6 | Tonight was Fun

19 5 3
                                    

"Man is not what he thinks he is, he is what he hides."

Andre Malraux

🎬

Hal yang sangat langka bagi seorang gadis bernama Vanilla Feraya Shani yaitu menyelesaikan ritual mandinya dengan jangka waktu 15 menit. Biasanya seperti kebanyakan cewek-cewek yang sangat peduli tentang kebersihan kulitnya, mereka akan menghabiskan waktunya untuk berendam di bathtub dengan berbagai wewangian bahkan mungkin dengan bunga kembang tujuh rupa. Ada juga yang luluran sambil chatting-an manja dengan pacar atau sekedar stalking cowok-cowok ganteng.

Boleh gayanya tomboy, tapi kesehatan kulit tetap nomor satu. Itu prinsip Vanilla.

Waktu semakin sore; langit jingga mulai menggantikan langit biru, tetapi Vanilla belum juga bersiap. Percuma saja dia kalau gitu mandi cepat kalau ujung-ujungnya lama memilih pakaian. Padahal biasanya untuk pakaian saja Vanilla memiliki sikap bo-do-a-mat tentang style-nya. Yang penting bajunya tetap layak dipakai dan sopan. Diluar negeri saja baju robek-robek atau sering disebut homeless itu saja masih mereka pakai, contohnya saja seperti salah satu model Victoria Secret: Kendall Jenner. Kalau disini kalian pakai baju begitu, palingan dikasih recehan sama orang-orang yang lewat. Kurang ajar kan?

OH FUCKIN' GOD! GUE PAKAI BAJU APA YA?!

"Yang ini atau yang ini?" Vanilla mengangkat dress berwarna merah maroon dan biru dongkernya tinggi-tinggi. Dia melempar asal dress itu ke ranjang, "Enggak lucu kalau ternyata dia ngajak gue ke tempat buat loncat-loncat kalau gue pakai dress," dia terus bermonolog.

"Inces kamu kok lama ..." Ucapan Natasya menggantung begitu melihat anak gadisnya masih mengenakan baju kimono dan handuk yang menggulung rambutnya membentuk sanggul. "Wey, sudah ditungguin cogan di bawah masih aja pakai handuk gini. Segala kamar berantakan lagi."

Vanilla melepas handuk yang melilit rambutnya kemudian mengacak-acak rambutnya asal dengan frustasi. "Aku tahu. Masalahnya aku bingung mau pakai apa, Mama Cantik." Perkataannya lembut dan penuh pujian.

"Emang si ganteng mau ngajak kamu kemana?" tanya Natasya pelan lalu menempatkan dirinya duduk di kasur anaknya yang berantakan dengan pakaian dimana-mana dengan lemari yang terbuka.

"Nggak tahu. Katanya rahasia."

"Cie belum taken aja sudah ngasih surprise, gimana nanti kalau sudah taken?" ledek Natasya sambil menunjuk-nunjuk Vanilla dengan senyum jahilnya. Mamanya terlalu gaul! Pikirnya

"Apaan sih, Ma. Daripada sibuk ngeledekin anaknya mending bantuin biar cepat."

Natasya langsung bangun dan memilih oversize sweater dan celana legging hitam yang sangat ketat yang robek pada bagian kedua lututnya. "Ribet amat sih kamu. Biasanya diajakin jalan sama Gilang sudah kayak orang susah yang beli baju pas lebaran doang. Nih pakai ini aja, biar nggak sakit. Nggak lucu lagi diajak hepi hepi eh situ pingsan." Perkataan Natasya to the point dan nyelekit! Khas sang mama.

Vanilla mengambil baju yang dipilihkan mamanya, "Kan Gilang sama Lano beda, Ma...,"

"Sama-sama cowok kan? Ya cukup tau lah kamu kan demennya sama Lano, bukan Gilang. Kasihan deh Gilang. Enggak jadi besanan deh Mama sama Maminya Gilang. Ya tapi sama Lano nggak apa lah. Sama-sama kece!" Natasya cengegesan.

"Mama keluar mendingan daripada aku harus denger omongan Mama yang semakin ngaco. Aku mau ganti baju dulu. Btw thanks, Mam!" Natasya keluar dari kamar Vanilla. Cewek itu mengunci kamarnya dan bergegas berganti pakaian; dandan sekedarnya; membereskan kamarnya yang terlihat seperti kapal pecah.

A & STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang