini gara-gara dia nggak mau jadi dokter."
Jungkook malah menyalahkan Wonwoo. Kakak yang setahun lebih tua darinya. Kebetulan kedua orangtua mereka berprofesi sebagai dokter. Tapi Wonwoo sebagai anak tertua malah memilih jadi psikolog. Jadilah ia yang dikorbankan.
"Kalau nggak jadi dokter lo mau jadi apa?" tanya Wonwoo.
Sejak dulu Jungkook itu suka berubah-ubah dan tidak punya cita-cita yang jelas.
"Jadi apa ya?"
Jungkook tampak menerawang kemudian tersenyum sendiri.
"Jadi yang berguna bagi nusa dan bangsa," lanjutnya.
Membuat Wonwoo hanya bisa mendesah berat. Pasrah punya saudara model begini.
"Harusnya kita bertukar tempat aja. Lo jadi dokter, gue yang jadi psikolog. Kayaknya enak bisa baca pikiran orang," gumam Jungkook.
Menurutnya psikolog itu keren. Kerjanya di rumah sakit tapi tidak perlu bersentuhan dengan pasien.
"Ngarang kamu," timpal Joy. Dikira psikolog itu peramal.
"Lo balik sana," usir Wonwoo.
Jungkook itu suka sekali berkeliaran seenaknya. Terlebih di poli psikologi rumah sakit ini. Ada saja alasannya. Dari yang ingin konsultasi, psikoterapi, tidak bisa tidur dan lain-lain yang menurut Wonwoo itu hanya bualan Jungkook saja.
"Gue laper Woo."
Bahkan Jungkook memanggil Wonwoo hanya sekedar nama tanpa embel-embel kak atau apa.
"Laper ke kantin."
"Butuh siraman rohani."
"Ke ustad minta ruqiah," sambung Joy.
"Dikira gue kesurupan. Nggak ada yang mau traktir gue gitu?"
"NGGAK."
Joy dan Wonwoo menjawab serempak.
"Ya udah gue pergi jangan ada yang kangen."
Dengan wajah yang dibuat memelas Jungkook beringsut pergi.
Baguslah ia akhirnya pergi. Karena ada hal penting yang ingin Joy katakan pada Wonwoo.
"Taehyung ngajak gue nikah," ucap Joy pelan.
"Serius?"
Wonwoo lekas menggeser kursi mendekat ke arah Joy.
"Gue nggak tau serius apa bukan. Tapi akhir-akhir ini dia sering ngomongin itu. Dan gue selalu menghindar."
"Lo nggak mau nyoba mengiyakan ajakan dia?"
"Nggak bisa Woo. Gue aja bingung, gue pengin iyain tapi kayak ada yang nolak dari dalam diri gue."
Wonwoo mengangguk paham.
"Mungkin lo harus rutin konseling, psikoterapi atau hipnoterapi kalau perlu," sarannya.
"Harus sejauh itu ya?"
"Nggak, kan gue udah bilang semua tergantung diri lo sendiri. Lo juga harusnya udah paham kan?"
Joy mengangguk. Tentu ia paham, sangat paham. Dan ia harap ini cuma ketakutan biasa semacam trauma. Bukan gamophobia seperti yang dikhawatirkan Wonwoo. Semoga semua akan kembali dengan sendirinya.
"Gue belum bilang ke Taehyung. Gue nggak tau gimana ngomongnya."
"Ngomong apa?"
Suara itu bukan dari Wonwoo melainkan dari Taehyung.
Baru datang, masih berdiri di ambang pintu. Dan Joy harap Taehyung tidak mendengar semua pembicaraan tadi. Mereka memang ada janji makan siang hari ini.
"Ngomong apa sih?"
Dan sekarang Jungkook. Ia justru kembali lagi mengekor di belakang Taehyung.
"Kok bisa ketemu dia, yang?" bingung Joy. Lumayan bisa untuk mengalihkan membicaraan.
"Tadi ketemu di depan."
Dan Jungkook justru tertawa puas.
"Gue mau ditraktir makan siang," pamernya.
"Kapan?" bingung Taehyung. Rasanya ia tidak pernah menjanjikan itu.
"Sejak sekarang gue memutuskan untuk ikut makan siang."
Taehyung hanya berdecak. Ini bocah memutuskan seenak jidatnya.
"Gue nggak ngajakin lo."
"Sama-sama di kantin ini kan? Kita berada di bawah atap yang sama. Menginjak bumi yang sama. Menghirup udara yang sama."
"Iya terserah lo aja."
Taehyung lebih memilih untuk tidak meladeni Jungkook. Ia tidak mau membuang-buang waktunya karena jam makan siang hanya sebentar.
"Woo, adik lo kandangin dulu bisa kan?" lanjutnya lagi.
"Sip."
Dan hanya dijawab itu oleh Wonwoo.
Sementara Joy hanya menggeleng pelan. Taehyung itu tidak sadar kalau melihat Jungkook sama saja melihat dirinya sendiri.
Aku kasih bocoran... Jadi konfliknya tuh nanti Taehyung awalnya cemburu sama Wonwoo.. Justru Jungkook nggak dia waspadai karena dianggap anak kecil tapi ternyata.......................... 😆😆😆
KAMU SEDANG MEMBACA
HEART | VJOY #4✔
FanfictionIf you don't believe me, then just look into my eyes 'cause the heart never lies A sequel to Don't Say Goodbye