19 | Memories Lane

10 3 0
                                    

"Van! Van! Liat deh," Suara Fay menggelegar di dinding ruangan lalu dia memperlihatkan sebuah artikel tentang Vanilla di salah satu web berita online. Di web tersebut menyebutkan bahwa Vanilla mencari sensasi dengan dekat dengan beberapa cowok.

"Terus?" komentar Vanilla sambil mengedikkan bahunya acuh tak acuh setelah membaca artikel itu secara keseluruhan.

"Lo nggak mau laporin web itu apa? Secara nggak langsung kan dia menjelek-jelekan nama lo."

Vanilla tertawa seraya membereskan buku di meja bersiap untuk pulang karena kelas XII IPS I free class di dua jam terakhir sebelum bel pulang sekolah berbunyi karena guru yang mengajarnya sakit. "Biarin aja kali. Kasihan dia udah capek-capek ngetik eh malah dilaporin ke polisi. Ora urus, aku!" kata Vanilla seolah tak peduli dengan pemberitaan dirinya.

Fay merangkul sahabatnya itu, "That's my girl! Salut deh!"

Saat bel berbunyi, Vanilla langsung bergegas pulang. Mobilnya sudah baik seperti sedia kala. Dia menyalakan mesin mobil. Berulang kali dia menengok melalui spion. Beberapa detik kemudian, klakson motor seseorang terdengar dan cewek itu tersenyum melihat siapa pemilik motor itu. Dia melajukan mobil keluar dari gerbang sekolah dengan motor yang mengikuti cewek itu dari belakang.

🎬

Gilang dan Vanilla baru menyelesaikan pemotretan untuk sebuah majalah yang diadakan di sebuah studio. Foto mereka akan dijadikan sampul dan di dalam majalah tersebut ada berita hasil interview mereka dengan perusahaan majalah tersebut.

Malam harinya dia, Vanilla, dan kedua manajer mereka—Al dan Ratu—pergi ke rooftop Plaza Indonesia untuk foto barang-barang endorse mereka yang cukup lama terbengkalai.

Vanilla jadi ingat awal perkenalan mereka dan awal karirnya bersama Gilang.

🎬

Agustus, 2014.

Sebulan berada disini memang cukup menyenangkan. SMA Yudhistira  yang kata orang memiliki banyak alumni yang sekarang terjun di dunia hiburan sebagai artis maupun model.

Sebulan ini juga, Vanilla sedang dekat dengan seorang cowok yang bernama Gilang karena insiden terlambatnya dia pergi ke sekolah pada hari pertama Masa Orientasi Sekolah. Kemudian mereka dihukum disuruh membuat sebuah puisi yang dibacakan kepada seluruh peserta MOS. Disaat Vanilla membuat puisi tentang mantannya yang meninggalkan dia, Gilang memilih membuat puisi tentang Vanilla.

Takdir menuntut diriku.
Menuntut aku bertemu denganmu.
Insiden terlambat waktu itu, memperlihat kepadaku
Wajah cantik nan indahmu.

Mata yang mampu menyihir setiap orang yang memandangmu.
Lekuk tubuhmu membuat iri setiap kaum hawa yang menatapmu.
Setelah aku bertemu dirimu, aku selalu bertanya-tanya...

Kamu kah bidadari yang sengaja Tuhan turunkan padaku?

Puisi itu memang tidak sebagus puisi lainnya, tetapi cara Gilang membawakan puisi tersebut dapat menghipnotis seluruh kaum hawa yang mendengarnya, kecuali Vanilla.

Awalnya, ia kesal dengan cowok itu yang menjadikan dirinya sebagai objek puisi. Gilang menjawab, "Gue bukan penyuka sastra. Jadi, gue cuman bisa buat kalimat seperti itu sesuai dengan apa yang di depan gue dan hanya lo yang sedang berdiri di depan gue."

Vanilla tersenyum mendengar perkataan Gilang waktu itu. Dan semenjak itu Vanilla memiliki sahabat pertama di SMA-nya. Saking dekatnya mereka, banyak yang mengira Gilang dan Vanilla berpacaran.

A & STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang