22 | Guilty Pleasure

13 3 0
                                    

"Untuk mencintaiku kamu cuma harus menjelma menjadi diri sendiri. Lantas kenapa kamu  sekarang mencintaiku dengan menjelma sebagai orang lain?"

— Dari Aku untuk Sang Pembohong Cinta😶

🎬

Mungkin benar kata orang, satu-satunya cara menyelesaikan satu masalah adalah memberitahukan rahasia-rahasia yang sudah lama ditutupi. Dan tujuan Lano bersama Vano ke rumah Vanilla untuk memberitahukan hal tersebut.

Bukan berarti mereka baikan.

Bukan kepada Vanilla, tetapi Natasya—Mama Vanilla.

Satpam rumah Vanilla yang sudah mengenal Lano pun langsung menyuruh dia dan Vano masuk ke dalam. Dia mengetuk pintu dan langsung disambut oleh Natasya, "Hai Lano! Pagi-pagi Tante sudah mendaoat kunjungan dari cowok-cowok ganteng."

"Hai, Tante," Lano mencium punggung tangan Natasya, "Kenalin ini Vano." Vano yang merasa canggung pun ikut mencium punggung tangan Natasya.

"Oh iya, ngomong-ngomong kalau kalian cari Vanilla, dia dan Al lagi ke Jogja tiga hari. Ada syuting sekalian liburan setelah UN si Vanilla," ucap Natasya menjelaskan.

Lano terdiam. Beberapa detik kemudian dia berucap, "Aku tahu kok, Tante. Aku kesini mau ketemu Tante."

"Oalah...," Natasya mempersilahkan mereka masuk, "Kalian mau minum apa?" tanya wanita itu.

"Apa aja, Tante, asalkan nggak dikasih racun aja," canda Lano. Vano melirik saudaranya itu sinis mendengar candaannya yang terkesan garing. Dia iri juga karena Lano jauh lebih mengenal Natasya dibanding dirinya.

Natasya terkekeh lalu dia menuju dapur. Beberapa menit kemudian, dia kembali membawa nampan berisi dua gelas minuman es jeruk dan ikut duduk di sofa single bersama dua cowok ganteng itu.

"Tante, sebenarnya saya mau menceritakan sesuatu," Lano membuka percakapan.

"Cerita apa?"

"Tante sebenarnya...," dia berdeham dan menghembuskan napas perlahan, "Aku dan Vano adalah saudara kembar."

🎬

Dia benar-benar rindu Jogja. Terakhir dia ke kota ini saat perpisahan kelas sembilan bersama dengan seluruh angkatannya. Waktu itu dia itu bukan apa-apa. Dia hanya perempuan yang langganan ruang BK dengan bolos bahkan diumurnya yang masih lima belas tahun, dia pernah mencoba-coba yang namanya rokok maupun vape.

Pernah ketahuan ngerokok di sekolah? Pernah.

Pernah ketahuan cabut tambahan materi? Pernah.

Pernah nojos adek kelas? Pernah.

Hidupnya mulai tak teratur disaat sang kekasih menghilang. Semua orang menganggap kekasihnya meninggal, tetapi dia selalu berharap bahwa cowok yang disayanginya dalam keadaan baik-baik saja dimanapun dia berada.

Sejak itu pula harapan hidupnya hilang. Satu-satunya laki-laki yang setia kepadanya. Mungkin terdengar picisan bagi anak SMP, tapi itu lah yang dirasakan Vanilla empat tahun yang lalu.

Tiba-tiba ada mencolek pundaknya, Vanilla menoleh dan dia terkejut dengan siapa yang dia lihat, "MAMI!!" serunya seraya memeluk wanita tersebut.

"Vanilla anak Mami!" balas wanita tersebut tidak kalah riang.

Mereka melepas pelukan lalu mengambil tempat di sofa panjang untuk duduk bersama. "Mami kapan balik dari Aussie?"

"Seminggu yang lalu, terus pas tahu Gilang ada project di Jogja bareng kamu, Mami minta ikut."

A & STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang