5 | Pesona Lano dan Sikap Anehnya!

25 6 6
                                    

"Jika ini sebuah mimpi, maka jangan bangunkan aku secepat mungkin. Karena ini mimpi terindah yang pernah aku alami. Because you here, with me."

– Dellano Bintang Pradipta

🎬

Matahari bangun terlalu pagi sebelum dirinya yang masih tertidur di kasur empuknya. Rasa-rasanya dia baru tidur beberapa menit. Hari ini mungkin hari termalasnya untuk beranjak dari kasur yang berukuran king size. Dingin dari sisa-sisa hujan yang mengguyur langit semalam masih terasa menusuk tulang. Burung-burung mulai keluar dari sarang dan bernyanyi menyambut pagi hari. Angin berembus dingin dengan arah tak menentu. Membuat pepohonan bergoyang dan daun bebas bertebangan.

Dengan sisa tenaga yang ada dia beranjak dari kasurnya. Membawa handuk dan masuk ke dalam kamar mandi. Menanggalkan segala pakaian lalu mulai membersihkan diri. Tak lupa dia mencuci muka dan menggosok giginya putih bersih itu. Jika perempuan melihat dirinya sedang tersenyum memamerkan giginya yang rapat dan berseri, kelar hidup mereka.

Setelah mengerjakan salat Subuh, dia beranjak memakai jaket denim lalu mengambil kunci motor sport kesayangannya yang dia beli dengan uang tabungannya sendiri yang dia kumpulkan sejak kelas 10.

Diam-diam dia keluar dari rumah layaknya seorang maling dengan suara yang dihasilkan seminimal mungkin. Berharap sang kakak—Ratu—tidak mendengar suara sepatunya melangkah. Dia membuka pintu pagar dan mendorong motornya keluar dari perkarangan rumah dan kembali menutup pagar. Cowok yang bernama Lano itu menghidupkan mesin motornya dan melaju membelah jalanan ibu kota yang masih lengang akan aktivitas.

Satu jam kemudian sampailah Lano di sebuah villa. Cowok itu mengetuk pintu villa tersebut sebanyak dua kali. Beberapa detik kemudian muncul sang pemilik rumah. Seorang wanita paruh baya.

Lano menyalimi wanita itu. Wanita itu tersenyum tipis, "Cucu Eyang...."

"Bunda ada?" tanya Lano kepada Eyangnya.

"Seperti biasa dia di dalam bersama Rina." Rina adalah seorang perawat yang mengurus Bunda Lano.

Lano mengangguk melihat Eyangnya dengan tatapan sedu seakan mengatakan 'Jangan khawatir, semua akan baik-baik saja'.

Dia masuk ke dalam sebuah kamar dimana Bundanya biasanya beristirahat. Rina sedang mengelapi badan wanita itu. Begitu melihat Lano, sang perawat tersenyum dan beranjak dari kursi meninggalkan ruangan itu. Membiarkan seorang anak melepaskan kerinduan kepada sang bunda.

"I miss the old you, Bun...."

🎬

Lano: Selamat siang, Vanilla. :)

Vanilla mengernyit tak kala melihat sebuah pesan dari Lano. Tanpa dia sadari, sebuah kalimat itu dapat membuatnya yang tadinya sedang tidak mood karena kelelahan dan pusing menjalani aktivitasnya sebagai artis langsung ceria.

Vanilla: Siang jg Lano

Vanilla kira Lano akan cepat membalasnya. Ternyata tidak. Selama lima menit dia bolak balik melihat ponselnya. Apakah ada balasan pesan dari cowok yang baru dia kenal selama dua hari itu? Jawabannya tidak. Tiba-tiba dia merasakan pipinya mendingin karena seseorang menaruh sekotak susu kemasan rasa cokelat di pipi kirinya. Vanilla mengadahkan kepala dan menoleh menatap orang yang duduk di sampingnya.

"Paan?"

"Nih pesanan lo. Ditambah Panadol buat ngilangin sakit kepala lo. Dasar artis. Udah tau nggak bisa kecapekan tapi masih aja kerja." Cewek itu menyerahkan satu kantong plastik yang isinya sebuah roti, sebotol air mineral, sekotak susu, dan satu tablet Panadol.

A & STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang