3 | Denganmu Jadi Lebih Indah

46 7 3
                                    

You don't fall in love until you get those butterflies in your tummy and goosebumps on your arms.

Unknown

🎬

Ladit dan kru tak kaget melihat Vanilla dan Lano datang bersama sambil asik mengobrol satu sama lain. Mereka pasti berpikir bahwa Vanilla lah yang mendekati Lano karena selama acara berlangsung cowok itu jarang berbicara dan lebih memilih menyendiri. Berbeda dengan Vanilla yang dari dulu merupakan gadis yang banyak tingkah, padahal umurnya sudah legal untuk menonton film dewasa.

Tapi kenyataannya sih emang gitu.

"Vanilla jangan agresif dong mentang-mentang doi cogan!"
"Mantap jiwa lah, Van!"
"Alig, alig, Lano jangan mau dideketin tukang ngaret,"
"Skandal yang bagus nih buat promo film."

Sahutan-sahutan terdengar menyoraki mereka berdua. Lano hanya terkekeh sesekali menggelengkan kepala, sedangkan pipi perempuan di samping Lano—Vanilla—mulai bersemu merah padahal dia sendirimerupakan seorang cewek yang jarang sekali mengalami yang namanya blushing atau semacamnya.

Tumben banget pipi murahan kayak gini, biasanya juga enggak! Makinya dalam hati.

Lano merangkul Vanilla, mendekatkan wajah ke arah telinga Vanilla dan berbisik, "Lo cantik kalau merah gitu pipinya," Vanilla terdiam beberapa detik dan begitu tersadar, dia mendorong Lano sehingga badannya terdorong pelan ke belakang.

Ladit akhirnya merusak acara menyoraki Vanilla dan Lano dengan menginterupsi, "Udah lah yuk foto, keburu malam!" seru Ladit kepada yang lain. "Pertama-tama pemain utama Kembar A dan Shania foto bareng dulu ya!"

Otomatis suasana langsung riuh kembali menyoraki dua pemain utama itu lagi. Ladit tiba-tiba memberikan seragam khas anak SMA kepada mereka berdua, menyuruh mereka memakai baju tersebut untuk foto visual pemain A & S.

Untung saja Vanilla hanya memakai pakaian simple jadi dia tidak repot berganti pakaian dengan seragam SMA tanpa atribut sehingga mencerminkan betapa bad-nya karakter Shania. Lano pun demikian, tetapi bedanya dia meminjam kamar kosong untuk mengganti pakaiannya.

Lano dan Vanilla selesai berbarengan. Entah ada arwah apa yang merasuki tubuh Lano, dia meminta sebuah kunciran rambut kepada salah satu pemain perempuan, kemudian berdiri di belakang Vanilla, mengumpulkan rambutnya dalam satu genggaman tangannya, dan mengikatnya dengan kunciran.

"Nah, kalau kayak gini kan kayak anak SMA banget!" komentarnya melihat penampilan Vanilla setelah dikuncir. Vanilla hanya tersenyum tipis, menunduk menyembunyikan semburat merah di pipinya, "Makasih, No."

Lagi-lagi suasana menjadi ramai karena mereka tak henti-hentinya bersorak dan berseru menggoda Vanilla dan Lano. Vanilla sendiri juga bingung. Tadi sebelum mereka berkenalan, Lano terlihat seorang laki-laki yang pendiam. Kok setelah diajak Vanilla mengobrol, cowok itu menjadi agresif terhadapnya?

Nggak boleh baper Van, nggak boleh! Vanilla memperingatkan dirinya sendiri.

Vanilla dan Lano mendekat; menghapus jarak diantara mereka; menggunakan atribut khas anak SMA. Lano mengenakan kacamatanya karena karakter Aldo nanti sebagai cowok culun yang menyukai perempuan pembuat onar, Shania yang diperankan oleh Vanilla. Jadi, wajah Vanilla yang terlihat bad girl itu yang nanti akan menunjang karakter Shania nanti.

Setelah foto, mereka berganti pakaian, dilanjutkan dengan foto masing-masing pemain lainnya. Saat Vanilla dan Lano telah selesai berganti pakaian mereka semula, Ladit menyuruh seluruh pemain berfoto bersama. Semua perempuan duduk bersilang dan pemain laki-laki duduk dengan lutut menyentuh lantai seraya saling merangkul satu sama lain.

A & STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang