Entah mengapa tiba-tiba melintas rangkaian kata itu di benak kepala. Beberapa menit di sela mengajar, aku duduk melepas lelah. Satu jam berlalu sejak aku menerangkan materi tentang 'Story of Technical Writing'. Para siswa terlihat antusias dan aktif menjawab setiap pertanyaan yang sesekali kuselipkan.
Aku tersenyum puas. Ada rasa yang tak mampu kuungkapkan setiap kali melihat para siswa gembira dan bersemangat dalam pembelajaran di kelas. Inilah kebahagiaan yang aku rasakan sebagai seorang pengajar. Kebahagiaan yang sederhana, kebahagiaan yang muncul manakala melihat kemajuan yang terlihat dalam diri setiap siswa.
Cinta yang tulus. Lagi-lagi kalimat itu bersandar di relung hatiku. Ah pagi yang diliputi semangat mengharu biru. Pagi yang membuncahkan cinta tak bertepi dalam hatiku.
Embun di pucuk daun, sesungguhnya bulir bening yang senantiasa membasahi hatiku hingga cinta tulus bersemayam di relung kalbu. Cinta tak bersyarat yang keberadaannya senantiasa hidup meski waktu jauh melesat dari perjumpaan sesaat itu.
Cinta yang tulus. Semacam cinta seorang ibu pada anak-anaknya? Semacam cinta kasihku pada anak-anakku? Ada hasrat untuk memberi tanpa meminta, ada kecendurungan meniupkan doa kebaikan tanpa mengharap apa pun balasan...
Cinta yang selalu hidup meski dalam jauh atau dekat... cinta yang tetap terpahat meski sosoknya terlihat atau tak terlihat...
***
Bel berbunyi. Saatnya berpindah ke lain kelas. Aku tersenyum. Kuucap salam pada para siswa.
"Thank you, Ma'am...."
Aku melambaikan tangan, berjalan dengan hati penuh rasa riang.
Alhamdulillah... selalu ada cinta tulus di setiap langkah...***
YOU ARE READING
Kumpulan Cerpen
RomanceAku pulang. Kutinggalkan rumah duka Aninda. Kucintai seorang janda dari mendiang sahabat karib, tapi cintaku tertahan di langit-langit. Ia lebih mencintai dokter yang merawatnya, meski cinta itu pun tertahan di atas pusara... Aninda menyerah setelah...