Bau obat-obatan khas rumah sakit menusuk hidung Vanilla. Dia bersama Gilang pergi sebuah Rumah Sakit. Mereka mencari nomor kamar inap seseorang yang Vanilla ingin temui yang telah mereka tanya ke perawat jaga.
Di depan kamar tersebut, terlihat dua orang berpakaian polisi sedang berbicara dengan seorang dokter. Lalu Vanilla menyapa mereka bertiga, "Misi, Pak Polisi dan dokter. Gimana keadaan pasien?"
"Pasien semalam sudah sadar dari koma setelah dua hari menjalani operasi. Kalau begitu saya permisi," pamit sang dokter setelah memberitahu kabar pasiennya.
"Pak, saya boleh menjenguk dia kan?" tanya Vanilla kepada polisi tersebut. Gilang sendiri hanya bingung dan berusaha mengikuti apa yang saat ini dilakukan Vanilla.
"Boleh. Tapi jangan lama-lama," kata salah satu polisi yang mengizinkan Vanilla dan Gilang membesuk pasien. "Jangan lupa besok kamu datang ke kantor sebagai saksi. Bisa?"
"Hah? Bapak nggak bisa lihat dia masih dalam keadaan shock begitu. Terus dimintai keterangan segala. Tidak bisa nanti?" sela Gilang dengan ekspresi kesal.
"Gilang...." Vanilla memperingatkan.
"Iya saya tahu. Tetapi semakin cepat kami dapat keterangan dari saksi sebagai orang yang terakhir ditelpon korban, semakin cepat proses hukumnya."
"Tapi kan bisa, Pak-"
"Gapapa, Pak. Saya besok bisa datang ke kantor. Omong-omong maafin teman saya ya, Pak," sela Vanilla cepat lalu menarik Gilang masuk ke dalam ruangan, sedangkan Gilang sendiri memasang wajah cemberut..
Begitu masuk Vanilla melihat seorang cowok sedang tertidur dengan tenang. Lalu dia tiba-tiba membuka matanya, "Hai."
"Hai juga," balas Vanilla menyapa. "Gimana keadaan kamu?"
"Better than yesterday," ujar cowok tersebut. Begitu dia melihat Gilang, Gilang hanya melambaikan tangan pelan, sedikit tersenyum.
"Maaf." Satu kata yang keluar darinya setelah suasana sunyi senyap yang tercipta.
"Gue keluar sebentar ya." Gilang tahu bahwa Vanilla butuh waktu berdua dengan orang itu sehingga dia keluar dari ruang perawatan itu.
Kini Vanilla berdua dengan orang itu. Vanilla duduk di kursi dengan tangan saling menggenggam satu sama lain. "Shani, maafin aku ya. Aku benar-benar bego ya?"
"Hey, kok kamu ngomong gitu?" tanya Vanilla pelan. Dia duduk di kursi yang tersedia di samping ranjang pasien.
"Shani, kamu kenapa baik banget sih. Kok kamu masih jenguk aku padahal aku udah ngancurin hidup Shani kesekian kalinya."
Vanilla dengan santai menjawab sambil terkekeh, "Nggak ada kamu hidup aku datar tau," Vanilla masih mengeluarkan kekehan pelan.
"Aku beruntung sempat kenal perempuan sebaik dan secantik kamu."
"I know that," ucap Vanilla bangga dengan nada candaan.
Lalu cowok itu meminta tolong kepada Vanilla untuk mengambil ponselnya di laci. Dia membuka casing ponselnya dan mengambil secarik kertas yang terlipat dan memberikannya kepada Vanilla. "Setelah ini aku nggak tahu kapan aku ketemu kamu tapi aku punya surat untuk kamu dari seseorang."
Vanilla mengambil surat itu dan melakukan hal yang sama dengan menyimpan surat yang terlipat itu di casing ponselnya. Lalu dia beranjak dari kursi, "Aku pamit ya. Kamu jaga diri baik-baik."
"Makasih, Shani, kamu juga jaga diri. Jangan sampai ketemu orang kayak aku lagi. Titip doa aku buat kembaran aku ya, Shan, kalau kamu berkunjung kesana. Titip Ratu dan Bunda. Tolong bujuk Bunda supaya mau ke psikiater. Sekali lagi makasih ya, Shan."
"Sekali lagi kamu bilang terima kasih aku nggak mau ketemu kamu lagi. Lagian pasti kita ketemu lagi kok. Oke? Tapi aku pamit dulu ya!!" tutur Vanilla.
"Iya deh. Btw selamat untuk Gala Premier film A&S, nanti kalau bajakannya sudah keluar kontak-kontak aku ya," ledek cowok itu lagi, dia terkekeh.
"Enak aja bajakan. Nonton yang original dong," seru Vanilla. "Ya udah ah aku nggak jadi balik-balik nih. See you!"
"See you again."
🎬
Datang kesini mungkin akan menjadi kegiatan rutinnya yang paling baru bagi Vanilla. Sorenya, dia bersama Gilang pergi ke salah satu TPU yang ada di Jakarta Pusat dengan membawa sebuket mawar hitam dan merah serta tidak lupa membawa bunga tabur, air, dan buku yasin.
Kali ini gundukan tanah itu terasa nyata, namanya kali ini benar-benar tertulis di atas papan nisan.
"Assalamualaikum. Maaf ya baru kuat kesini. Kemarin aku nggak kuat soalnya. Takut pingsan ngelihat kamu tidur di dalam sana. Disana kedinginan nggak? Sepi dan gelap ya disana? Kamu bukannya penakut ya kok malah di sana sendirian sih? Katanya mau datang bareng pas Gala Premier dengan jas senada dengan gaun aku? Katanya kamu senang lihat aku jadi feminim kok malah pergi sendirian ke sana sih?
"Dulu kamu yang berjuang dan nungguin aku buat melihat ke arah kamu. Jadi aku minta kamu tunggu aku sekali lagi di sana ya biar aku yang kali ini berjuang buat bertemu kamu. Mungkin aku telat jawab pertanyaan kamu waktu itu. 'Do you love me?' You asked. And now i want to say, 'I really love you so much'. Itu jawaban aku."
Tanpa sadar Vanilla berkata sambil meneteskan air mata. Di belakangnya Gilang yang berdiri memegang kedua pundak Vanilla dengan tangannya berusaha menguatkan sahabatnya itu. Gilang membantu Vanilla berdiri dan mereka berdua menaburkan bunga di atas gundukan tanah itu.
"Sampai berjumpa di dimensi lain ya, Bro," kata Gilang sebelum meninggalkan sebuah makam yang mengukir nama Dellano Bintang Pradipta di atas papan nisan tersebut.
🎬
Hi, Vanilla Feraya Shanikuu:p
Alay banget gak sih gue buat surat ginian? Daripada gak sempat ngomong karena surat ini gue bikin sehari sebelum diajak balapan sama Vano. Hehehe kalau nanti Lano menang kasih hadiah ya? Btw pake aku kamu aja ah biar ala-ala.
Waktu Vano nyuruh aku buat sesuatu sehari sebelum duel kalau terjadi sewaktu-waktu hal yang gak diinginkan, aku langsung kepikiran buat surat untuk Vanilla Feraya, seorang cewek yang lancang gantungin aku berbulan-bulan:( dan parahnya sikap kamu seakan nunjukin kalau kita gak pernah terjadi apa-apa.
Aku tau kamu dari awal karir kamu. Mungkin kalau kamu gak jadi artis, dan aku gak jadi model kita gak akan pernah bertemu. Ternyata takdir selucu itu ya? Pas aku tau yang jadi lawan main aku di film perdanaku itu Vanilla aku langsung semangat sama film A&S. Maaf kalau selama syuting aku suka iseng, jail, dan ngeselin karena hanya itu cara kamu bisa lihat aku sebagai teman selain sebagai lawan main film kamu.
Aku cemburu kalau kamu deket-deket cowok lain, apalagi kalau deket sama si tolol Gilang dan si brengsek kembaran aku itu. Maaf aku seorang cowok posesif. Semoga kamu tahan ya sama Dellano ini kalau kita pacaran. KALAU ya KALAU...
Aku mau minta maaf kalau nanti aku gak bisa kalau tameng kamu lagi. Maaf kalau ternyata aku ga bisa ke Gala Premier bareng sama kamu. Maaf udah menjadi beban di hidup kamu.
Btw nanti kalau aku menang kamu harus kasih aku hadiah!
Hmm... aku mau dicium kamu sang perempuan jelmaan bidadari, boleh? :p
Udah ah aku capek nulis, mau bobo bentar!! See you Vanilla Feraya Shani, seorang aktris yang barangkali saat diciptakan, malaikat dengan sengaja ikut meniupkan roh bidadari di rahim Ibumu.
Tertanda,
Yang selalu cinta dan rindu Vanilla.
Dellano B. Pradipta :d
"Dan nyatanya kamu tidur untuk selamanya, Lano...," gumam Vanilla yang berada di ayunan di rumahnya sambil menahan isak tangisnya yang semakin menjadi-jadi.
END
See you on new story guys!!!
— NAT
KAMU SEDANG MEMBACA
A & S
Teen FictionMenjadi idola setiap orang tentu menjadi hal yang menyenangkan dan diinginkan bagi semua kalangan. Tapi, bagaimana jika dibalik bersinarnya dia ternyata memiliki sisi gelap sebelum menjadi seorang bintang? Layaknya bayangan yang hadir ketika sebuah...