23 | My Saddest Thing in The World is ...

10 3 0
                                    

"Sesusah itu ya buat kamu jujur sama aku?"

Vanilla

"Tanya apapun yang selama ini buat kamu bingung, Shani-ku...,"

Dia

🎬

Vanilla merasa shock akan pengakuan Vano—Bintang-nya kemarin. Jadi selama lima enam tahun belakangan dia merasa bodoh. Dia dibohongi. Bagaimana bisa dia tidak menyadari hal itu?

🎬

"Shani, sebenarnya aku itu bukan Bintang."

Sebuah kalimat pertama yang keluar dari Vano membingungkan Vanilla. Kemudian dia bertanya, "Maksud Bintang apa?" Vanilla meneguk minuman isotonik yang tadi diberikan oleh Vano.

"Orang yang kamu temui saat hujan di halte itu kembaran aku. Dia adalah Bintang, not me. Aku ini Devano." Penjelasan Vano kepada Vanilla menarik perhatian cewek itu dari asik menggulirkan layar ponsel beralih menatap mata cowok itu dengan rasa heran.

"Bercandamu nggak lucu, B. Bulan April sudah lewat," kilah Vanilla berusaha mempercayai apa yang dikatakan cowok dihadapannya itu sebuah lelucon.

"Sorry, tapi yang aku bilang saat ini jujur. Sekali lagi aku minta maaf, Shan. I really really so sorry. But my love is real. Je t'aime cher."

Tangan Vano bergerak menggenggam tangan Vanilla tetapi dia menahan tangan tersebut menggenggamnya seakan membiarkan dirinya hancur sendiri dalam segala pikiran negatifnya. Dada Vanilla sesak, matanya mulai berkaca-kaca melihat mata Vano. Berusaha mencari kebohongan pada matanya dan sialnya Vanilla tidak menemukan hal itu. "Jadi yang aku temui di halte itu siapa?"

Vano menjawab lirih, "Itu kembaran aku. Itu Lano."

Vanilla sontak terkejut. "Lano?"

"Dellano Bintang Pradipta, kembaran aku. Lawan main kamu di film A & S. Dia Bintang yang sebenarnya kamu temui enam tahun yang lalu."

🎬

Lano tahu bahwa mulai sekarang dia tidak akan bisa di pandang sama lagi. Selama dua minggu mereka melakukan bedah buku di Jabotabek, Surabaya, dan Jogja dan sampai saat ini Vanilla belum mengungkit hal itu. Cewek itu tetap menyunggingkan senyum manis kepada Lano tetapi Vanilla membentang jarak antar mereka. Vanilla tidak pernah mau lagi melakukan kontak fisik kepada Lano. Dia menciptakan jarak padanya.

Yang dia tahu dari Al, Vanilla menyibukkan dirinya dengan menerima semua tawaran FTV dan model. Dan film yang sudah runtut menunggu reading script dan syuting. Selesai syuting film satu, beralih ke film yang lain. Bahkan pernah Lano melihat Vanilla dengan kantung mata yang sangat hitam sebelum dia menggunakan concealer untuk menutupi kantung mata tersebut.

Sedangkan Vano setelah pulang dari Bandung belum menemui dirinya. Hanya mengatakan bahwa dia sudah mengatakan yang sejujurnya pada Vanilla. Nomor ponsel pun tidak aktif. Menghilangnya Vano menjadi tanda tanya besar bagi Lano sendiri. Dia yakin pasti ada yang direncanakan oleh adik kembarannya itu.

"No, giliran lo." Lano berada di sebuah gedung Youth Pictures untuk melakukan dubbing film A & S. Ada tiga orang yang hari ini melakukan dubbing; Lano, Vanilla, dan Gege.

Sejam kemudian setelah Lano dubbing giliran Vanilla. Gege pun sudah tidak nampak batang hidungnya karena ingin fitting jas buat gala premier film A & S ke butik langganannya. Sembari menunggu Vanilla selesai, Lano tiduran di sofa panjang dengan ponsel yang dimainkan di atas wajahnya.

A & STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang