21 | She Still Needs a Time

8 3 0
                                    

"Percaya itu memiliki bentuk setipis benang dan rentan layaknya kaca. Jika percaya sudah hancur, apakah kesempatan masih bisa diberikan?"

- You

🎬

"Jadi, kita jadian?" tanya Vano kepada Vanilla yang terlihat malu-malu dibuatnya. Vanilla hanya mengangguk pelan dengan sudut bibir sedikit terangkat. Kemudian spontan Vano memeluknya.

Devano tersenyum melihat Vanilla. Sepasang remaja yang memakai seragam putih biru yang baru saja jadian hatinya berbunga-bunga. Tanpa mereka sadari, ada sepasang mata yang melihat mereka dengan kecemburuan.

🎬

Seminggu sudah Vanilla menjalankan USBN dan selama itu lah Vanilla menghindari Lano dan Vano dengan tinggal di apartemennya. Setiap ada yang datang ke apartemennya, cewek itu akan selalu mengintip keluar lewat lubang kecil pada pintu. Dan Vanilla tidak akan membukakan pintu jika Lano atau Vano yang datang. Masa bodo mereka bingung dengan sikapnya. Lagipula mereka juga pura-pura polos dengan menyembunyikan semua. Entah apalagi drama yang akan dibuat dua cowok itu selanjutnya.

Vano tahu pasti Vanilla menginap di apartemennya secara beberapa kali Vanilla memergoki beberapa pengawal mantan pacarnya itu mengikuti dirinya.

Memangnya Vanilla siapa hingga harus diikuti dan dikawal?

Dan sekarang disinilah Vanilla, dia sekarang berada di lokasi syuting film barunya bersama Gilang. Dia sangat antusias saat dirinya tahu dia ditawari project baru bersama Gilang dan mereka sebagai pemeran utama. Skenario film lagi-lagi dari novel yang diadaptasi.

Mungkin novel diangkat menjadi sebuah film memang sedang tren terkini di Indonesia.

Bekerja. Satu-satunya cara supaya dirinya tetap waras dengan drama kehidupannya itu. Dia sampai meminta Al sang manager supaya mengatur jadwalnya sepadat mungkin setelah Ujian Nasional berakhir.

"Lo mau sinetron atau film?" tanya Al waktu kepada Vanilla.

Vanilla menjawab dengan tegas, "Film lah. Nggak mau gue diperbudak sama ranting."

Vanilla lebih senang menjadi aktris, lebih bisa mengatur banyak waktu. Kalaupun dia menerima jadwal di TV, itu hanya untuk talkshow atau FTV semata, bukan the series di stasiun TV lokal. Gara-gara film, juga dia bisa berkeliling Indonesia gratis saat pengambilan scene, nobar, atau fans meeting di berbagai kota.

Dan ingatkan kepada Vanilla bahwa dia akan ikut bedah buku bersama Lano dan Gilang setelah ini. Biarkan saja dia dan Gilang berangkat bersama. Satu-satunya cowok terdekat dengannya hanyalah Gilang. Bahkan bersama sang papa dia tidak akan sebebas ini bercerita dan mengobrol bersama.

Dan Vanilla tidak bisa membayangkan dia tidak bertemu Gilang waktu itu. Kalau dia membuat kisah dengan Gilang, dia mungkon akan memberi judul ceritanya; Insiden Terlambat yang Menguntungkan.

"Hmm ... Vani?" panggil Gilang membuyarkan lamunan cewek itu. Vanilla menoleh kemudian Gilang melanjutkan kalimatnya dengan suara pelan, "Jadi ke SMA 3 kan?" Vanilla mengangguk dan segera membereskan barang-barangnya dan ikut Gilang masuk ke dalam mobilnya.

Vanilla mulai terbiasa sendiri. Dia tidak lagi mengandalkan Al. Hanya satu kebiasaanya yang masih tidak bisa diubah, terlambat.

Selama seminggu ini, Gilang menyadari bahwa ada yang berbeda dengan Vanilla selama ini. Dia lebih banyak murung dan tidak banyak bicara, sering melamun, dan sering makan es krim, cokelat, atau apapun makanan manis yang biasanya menjadi pelampiasannya saat dia sedang marah.

A & STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang