"Kita hanya perlu kembali, sebab hidup tak selalu berarti pergi."
🎬
"Gue harus apa, Van? Andra menghindar dari gue terus. Emang salah gue apa coba? Coba dah pikir."
Gilang sedang sibuk curhat dengan Vanilla tapi yang dicurhatin malah mikirin yang lain. Gilang yang akhirnya sadar dari tadi dia ditidak-acuhkan tentu saja langsung mencak-mencak membuyarkan lamunan Vanilla.
"Eh, Tulang! Gue cerita kok lo malah ngelamunin sih? Percuma sekali daku bercerita kepada Adinda yang memiliki tubuh tulang ini. Untung tidak bermuka anjing," seru Gilang asal.
Vanilla yang mendengarnya langsung mendorong badan cowok itu sehingga badannya terdorong ke belakang menabrak dinding salah satu ruang istirahat para cast film A & S dalam acara A&S goes to school.
Tulang merupakan panggilan Gilang ke Vanilla kalau dia lagi kesal sama cewek itu. Menurut Gilang, badannya Vanilla tidak wajar kayak gizi buruk padahal kalau makan nasi padang bisa dua sampai tiga piring.
Saat ini Vanilla, Gilang, Diandra, Karissa, dan Gege sedang berada di salah satu SMA yang beruntung sekolahnya didatangi oleh mereka. Sambutannya tadi siang cukup meriah dan ramai oleh tim marching band, tari saman, dan seruan dan teriakan dari berbagai murid yang menyambutnya.
Vanilla ingat waktu SMP dia pernah melihat beberapa artis di TV yang sedang promosi film ke sekolah-sekolah disambut meriah dan pernah membayangkan dirinya yang disambut demikian. And now she is standing here. Ditonton ratusan murid, guru, dan warga sekolah lainnya dengan sorakan meriah seperti impiannya waktu kecil. Dreams come true.
Agak susah memang bercerita tentang proses syuting tanpa membocorkan peran di film itu. Desas desus dan tebakan dari beberapa siswa ada yang benar dan sebagian besarnya salah dengan menebak bahwa yang memerankan si kembar A itu Gilang. Lano tidak ikut A&S goes to school dan akan ikut saat nobar. Padahal Dellano itu pemain utama dalam film ini.
Dan itu alasan Vanilla uring-uringan kayak sekarang. Karena sejak hari dimana mereka terakhir bertemu saat Lano mengantarkannya pulang, Lano tak lagi menghubunginya sesuai janjinya. Cowok itu mengingkari janjinya. Tapi Vanilla tetap seorang perempuan dibalik sikapnya yang tomboy. Dia masih mempunyai gengsi selangit.
Mau ngechat duluan gengsi, bilang kangen gengsi, apa-apa gengsi. Eh, ujung-ujungnya nyesek sendiri. Dasar perempuan!
"Kalau emang kangen mah dichat atuh orangnya, jangan kebanyakan gengsi. Kalau sudah nyesek sendiri nanti nangis-nangis. Ujung-ujungnya yang kena siapa? Gua." Gilang yang berceletuk langsung mendapat tonjokan pelan di pipinya.
"Siapa juga yang kangen Lano."
Gilang tersenyum miring sambil mengangkat kedua tangannya, "Gua nggak sebut merek ya, Van. Up deh up."
"Nyebelin banget sih lo," kesal Vanilla.
"Emang. Baru tau lo?!" tantang Gilang.
"Damn you!" jari tengah Vanilla teracung kepada Gilang.
"Eh Van, bokapnya Lano sudah meninggal ya?" tanya Gilang serius yang menarik kembali perhatian Vanilla.
Vanilla menatap Gilang yang kali ini dari raut wajahnya tidak terlihat bercanda. "Oh ya? Gue malahan enggak tahu."
Gilang mengangguk, "Iya soalnya pas gue lagi syut FTV gitu di pemakaman, gue papasan sama Lano dan kakaknya. Pas gue tanya ngelayat siapa dia jawab ngelayat bokapnya."
Vanilla pikir dia sudah mengenal Lano lebih dalam. Fakta baru apa lagi yang kembali Vanilla temukan tentang Lano dan kehidupan misteriusnya itu. Bokap dan adik yang sudah meninggal serta bunda Lano yang memiliki gangguan jiwa.
KAMU SEDANG MEMBACA
A & S
Teen FictionMenjadi idola setiap orang tentu menjadi hal yang menyenangkan dan diinginkan bagi semua kalangan. Tapi, bagaimana jika dibalik bersinarnya dia ternyata memiliki sisi gelap sebelum menjadi seorang bintang? Layaknya bayangan yang hadir ketika sebuah...