44

2.6K 412 18
                                    

"Ini beneran diturunin di sini?"

Joy berdecak tak percaya. Motor Taehyung berhenti di luar pagar rumahnya.

"Nggak usah disuruh mampir, aku sibuk," seru Taehyung yang masih di atas motornya.

Rasanya seperti dejavu.

"Siapa juga yang nyuruh mampir," timpal Joy.

"Nyuruh dalem hati kan? Tapi aku bisa dengar."

Tak elak Joy tertawa. Ini seperti mengulang kembali apa-apa yang dulu pernah mereka lalui.

"Jangan dateng bokap gue galak."

"Terus lo pikir gue nggak berani?"

"Emang lo berani?"

"Ya, nggak lah."

Ucapan Taehyung saat pertama kali akan datang ke rumahnya. Miris menyadari kini ayahnya tidak tinggal bersamanya lagi.

"Mau ngapelin mama lo, ada kan?"

"Lagi sama papa."

"Ya udah ngapelin anaknya aja."

Dulu keluarganya masih utuh. Kedua orangnya masih lengkap juga kakaknya. Mereka tinggal di rumah berempat. Tapi sekarang hanya ada ia dan ibunya.

Tiba-tiba Joy merasa rindu ayahnya. Juga rindu kakaknya yang kini tinggal bersama suaminya. Meski akhir-akhir ini mereka sering ketemu saat ia akan menikah. Tetap saja ia rindu tinggal serumah bersama mereka.

Semua sudah berubah. Keadaannya sudah berbeda. Hanya satu yang tetap sama, Taehyung tetap di sisinya.

"Kenapa? Kayaknya capek banget?" heran Taehyung. Sepertinya Joy terlalu memikirkan banyak hal.

Dan Joy menggeleng menyangkalnya.

"Ngantuk," ucapnya.

"Kamu masuk, aku pulang."

"Ini beneran nggak mau mampir? Kalau mama nanyain gimana?"

Entah kenapa Joy seperti belum rela Taehyung pulang begitu saja.

"Bilang aja calon mantunya mau ke barat mencari kitab suci."

"Yang," sentak Joy.

Dikira ia akan menikah dengan kera sakti apa. Ngawurnya Taehyung yang seperti ini memang yang selalu ia rindukan.

"Aku pulang aja, di rumah lagi banyak orang kan?"

Taehyung melengok ke arah rumah Joy yang pintunya terbuka lebar. Iya, memang banyak saudaranya yang datang menginap. Tanggal pernikahannya yang tinggal beberapa hari membuat saudaranya banyak yang datang.

Dan rasanya agak kurang sopan kalau Taehyung ikut masuk. Pamali, kalau kata orang tua. Meski Taehyung tidak begitu percaya yang seperti itu. Tapi ia berusaha menghormati kepercayaan yang turun temurun itu.

"Besok nggak bisa jemput kayaknya."

"Kenapa?" lagi-lagi Joy mendesah kecewa.

"Kita udah nggak boleh ketemu."

"Kata siapa?"

Tentu saja Joy heran, tidak ada tradisi pingitan dalam susunan acara pernikahan mereka.

"Kata aku barusan."

"Kok gitu?"

"Seminggu lagi, kita baru boleh ketemu."

Satu minggu lagi adalah hari pernikahan mereka. Taehyung berharap hari itu akan secepatnya tiba. Meski untuk melaluinya terasa begitu sulit.

Masih ada beberapa hari untuk Joy bekerja sebelum mengambil cuti. Dan kesempatan itu Taehyung gunakan untuk melepaskan Joy. Melepaskan dalam artian membiarkan Joy bertindak sesukanya. Termasuk jika harus bertemu Jungkook.

Biarkan Joy memantapkan hatinya. Meski idenya ini terdengar gila.

"Udah sana masuk," suruhnya. Karena Joy tetap mematung.

"Kalau kangen gimana?" sungut Joy.

"Video call aja, kalau itu boleh yang."

"Ya udah."

Terdengar sekali nada kecewa di sana. Sebenarnya Taehyung juga tidak tega tapi harus ia lakukan. Agar perasaan Joy seutuhnya hanya untuk dirinya. Karena jujur ia masih meragu.

"Yang?" panggilnya.

Joy yang berniat masuk seketika berbalik dengan rautnya yang sendu.

Joy yang berniat masuk seketika berbalik dengan rautnya yang sendu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jangan tidur malem-malem."

"Iya."

Dan Joy mengulum senyumnya.

Kalimat Taehyung itu seperti terdengar.

"Jangan tidur malem-malem. Besok harus bangun pagi, nyuci piring."

Sama seperti dulu.

HEART | VJOY #4✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang