"If you don't fight for what you love, don't cry for what you lost."
- Gilang Argana
🎬
Ponselnya sudah menunjukkan jam empat pagi, tetapi dari kemarin ia belum memejamkan matanya sama sekali. Dia gelisah. Antara menyesal dan merasa bersalah karena pulang ke Jakarta diam-diam tanpa mengabari yang lain. Dia mengaktifkan mode pesawat pada ponselnya supaya tidak ada orang yang menghubunginya.
Dia sekarang sudah di Jakarta. Jam delapan tadi, dia langsung take off pulang ke Jakarta bersama Vano dan anak buahnya yang membantunya melarikan diri. Devano Bintang memang selalu baik kepada dirinya.
Dan sekarang, dia sedang menginap di rumah Vano yang berada di pinggir kota Jakarta, jauh dari hiruk pikuk ibu kota. Rumahnya cukup besar, tetapi suasana sepi hanya ada para pelayan dan anak buah Bintang. Dia jadi bertanya-tanya dimanakah gerangan keluarga Vano saat ini?
Empat tahun yang lalu saat berpacaran, cowok itu tidak pernah mengenalkan dirinya kepada keluarganya. Berbeda dengan Vanilla yang terbuka setelah sebulan berpacaran. Vanilla membawa Vano ke rumahnya untuk diperkenalkan kepada keluarga kecilnya yang saat itu masih menyatu.
Pintu kamar Vanilla diketuk. Ralat, kamar di rumah Vano yang sekarang sedang dia tempati. "Masuk," suruhnya kepada orang yang mengetuk.
Cowok itu-Vano dengan senyuman manisnya membuka pintu dan duduk di pinggir kasur, "Shani kenapa belum tidur? Nggak ngantuk?"
Vanilla menggeleng, "Aku masih takut, B. Takut keputusan yang kubuat saat ini salah."
"Sebelum check in, aku sudah menanyakan keputusannmu. Percuma saja, menyesalkan. Itu tak kan pernah mengembalikan waktu," balas Vano santai menatap Vanilla dengan kedua bola mata hazelnya. Rambutnya yang berantakan memberi kesan tampannya sekarang.
Vanilla hanya menghela napas, dia kemudian bertanya, "Rumahmu sepi, kemana yang lain?"
Vano tertawa. Tawanya dipaksakan. "Siapa? Orangtuaku? Kembaranku si cupu itu? Bahkan aku tidak tahu dimana mereka sekarang. Kalau orangtua angkatku sibuk di luar negeri dengan pekerjaannya. Baginya dengan uang, aku hidup bahagia. Syukur-syukur mereka masih mengizinkanku tinggal disini." Cerita Vano membuat Vanilla terdiam. Vano tiba-tiba memeluk Vanilla. "Aku sendiri, Van. Jangan tinggalkan aku lagi."
Vanilla membalas pelukan itu, "I promise you never alone, B! I promise!" kemudian Vanilla mengantuk dan terlelap dalam dekapan Bintang. Bintang pun juga ikut terlelap seraya merengkuh Vanilla dengan punggung menyender di kepala ranjang.
🎬
Lano, pemain, dan para kru film A & S tiba di Jakarta. Mereka sangat yakin kalau Vanilla pulang dengan bantuan seseorang mengingat Vanilla tak mengerti wilayah Bali ditambah lagi laporan dari seorang penggemar Vanilla bahwa dia melihat Vanilla bersama laki-laki dan tiga orang berpakaian berwarna hitam sedang duduk di ruang tunggu bandara.
KAMU SEDANG MEMBACA
A & S
Teen FictionMenjadi idola setiap orang tentu menjadi hal yang menyenangkan dan diinginkan bagi semua kalangan. Tapi, bagaimana jika dibalik bersinarnya dia ternyata memiliki sisi gelap sebelum menjadi seorang bintang? Layaknya bayangan yang hadir ketika sebuah...