26. Benteng Pertama

103 2 0
                                    


Sore itu saya menyusuri jalanan komplek dengan pikiran bercabang-cabang. Lelah terasa mendera badan. Seharian sejak pagi hingga sore saya mengajar di beberapa kelas.

Saya melambatkan laju kendaraan. Di sebuah lahan sepi tiga orang bocah berdiri berhimpit-himpitan. Adegan berikutnya yang membuat saya terkaget-kaget adalah saat bocah lelaki melakukan adegan tak senonoh pada bocah perempuan, sementara si bocah perempuan tersebut tertawa-tawa.

Di sebuah tempat saya menjumpai lagi anak-anak usia SMP, berasyik mesra sembari jemari mengapit puntung rokok.Tak ada rasa risih apalagi malu mempertontonkan kemesraan di depan umun.

Di tempat lain, remaja seumuran anak SMA, anak-anak kuliahan, tak kalah riuh memperlihatkan erotisme kemesraan.

Yang saya saksikan mudah-mudahan hanya segelintir kecil saja dari sekian banyak generasi muda yang masih menjunjung tinggi nilai-nilai pergaulan. Masih banyak tunas-tunas muda yang terjaga akhlaknya, hingga pergaulan bebas seolah tak ada dalam kamus hidup mereka.

Keluarga, sebagai benteng pertama yang berperan dalam tumbuh kembang dan pendidikan anak, memegang peranan penting dalam menjaga dan mengarahkan pergaulan anak. Akan berbeda hasil yang terlihat pada anak yang tumbuh dalam pengasuhan keluarga yang baik dan anak yang tumbuh dalam keluarga yang morat-marit. Akan terlihat perbedaan antara anak yang tumbuh dalam pengasuhan nilai-nilai agama dan anak yang tumbuh tanpa didikan agama.

Sebuah keluarga di mana ayah ibunya bersikap permisif dan "masa bodo' pada pergaulan anak-anaknya, cuek dan mengabaikan nilai-nilai moral dan agama, besar kemungkinan anak-anak tersebut akan tumbuh dalam lingkungan pergaulan yang tidak baik. Si anak bergaul intim dan bebas bersentuhan dengan lawan jenis sementara sang ibu mendiamkan; si anak merokok sementara sang ayah memperbolehkan; si anak keluar rumah dan pulang tengah malam sementara sang orang tua tak pernah mempermasalahkan; maka lihat saja, akan datang saat di mana si anak menemukan sisi buruk akibat salah pergaulan.

Saya bertanya pada beberapa anak dan remaja di sebuah tempat. Apakah orang tua mereka acap menanyakan keberadaan mereka, dan dengan siapa saat ini mereka tengah berada? Jawaban merek kompak, "Tidak". Orang tua mereka sibuk bekerja.

Yang dibutuhkan seorang anak sesungguhnya bukan semata sandang, pangan dan pendidikan di luar rumah. Perhatian, kasih sayang, nasehat dan bimbingan agama mutlak mereka perlukan. Sebuah PR bagi orang tua, sementara ia wajib mencari nafkah, perhatian dan bimbingan terhadap anak tetap harus diutamakan.

Kita tentu ingin anak-anak kita meraih sukses bahkan mampu tumbuh tinggi menjulang. Satu yang harus diingat, mereka harus memiliki akar yang kokoh dan pijakan yang kuat. Pondasi nilai-nilai agama sedini mungkin kita perkenalkan agar mereka tetap berada di koridor yang benar. Arahkan langkah mereka, hingga apa pun hiruk pikuk dan kuatnya godaan di tengah pergaulan, mereka tetap teguh hingga selamat dalam menapak fase demi fase kehidupan...***

Kumpulan CerpenWhere stories live. Discover now