"Apa ini?"
Aku terbelalak menerima bungkusan berlapis kertas kado dari yayang.
"Bukalah. Kamu pasti suka."
Tanpa menunggu lama kubuka bungkusan tersebut. Tampak olehku bungkusan lapisan dalam berlapis plastik tebal.
"Pelan-pelan bukanya," katanya.
Aku tersenyum.
"Wouw... sukaaaa sekali...." pekikku.
"Alhamdulllah kalo kamu suka. Taruhlah di meja kerjamu, agar di hari-hari sibukmu kamu tak pernah melupakanku."
***
Kembang mawar cantik itu telah terpajang di meja kerjaku. Setiap usai mengajar aku akan berlama-lama menatap kembang dari yayang. Ada rasa suka yang tak mampu kulukiskan. Ah yayang selalu tahu apa selera terdalamku.
"Besok aku ke Jepang. Kubawakan sakura dari sana. Kau pasti suka."
Aku tersenyum gembira. Yayang akan berada di negeri sakura enam bulan lamanya. Perpisahan yang cukup panjang...
***
Yayang telah meninggalkan tanah air. Satu bulan, dua bulan, tiga bulan. Rindu itu terasa menikam.
Empat bulan, lima.bulan,.enam bulan... tak terasa tiba jadwal pulang yayang.
Meski dua bulan terakhir yayang tak pernah memberi kabar, rindu dan kasih itu tak pernah memudar. Melalui kakak kandungnya aku tahu bahwa esok sore ia akan tiba di bandara Soetta.
Kukenakan gaun terbaikku. Kupoles wajah sederhanaku. Aku berputar di depan cermin. Penampilanku bak puteri kini. Yayang pasti bahagia sekali.
***
Aku melihat Yayang berjalan mendekat. Tanpa senyum dan rona gembira yang terlihat.
Aku tertegun. Perempuan molek berjalan di sisinya dengan anggun.
"Sayang, ini istriku. Ia gadis Jepang yang sangat baik. Aku menikahinya dua bulan lalu. Ia seorang penulis sepertimu."
Aku terperangah.
"Aku akan menikahimu, Sayang. Sungguh aku ingin melihat kalian bersanding di sisiku. Mimpiku, kalian bisa saling belajar untuk mempertajam kemampuan menulis kalian."
Tenggorokanku tercekat. Mataku berkunang-kunang. Yayang membunuh hatiku dengan pedang bermata tajam.
"Konnichiwa..."
Wanita cantik di sebelah yayang mengulurkan tangan.
"Hajimemashite. Wakashi wa Mariko Kobayashi to moushimasu. Douzo yoroshiku onegaishimasu."
Aku hanya tertegun. Jangankan membalas ucapannya, mengerti maksud omongannya pun tidak.
"Katakan, Sayang. Katakan "Kochira koso yoroshiku onegaishimasu," Yayang memintaku membalas ucapan wanita tersebut.
"Ia memperkenalkan diri, Sayang. Mariko senang berkenalan dengan kamu."
Aku hanya bergeming. Kutepis tangan yayang. Kutinggalkan sang perempuan Jepang.
***
Kembang dari yayang masih terpajang di meja kerja. Meski hatiku perih, aku tak sampai hati mencampakannya. Kembamg itu tak bersalah. Bahkan yayang pun mungkin tak bersalah. Bukankah kehendak Tuhan tak pernah salah?
Aku mungkin yang bersalah, mencintai sepenuh hati pria yang salah....***
YOU ARE READING
Kumpulan Cerpen
RomantizmAku pulang. Kutinggalkan rumah duka Aninda. Kucintai seorang janda dari mendiang sahabat karib, tapi cintaku tertahan di langit-langit. Ia lebih mencintai dokter yang merawatnya, meski cinta itu pun tertahan di atas pusara... Aninda menyerah setelah...